Chapter 48 🔓

18 6 2
                                    

Mulmed:
Kiri = Giny Arvana
Kanan = Diana Sheramita

Happy reading ^^

🕊️🕊️🕊️

"Lemas banget, Di?" Celetuk Angel, melihat sahabatnya yang baru menduduki kursi cafe.

"Terus terang aja. Ada apa?"

Angel mengaduk minumannya dengan sedotan. "Kamu pesan makanan dulu aja." Ucap Angel.

Dian menggeleng tegas. "Sudah kenyang. Ada apa?" Tanya Dian lagi. Dian menatap Angel, Joshua, dan Andrew secara bergantian.

Oh, ayolah! Dian hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya. Setelah Vero mengantarkannya pulang, ya walau harus dipaksa dengan dirinya, Dian langsung bergegas untuk pergi ke acara makan malam ini.

Kalau kalian ada yang bertanya, kenapa nggak diantar sekalian sama Vero ke makan malam tersebut? Jawabannya tentu nggak mau. Karena, sudah jelas Vero menahan Dian untuk nggak datang ke acara makan malam.

"Oke-oke. Di, aku ada kabar yang harus disampaikan." Angel mengalah.

"Apa?" Tanya Dian.

"Aku akan bertunangan dengan Jo."

Tubuh Dian menegang. Bukan. Dian tentu senang sahabatnya mendapatkan hasil dari perjuangannya. Tapi, bagaimana dengan Andrew?

"T—terus Andrew b—bagaimana?"

"Ini hal pentingnya. Jika Andrew bahagia dengan perempuan yang dipilihnya, berarti dia memang nggak pernah mencintaiku, aku dan Jo bisa bertunangan. Karena, aku dan Andrew jelas nggak ada rasa apa-apa. Dan kamu tau kan? Hati Andrew sudah terisi nama, yaitu Tatanya. Orangnya adalah kamu, Di." Jelas Angel.

Mengapa seperti ada bom yang mengenai hati Dian? Ini menyesakkan.

"Angel. Aku dan kamu bersahabat nggak hanya seminggu atau dua minggu. Aku tau kamu paham bagaimana aku kan?" Dian bersuara menanggapi penjelasan Angel tadi.

"Permisi." Satu kata itu menjadi penutup Dian, untuk meninggalkan cafe tersebut.

🕊️🕊️🕊️

Dian merebahkan tubuhnya ke tempat tidur yang nyaman. Masih dengan mata terpejam, kilasan semua yang telah ia lalui hari ini kembali berputar. Entah mengapa, bagian Vero mengucap kata penyesalan lama sekali berputar di kepalanya.

Dian mengambil buku biru miliknya. Kembali menuangkan beberapa kata, dengan goresan tinta hitam.

Terima kasih kepada penyesalan
Karena telah mengajarkan dia akan artinya perjuangan

Telah mengajarkan dia akan berharganya penantian
Telah mengajarkannya untuk merasakan apa yang kurasa
Dan mengajarkan bagaimana rasanya kehilangan
Karena menyia-nyiakan

Terima kasih

Dian menatap kata-kata yang ia tuang.

"Maaf, Ro. Jujur, perasaan ini masih ada dan masih sama. Tapi, aku bukan tipe perempuan yang mau diombang-ambingkan hatinya sama laki-laki. Aku harus tegas." Monolog Dian lirih.

"Untuk Andrew, maaf. Maaf karena, nggak semudah itu." Lanjut Dian.

• Di sisi lain •

"Dian itu tipe perempuan yang nggak mudah ditaklukkan. Dia kalau sudah ditaklukkan sama seseorang, benar-benar berpusat atau hanya melihat laki-laki tersebut. She is a loyal girl. But, she is also a firm girl. Dia nggak mau hatinya diombang-ambingkan sama laki-laki."

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang