Chapter 45 🔓

19 7 3
                                    

Mulmed: Sungai Han

Happy reading ^^


🕊️🕊️🕊️

"Di? Dian?"

Tak ada jawaban.

"Dian?" Panggil Andrew lagi, dengan menyentuh bahu Dian.

"Eh iya? Kenapa?"

"Melamun?"

"Iya. Itu, aku mikirin apa tadi. Eum... Mikirin pesawat kertas aku kok bisa ya terbang jauh banget." Jelas Dian.

Dan jatuh ke orang yang menjadi alasan dari harapanku tadi. Batin Dian melanjutkan.

Andrew hanya ber-oh ria dengan tatapannya yang tak lepas dari Dian.

"Lelaki tadi, kamu kenal?"

Deg

Dian mengangguk pelan. Andrew melihat raut wajah Dian yang berubah, ia semakin penasaran. "Kalau boleh tau, dia siapa?"

Dian menarik napas secara perlahan dan menghembuskan secara perlahan jua.

"Dia adalah Alvero Galen Raiya. Dia Vero yang selama ini aku ceritakan padamu."

🕊️🕊️🕊️

Vero masih terdiam di dalam mobilnya. Masih ditempat yang sama. Pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu, yaitu pertemuannya dengan Dian yang tak disengaja. Ia masih ingat dengan jelas, pertemuan tersebut. Ia masih ingat wajah seorang Diana Sheramita dengan riasan tipis. Oh ya! Jangan lupakan kedewasaannya, namun tak melunturkan sedikit pun visual dan keimutan yang Dian miliki.

Vero seperti merasa sedikit menyesal? Dengan sigap, Vero menepis itu semua. Ada hati yang harus ia jaga, yaitu Tata-nya. Ia tak boleh menyakiti hati gadisnya.

Vero baru ingat sesuatu. Siapa laki-laki yang menghampiri Dian tadi? Kakaknya? Tidak mungkin. Dian merupakan anak tunggal. Mungkin kakak sepupu? Tidak, tidak. Seingat dirinya, Dian tidak memiliki kakak sepupu. Karena, Dian merupakan cucu pertama, baik itu dari keluarga Eomma-nya maupun keluarga Appa-nya.

Huh... Tanpa Vero sadari, dirinya masih ingat dengan jelas hal-hal yang berkaitan sama mantan kekasihnya tersebut.

Flashback ON

"Dian!" Teriak laki-laki yang berkaus putih dan celana training hitamnya.

Gadis dihadapan Vero membalikkan badannya.

"Ternyata di sini! Kirain hilang. Baru engeh, kan demen banget ngekor ke orang."

Dian memukul lengan Andrew pelan dan menatap sinis. "Dikira adek anak kecil umur 5 tahun apa?!"

"Bisa jadi. Nggak ada bedanya. Masuk taman kanak-kanak juga masih bisa." Balas Andrew cuek bebek.

Mereka beradu mulut tanpa menghiraukan keberadaan Vero yang masih di sana.

"Ekhem."

"Eh ada orang. Sorry, bro!"

"Pesawat bocil ini ada di lu tadi?" Tanya Andrew. Dian hanya diam.

Vero mengayunkan kepalanya ke atas dan ke bawah, pertanda 'iya'.

"Eum, pulang yuk! Adek lapar, hehe." Ucap Dian memutus pembicaraan mereka. Takut melebar kemana-mana. Dian juga sudah nggak tahan untuk bertahan lebih lama.

Andrew menatap Vero. "Kita pulang dulu. Bocil ini lapar. Kalau lapar ditahan-tahan, nanti dia ngerengek." Tutur Andrew yang membuat Dian langsung mencubit pinggangnya.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang