Chapter 35

38 9 14
                                    

Happy reading ^^



Sebenarnya, pikiran Arsya sedang diisi penuh dengan berbagai pertanyaan. Tapi, pada intinya sejenis.

'Mengapa Giny menolak untuk menonton bioskop?'

Walaupun sudah diberikan alasan oleh Giny, Arsya masih merasa ada yang janggal dengan sikap Giny sedari tadi. Kini, perempuan yang menjelma Mak lampir---bukan. Mak lampir yang menjelma sebagai perempuan manis itu terlihat asyik menatap luar dari kaca mobil.

"Lu serius gak mau nonton?" Tanya Arsya memastikan untuk kesekian kalinya.

"Lu serius gak capek menanyakan hal yang sama dengan kalimat yang gak berubah?" Balas Giny tanpa mengalihkan pandangan dari kaca mobil.

Bisa dirasakan oleh Giny, bahwa Arsya menghela napas.

"Lu kenapa sih?! Sikap lu aneh semenjak di stasiun." Kesal Arsya. "Lu kenapa sih bawel banget kayak perempuan PMS?" Balas Giny tenang, tapi tetap saja membuat lelaki yang tengah menyetir mobilnya menjadi gusar.

"Lu aneh!" Ujar Arsya akhirnya.

"Dan lu lebih aneh," balas Giny masih dengan nada tenang.

"Semua perempuan sama saja! Inginnya dimengerti, tapi sukanya main teka-teki!" Semprot Arsya kelewat kesal.

"Kalau lu bilang semua perempuan sama, berarti gue mirip Eunha GFriend! Yey!" Arsya ingin sekali menghentakkan kepalanya ke stir mobil sekarang juga.

🐰🐰🐰

"Jadi, benar kau tidak memiliki hubungan dengannya lagi?"

"Kau tak perlu tau!" Balas Dian sadis.

"Tentu harus tau. Ini menyangkut kau, apapun tentang kau pasti berhubungan denganku," jelas Arsya. "Bisakah kau diam?!" Tegas Dian, kemudian berlalu menuju kamarnya.

"Tetap saja menjadi pengacau."

Arsya melihat Giny yang berdiri di depan pintu dapur. "Diam lah! Kau tau? Ini bisa menjadi peluang buat gue yang selalu nunggu dia. Bisa dibilang, rezeki anak tampan?" Cerocos Arsya terlalu kepedean.

"Lebih baik lu pulang," suruh Giny dengan pandangan kosong.

"Mengusir tamu ceritanya?"

"Lu bukan tamu. Kalaupun iya, lu adalah tamu tak diundang."

"Sahabat macam apa kau ini?" Ucap Arsya mendramatisir keadaan dengan tampang yang membuat Giny jijik.

"Bagaimana bisa aku bisa menaruh kenyamanan dengan lelaki kurang waras seperti dia?" Batin Giny bertanya-tanya.

"Cepatlah pergi. Anda tidak dibutuhkan lagi di sini TUAN!"

"Gue mau ngerjain tugas sekolah. Jadi, gue gak mau ada pengacau," lanjut Giny yang sudah duduk di sofa, tepat di sebelah Arsya. Giny menatap heran ketika Arsya menepuk dahinya kencang. "Thanks sudah ingatin gue, gue juga ada tugas melukis. Gue pamit," ucap Arsya dan reflek mengacak poni milik Giny. Digaris bawahi REFLEK.

"Andai gue bisa mengendalikan waktu, gue ingin gak pernah mengenal lu." Gumam Giny menatap punggung Arsya yang kian menjauh.

🐰🐰🐰

"Ada apa Dad?"

"Oh kau sudah datang rupanya nak," ucap Daddy Angel sembari meletakkan kacamata minusnya. "Daddy mau kau tetap bertunangan dengan laki-laki pilihan Daddy." Angel membelalakkan matanya. "Apa-apaan ini? Dad, kita sudah membicarakan hal ini. Kenapa Daddy gak pernah pahami Angel?" Suara Angel sudah terdengar parau.

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang