Hari ini tepat dua Minggu, setelah kepergian Rey ke Amerika. Dan tepat hari ini pula aku harus rela dipisahkan oleh jarak dengan Samuel. Acara lamaran ku yang sekaligus di lanjutkan dengan acara pertunangan itu sudah berlangsung Minggu kemarin disaksikan keluarga dan teman dekat kami. Hari itu, aku dan Samuel resmi bertunangan dan kami juga resmi menyandang pasangan LDR karena bersamaan dengan Samuel yang mengumumkan jika ia di terima di universitas impiannya di Bandung.
Minggu lalu, sesuai rencana Samuel dan keluarganya akhirnya mengunjungi dan menemui kedua orangtuaku secara resmi. Acara berlangsung lancar sebagaimana acara lamaran pada umumnya, yaitu sesi tukar cincin dan membahas soal kapan acara pernikahan kami.
" Gimana kalau acara pernikahannya kita adakan sebelum aku berangkat ke Bandung? Biar aku bisa bawa Tiara ikut sama aku dan kita gak perlu LDR."
Aku menoleh, memasang wajah terkejut ke arah Samuel yang baru saja memberi usul.
" Sam, ngaco kamu mana mungkin bisa secepat itu. Persiapan nya juga gak akan semudah itu jangan bercanda deh." Sahutku.
" bisa Ra, aku yakin bisa percayain semua sama aku." Ucapnya meyakinkan.
" Tapi aku juga harus ngurusin kuliah ku dulu di sini Sam, bukan aku gak percaya sama kamu tapi terlalu terburu-buru juga gak baik."
Samuel yang masih belum terima baru saja akan menjawab namun terpaksa berhenti, setelah om Rio, papah Samuel akhirnya bersuara. " Tiara sendiri bagaimana, maunya kapan?" Tanya papa Samuel, diikuti tatapan mata mereka semua yang menuju padaku.
" Tiga bulan lagi om." Ucapku pelan, pandangan ku menatap ragu ke arah samuel.
" apa apaan sih Kelamaan Ra!" Sanggah Samuel cepat.
Semua pasang mata kini beralih pada Samuel dengan senyum dan tatapan menggoda.
" Maklumin ya Tiara kayanya Samuel nya udah ngebet." Semua keluarga tertawa menanggapi ucapan om Rio, lalu om Rio pun kembali bicara. " Sam, papa setuju dengan Tiara. Lagipula kalian juga perlu waktu untuk menyelesaikan terlebih dahulu keperluan dan pekerjaan kalian masing-masing, jadi menurut papa akan sangat riskan jika kita paksakan acara pernikahan nya secepat itu."
" Iya Sam, papa sama mama juga harus kembali ke Yogja dulu. Segala urusan di rumah sakit gak bisa kita tinggalkan begitu saja. Ada baiknya kita persiapkan ini pelan-pelan." Sambung mamah Samuel memberi pengertian kepada putranya.
" Sabar Sam, jodoh gak akan kemana." Ah calon kakak ipar ku ini memang pengertian sekali.
" Tapi jodoh akan kemana-mana kalau gak cepet-cepet di taken." Sahutnya datar.
Setelah perdebatan panjang tentu saja karena Samuel yang masih tak terima, namun akhirnya acara di akhiri dengan kedua keluarga yang sepakat jika acara pernikahan kami akan dilaksanakan tiga bulan lagi.
•••••
Pagi ini aku sedang di atas tempat tidur melamun sendirian hatiku rasanya masih dipenuhi dengan kebimbangan, bukan lagi soal pernikahan sejujurnya, tapi mengenai Rey yang tak bisa lagi di hubungi. Mengingat terakhir kali aku berkomunikasi dengannya adalah dua hari setelah keberangkatan nya ke Amerika, malam itu kota Jakarta sedang di guyur hujan aku sedang menikmati secangkir coklat panas di balkon kamarku. Ah, bicara soal coklat panas dan hujan aku jadi merindukan sosok dia, seseorang yang ada untukku kala itu.Sedang apakah dia di sana?
Setelah beberapa hari mengabaikan chat darinya, akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya.To: ReyDinata
Rey, Amerika gimana?
How was your day?Betul betul gayung bersambut, baru saja aku mengiriminya pesan kini handphoneku yang kuletakan di depan cangkir coklat itu menyala. Aku tersenyum membaca notif panggilan video dari Rey.