Chapter 28

34 8 2
                                    

Happy reading^^

💫💫💫

Duduk berdua di tengah keramaian kantin, justru tak membuat mereka terusik. Tetap diam tak bergeming, bahkan satu kata pun tidak ada yang terlontar keluar.

Alvero menghela napas gusar. Suasana seperti ini yang tidak disukainya. Vero menatap Dian yang menundukkan kepalanya. Membuat wajah cantiknya tertutup.

Vero tetap menatap Dian lekat, walaupun Dian tengah menundukkan kepalanya.

"Maaf"

Dian mengepalkan tangannya erat. Menahan tangis bercampur emosi yang siap meledak.

Uluran tangan hangat merenggangkan kepalan erat. Vero menggenggam tangan mungil milik Dian. Mungkin emosinya sedikit mereda, tapi tidak dengan tangisnya.

Vero menggeram frustasi. Dia sangat tidak menyukai Isak tangis perempuan di hadapannya memasuki Indra pendengaran. Ditambah ia sangat yakin penyebabnya adalah dirinya sendiri. Vero menggumamkan kata 'bodoh' untuk dia sendiri.

Ya, Vero merasa jadi laki-laki terbodoh untuk pasangannya. Untuk saat ini saja ia hanya bisa melontarkan kata 'maaf' yang tak memberi kepuasan bagi kekasihnya.

Ia tahu, Dian butuh penjelasan yang sangat jelas. Bukan gumaman 'maaf' yang bisa dilakukan siapa saja. Dian butuh alasan, Dian butuh penjelasan, Dian butuh waktu untuk mencerna semuanya yang terjadi. Semuanya yang menyerang secara bertubi-tubi. Bahkan Dian sudah bisa dikatakan bukan dirinya lagi. Seperti separuh dari seorang Diana lenyap.

"Maaf Di." Dengan cekatan Vero membawa Dian ke dalam dekapannya. Dekapan erat menjadi bukti bahwa ia sangat tidak mau kehilangan seorang Diana Sheramita.

Dan satu bukti lainnya dari tanggapan Dian yang tidak membalas dekapan Vero. Keraguan, ia sudah tidak sepenuhnya percaya dengan orang yang kini mendekap tubuhnya.

🐼🐼🐼

Sudah sepuluh menit berlalu, namun tidak ada yang mau bergerak dari tempat semula.

"Kau ini gak tau cara berjalan ya?"

Pertanyaan sarkastik dari Angel membuat Jo terkekeh. Namun, matanya menyiratkan sendu.

"Baiklah, terimakasih atas sepuluh menit yang terbuang percuma." Angel berusaha untuk berjalan meninggalkan lelaki yang masih menyandang status kekasihnya.

Satu cekalan pada lengan Angel membuat aksi menghindar menjadi tertunda.

"Kau sendiri pun gak menjawab pertanyaan dariku tadi," balas Jo menatap Angel yang kini tak berani menatap manik mata milik dirinya.

Ada apa dengan perempuan saat ini? Mengapa menundukkan kepalanya, seakan-akan menjadi hobi terbaru?

"Sepertinya tidak ada pengulangan lagi tuan. Dengan baik dan cermat sudah dijawab pertanyaan anda!" Balas Angel sarkastik lagi, walaupun masih menundukkan kepala.

Joshua terkesiap. Ada apa dengan Angel yang seakan menghindarinya. Satu senyum terukir di wajah Jo.

"Oh ya? Jawaban yang kau maksud lebih tepat sebuah penghindaran." Baiklah, Jo akan mengikuti alur permainan kekasihnya ini.

Angel merasa tercekat. Dia lupa bahwa laki-laki yang berstatus kekasihnya ini sangat cerdik. Semuanya tertutupi dengan tingkah konyolnya. Tapi, Angel sebagai perempuan yang menemani Jo selama beberapa bulan ini sudah tahu menahu tentang seorang Joshua Karlen. Angel merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia jadi pelupa seperti ini?!

Tentu saja pemandangan ini tak luput dari perhatian Jo. Sebisa mungkin Jo menahan tawanya. Ia berjanji, akan mengikuti alur permainan Angel. Tapi dengan satu syarat, ia yang akan mengendalikan arus permainan.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang