Chapter 38

25 7 9
                                    

Happy reading ^^

Fyi: Mulmed => Diana Sheramita





"Lu gak ada niatan mundur gitu?"

Hening.

"Berasa bicara sama batu," sindir Angel.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa lu menyuruh gue untuk mundur?" Tanya Andrew menatap Angel,  setelah menepikan mobilnya.

"Gue... Gue gak bicara begitu." Balas Angel. "Kalimat itu mengandung makna. Makna itu bisa tersurat dan tersirat, dan kalimat lu barusan itu mengandung makna tersirat." Angel terdiam. Kalau tentang ini, ahlinya itu Dian.

Angel jadi menyesal saat belajar pelajaran bahasa Indonesia, lebih memilih tenggelam di dunia halu dengan guru mudanya itu.

"Benar bukan?" Tanya Andrew saat Angel terdiam. Angel membasahi bibirnya yang mendadak kering. "Tepat sasaran! Gue bingung, kenapa lu gak menolak kekonyolan ini?"

"Apa semua butuh alasan?"

"Tentu! Ada akibat, pasti sebelumnya ada sebab," Angel menghela napas setelah menjawab pertanyaan dari laki-laki itu.

"Apa masa kecil itu sangat berpengaruh terhadap masa depan?"

Angel hanya diam dan bingung dengan kalimat yang dilontarkan dari mulut Andrew.

"Memangnya ada apa dengan masa kecil?"

🕊️🕊️🕊️

Membelah jalanan yang tampak sedikit lenggang di malam hari. Arsya mengendarai motornya dalam keheningan, walau semilir angin terus mengusiknya.

"Tetap sama." Ujarnya saat berada di stasiun, tempat favoritnya. Memilih duduk di tempat yang sama, menikmati kejanggalan dan keanehan di malam hari.

Arsya menatap langit malam yang polos. Tidak ada bulan dan bintang. Setelah itu, lelaki bermarga Andera tersebut memejamkan matanya.

"Mak lampir," dua kata itu yang terucap setelah dirinya membuka mata.

"Apa gadis itu sudah berprofesi sebagai operator??!" Jengkel Arsya. Karena sedari tadi ia menelepon Giny, hanya suara operator yang menyambut.

Mencari kontak atas nama 'Mak lampir' lalu menelepon orang itu. Arsya tidak jenuh sampai diangkat telepon darinya. Dan satu lagi, setianya mbak operator yang selalu menyambut telepon dari Arsya.

"Dasar Mak lampir ini! Apa dia sedang memberi sebuah teka-teki huh?!" Geram Arsya dengan menatap layar ponselnya.



To: Mak lampir

Baiklah, lu ini memang Mak lampir yang menyebalkan! Jari-jari gue sampai keriting untuk menelepon lu!
Tak apa, lelaki tampan harus pemaaf, jadi gue memaafkan gadis menyebalkan seperti lu ini.

Good night Mak lampir!


Send.



Ingatkan Arsya bahwa Giny bukan memberikan sebuah teka-teki. Namun, Giny sedang membangun tembok untuk diberikan kepadanya.

🕊️🕊️🕊️

"Jadi, lu menyukai sahabat kecil lu itu?"

"Mungkin." Jawab Andrew seadanya.

"Terus? Kenapa gak menolak perjodohan ini?!!" Angel makin dibuat kesal dengan Andrew yang menatapnya santai.

"Tata itu sulit dijangkau," ucap Andrew dan memilih menyesap coffe setelahnya.

"Dan lu pikir, gue itu mudah dijangkau?!"

Andrew tertawa melihat wajah Angel yang merah karena menahan amarahnya. "Orangtua gue itu butuh bukti. Sekarang aja, gue gak tau dimana Tata berada," ucap Andrew lagi.

"Siapa nama lengkapnya?" Tanya Angel penasaran.

"Gue gak tau." Angel langsung memukul gemas lengan kokoh Andrew. "Kenapa gak bisa kalem sih?!" Kesal Andrew.

"Kenapa bisa gak tau?! Nama lengkap sahabat sendiri gak tau?! Kebangetan!"

Andrew menghela napas. "Gue gak sempat bertanya. Disaat hari terakhir gue sebelum ke Amerika, gue mau bertemu dengannya. Tapi, ternyata semuanya dadakan. Saat itu juga, gue harus pindah ke Amerika. Jadi, gue belum sempat melakukan perpisahan dengan Tata."

"Gue berasa didongengin sama lu," balas Angel yang membuat Andrew menyentil pelan dahinya.

Angel tiba-tiba terdiam. "Sebentar, Tata sahabat lu itu blasteran atau gak?" Tanya Angel.

Andrew mengernyitkan keningnya. "Sepertinya gak." Balas Andrew sembari memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.

Seketika mata Angel membulat.



"TATA LU MASIH DI NEGARA INI!"


🕊️🕊️🕊️

"Tata!"

Grep.

"Ternyata kau masih ada di negara ini!"

"Kau siapa?"

"Ini aku, Andrew. Sahabat masa kecil mu!"

"Andrew? Sahabat kecil?"

"Angel, ini siapa? Ada apa sebenarnya??" Tanya Dian saat sudah kelinglungan.

"Andrew. Sahabat kecil kamu Dian,"

Dian menatap lelaki yang menatapnya juga dengan pandangan bahagianya. "Aku gak kenal Ngel,"

"Masuk dulu deh yuk! Jangan di luar gini," ajak Dian. Karena tadi saat Dian masih di luar rumah, tiba-tiba ada yang menghampirinya dan memeluknya. Kaget? Tentu saja. Siapa yang tidak kaget saat ada yang memeluk dengan tiba-tiba? Serta mengaku sahabat masa kecil, siapa yang tidak kaget?

"Bukannya kamu sendiri yang bercerita dengan aku Di, bahwa kamu dulu mempunyai sahabat masa kecil dan itu laki-laki. Iya kan?" Angel bersuara.

"Iya, tapi---"

"Jadi, benar kamu itu Tata??" Pandangan Dian beralih ke laki-laki yang sedari tadi tersenyum manis.

"Oh God! Cerita dari awal, please!" Dian jadi susah mencerna jika semuanya menyerang dengan tiba-tiba.

Angel menatap Dian. "Andrew itu laki-laki yang dijodohkan dengan aku. Dan kita selama ini sharing atau bisa dibilang, saling bertukar cerita. Singkat cerita, dia mempunyai seorang sahabat bernama Tata. Tata itu nama panggilan saat masa kecil. Aku langsung teringat dengan kamu, Di."

"Dan setelah itu, kamu menyimpulkan bahwa aku adalah Tata?"

Angel mengangguk. "Kamu kan nama panggilan masa kecilnya adalah Tata kan?" Tanya Angel. Kini giliran Dian yang mengangguk pelan.

"Tapi aku tidak yakin," ucap Dian menatap Andrew yang diam mengikuti perbincangan Dian dan Angel.

"Mungkin Tata sahabatnya itu seorang laki-laki?" Tanya Dian dengan sedikit harapan.

"Bukan, Tata itu seorang perempuan." Ucapan Andrew membuat Dian mematung.

"Kenapa kau begitu yakin???" Tanya Dian seperti menantang.

"Karena kalau dia seorang laki-laki, gak mungkin aku dengannya membuat sebuah janji." Jawab Andrew.

"Janji apa?" Tanya Angel yang ikutan penasaran.

"Janji bahwa aku dan Tata akan menjadi teman hidup."

🕊️🕊️🕊️

TBC

Vote and comment selalu ya reader's ^^

Love,

Tiara

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang