Chapter 36 [Surprise Chapter 1 🔓]

41 10 6
                                    

Fyi: Mulmed => Giny Arvana

Happy reading ^^




"Caelah ada yang talking-talking semalam atau meet up lewat video call?" Saat ini Giny tengah bertanya, dalam pertanyaan mengandung siratan untuk menggoda kakak sepupunya.

"Maksudnya? Pagi-pagi kok kamu aneh begini?" Heran Dian. Dirinya baru saja memasuki area ruang makan untuk sarapan.

"Eum... Apa ya? Biarkan tokoh utama yang tau dengan sendirinya," lanjut Giny dengan kekehan kecil di akhir. Jujur, Giny merasa ada perasaan lega menghampirinya, saat Alvero dan Dian masih terbilang dekat.

"Eum dek? Itu kok---"

"Kakak pasti mau tanya, kenapa kakak bisa bangun dari tempat tidur kan?" Tepat. Sangat tepat sasaran tebakan Giny.

Dian diam, pertanda memang itu yang ingin ia tanyakan. "Kakak mau tau?" Pancing Giny dengan menaik-naikkan alisnya. Kini dua perempuan tersebut sudah menyelesaikan sarapannya.

"Jadi gini kak,"

•Flashback ON•

"Duh sebenarnya ngantuk banget ini," keluh Giny menatap buku-buku di hadapannya.

"Tapi, aku harus semangat! Ini demi pertukaran pelajar yang sudah semakin dekat, SEMANGAT GINY!" Ucap Giny menyemangati dirinya sendiri.

Tringg

"Eh? Ini Kak Vero?" Gumam Giny.

From: Calon kakak ipar

Giny? Bisa minta tolong? Kakak sepupu mu yang cerewet itu ketiduran di meja belajar. Tolong pindahin ke tempat tidur, aku kasihan pada lehernya. Bukan pada orangnya. Intinya ya, tolong ya Giny. Semoga kau masih online.

Senyum mengembang di wajah Giny. "Ternyata rasa sayang tertutupi oleh gengsi itu benar-benar nyata."

Giny menutup aplikasi room chat dan bergegas menuju ke kamar kakak sepupu kesayangannya.

•Flashback Off•

"Untung saja, Kak Dian gak berat-berat banget." Ucap Giny mengakhiri cerita pendek dadakan.

Dian mendengus sebal.

"Jadi?" Dian masih mencerna cerita dari Giny.

"Jadi intinya, gengsi menutupi semuanya,"

"Termasuk rasa yang pernah ada." Lanjut Giny menatap Dian yang diam.

🕊️🕊️🕊️

"Aneh gak sih?"

"Aneh apa sih Di? Karena Vero gak mengumpulkan lukisannya sendiri?" Angel gemas ingin melakban mulut Dian yang sedari tadi membahas Vero.

"Ya... Aneh aja. Masa sih si itu ngumpulin pagi buta? Kan tempat pameran seni buat tugas kita aja buka jam 8 pagi. Terus itu---"

"Ck, bawel ah! Kalau mau tau, tanya sendiri atuh." Saran Angel yang niatnya sudah ketebak Dian.

"Betul, betul, betul." Timpal Cindy yang sedari tadi tidak ikut nimbrung, karena fokus menyetir mobil.

"Dih, ogah!" Final Dian.

Ya, tugas lukisan itu tidak diserahkan saat sekolah. Dian dan kawan-kawan sedang memasuki masa libur---bukan libur yang sesungguhnya---melainkan waktu untuk belajar. Karena Dian dan yang lainnya minus Giny akan melakukan ujian akhir, mengingat sudah memasuki kelas 12 SMA.

"Tapi iya juga ya, masa secepat itu Vero ninggalin---"

"YA AMPUN! SEMOGA VERO TENANG DI---" kehebohan Angel yang merambat kemana-mana terputus, karena Cindy menyikut lengannya.

"Iya-iya maaf kan kaget tadi, sampai lupa kalau masih ada pawangnya." Ucap Angel melirik Dian yang duduk di bangku belakang.

🕊️🕊️🕊️

"HUAAAAA SIAPA YANG NARUH CABE-CABEAN DISINI??!"

"Ini nih contoh kepolosan yang terlalu over," ucap Cindy setelah mendengar kehebohan Angel, saat adegan sedih di drama korea yang mereka tonton.

"Orang-orang komen saat adegan sedih itu paling bawang atau cabai. Kak Angel doang yang bilang cabe-cabean," komen Giny dengan menggelengkan kepalanya.

Saat ini, Keempat remaja perempuan itu sedang menonton drama korea di rumah Cindy.

"Ngel, You didn't visit your father at his company?"
(Ngel, kamu tidak mengunjungi ayah mu di perusahaannya?)

Pertanyaan Dian membuat Angel tidak fokus menonton. Pandangan Cindy dan Giny juga teralihkan.





Hening.







"I need time to reconcile, with all the things that are pressing on my mind."
(aku butuh waktu untuk berdamai, dengan semua hal yang menekan batin aku.)

🕊️🕊️🕊️

"Kok sepi sih?" Sudah berkali-kali Dian bertanya, entah pada siapa. Dian menekan bel pintu sekali lagi.

"Ish! Nih makhluk sok ngartis amat sih!" Kesal Dian, kemudian duduk di kursi teras rumah Alvero serta meletakkan tempat makan yang ia bawa.

Dian celingak-celinguk. "Gak ada tanda-tanda kehidupan," monolognya. "Sia-sia dong buat stuff roti, padahal kan buat alasan aja supaya bisa ke rumah ini." Dian cemberut.

"Nayra juga gak ada. Padahal kangen banget sama Nay." Dian berdiri dari duduknya dan menatap rumah Vero.

"Cukup tau aja, dia pergi tanpa pamit."








Meanwhile...

"So, you are Tata?? My childhood friend??"
(Jadi, lu adalah Tata?? Sahabat masa kecil gue??)





🕊️🕊️🕊️

TBC

Tekan pojok kiri ya reader's ^^



-Diana Sheramita-

Love,

Tiara

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang