Chapter 20

36 9 0
                                    

🌈Happy reading 🌈

Angel hanya bisa menangis melihat sahabatnya enggan beranjak dari makam orang yg telah melahirkannya.

"Di" lirih angel tak kuat lagi.

"Ngel.. kamu duluan aja. Aku tetap disini" kekeuh dian lirih tanpa melihat wajah angel.

Tangan Dian senantiasa mengelus batu nisan yg mengukir nama Eomma-nya.

🌧️🌧️🌧️

Suasana di meja makan sangat hening. tak ada suara sendok dan garpu berdenting.

Angel menatap sahabatnya yg humoris itu melamun dan angel hanya bisa menghela nafas.

"Siapa pelakunya?" Suara Dian memecah keheningan yg tercipta tadi.

Angel diam tak menjawab

"Kenapa jahat?" Lirih Dian dan kini mengalirkan air matanya lagi.

"Aku ga tau di.Tapi yakinlah di, Eomma mu orang baik. Pa--"

"TAPI KENAPA ORANG BAIK BERAKHIR TRAGIS?!!" Teriak Dian.

Tangisnya makin pecah dan memenuhi ruangan yg hanya dipenuhi oleh dua orang.

"Di.." lirih angel dan menangis. Tak sanggup menahannya, angel memeluk sahabatnya itu.

Suara gemuruh petir terdengar diluar. Disusul dengan suara derasnya air hujan.

"Aku rapuh ngel" batin Dian.

🌧️🌧️🌧️

Suasana pagi yg tak lagi sama..
Suasana pagi yg tak lagi hangat..
Suasana pagi yg tak ada godaan darinya.

"SEMANGAT DONK DIAN" Ucap angel. Entah keberapa kali.

"Ngel, aku ga sekolah dulu ya"

Angel Diam. Kemudian mengangguk.

At school

"Lho?" Kaget angel menunjuk orang yg didepannya.

Orang yg ditunjuk mengkerutkan keningnya.

"Kok lu sendiri?" Tanya orang itu.

"Sejak kapan lu.. bukannya lu masih di Jerman?"

🌥️🌥️🌥️🌥️

Tring..

Notif HP dari ponsel Dian berdering.

From: Vero

Kamu baik baik aja kan di?

Read

Kening Dian berkerut.

From: Vero

Send a picture

Read

"Tunggu.. dia-- dia udah disini?" Monolog Dian

⛅⛅⛅

"Dian baik-baik aja kan?"

"Udah membaik Vero" Jawab Angel dengan nada kesal karena Vero bertanya lebih dari lima belas kali.

"Kasihan Dian" ujar Joshua yg duduk di samping angel.

Kini mereka bertiga sedang berada di kantin.

"Gue merasa bersalah" ujar vero

Angel menatap heran.

"Maksud lu?" Tanya angel

Vero hanya memberi senyuman. Senyuman miris tepatnya.

Angel dan Joshua hanya saling bertatapan.

"Aneh" batin Angel.

🌤️🌤️🌤️

Kecil tak tertandingi
Lenyap dalam kedipan
Terduduk lemas kini

Tenang..
Lepas..
Terbawa arusnya
Arus tercepat tak terbendung

Arus..
Alur..

Alur terpengaruh arus
Sia-sia terbius
Rapuh menembus

Kertas bertinta hitam itu luntur. Dian tak kuat menahan air yg membendung.

"Terlalu banyak kejutan dan teka teki yg membuat Dian bingung" lirih Dian.

Diletakkannya buku biru yg digenggamnya itu dimeja belajar dan meraih bingkai foto kemudian digenggam erat.

Isak tangis masih terdengar dikamar itu sampai pada akhirnya..

"Aku pasti bisa mengungkap misteri meninggalnya Eomma" tekad Dian.

🌈🌈🌈

"Lu ikut kan ro?" Tanya angel

"Sorry.. gue ada acara" balas vero tanpa menatap angel.

"Lu ngomong sama gue kan? Kenapa lu ga mau natap lawan bicara lu?" Desak angel

Vero membeku.

"Vero" teriak seseorang dari dalam mobil.

"Duluan ngel" pamit Vero dan masuk ke dalam mobil tersebut.

Angel menatap mobil itu sampai hilang dari pandangannya.

"Harus gue cerita ke Dian atau ga usah?" Tanya angel pada dirinya sendiri.

🌀🌀🌀

"DIAN NGAPAIN PEGANG PISAU?! TARUH GA! JANGAN ANEH-ANEH!" Teriak Angel.

"Apa sih ngel?" Tanya Dian heran dan mulai mengasah pisau itu.

"DIAN IH" Histeris angel.

Dian menatap angel bingung.

"Apa sih?"

"Jangan ngelakuin hal macam macam deh"

"Emang masak itu hal macam macam ya?" Tanya Dian polos.

Angel melongo.

"Hah? Ka-kamu mau masak?"

"Iya. Ini mau motong-motong sayuran"

"Oh hehe" angel menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Kamu sama Vero pernah foto berdua?" Tanya angel

"Pernah" jawab Dian namun tetap fokus sama sayuran yg dipotong potongnya.

"Dimasukkan ke IG?"

"Ani"

Angel terkejut. Dian ikutan terkejut karena angel.

"Kenapa ngel?" Tanya Dian

"Bukan apa-apa"

🌠🌠🌠

"Malam sunyi.. hanya aku disini. Berada di keramaian,namun kesepian" monolog Dian yg menatap indahnya langit malam di balkon kamarnya.

"Indah langitnya..tak seindah hidup orang yg kini memujinya" lanjut Dian.

"Ku harap ada bintang jatuh"-Dian.

Mata Dian membulat sempurna dengan indahnya ketika melihat hal yg dinginkannya nyata. Kedua matanya menutup dan mengajukan permohonan.

"Tunjukkan aku orang yg benar-benar tulus dan jauhkan aku dari orang yg pembohong"

Disisi lain

"Semoga ku terus bisa bersama dengannya walapun kecil harapannya"

🌟🌟🌟

TBC

Vote and comment selalu

Jangan jadi reader's gelap

Thanks

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang