17.FRIENDSHIP

1.4K 106 8
                                    

Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Aldi terus mengajaku bicara berusaha mengalihkan perhatian ku dengan membahas hal lain selain sam atau apapun itu yg bisa membuatku menangis lagi. Iya aku memang sengaja memintanya untuk mengantarku pulang karena moodku yg pasti nya sudah hancur akibat ulah manusia itu.

Satu tepukan di helm berhasil menyadarkan ku yg sedari tadi hanya melamun setelah turun dari motor yg telah tiba di depan gerbang rumah.

" Jangan ngelamun mulu, gaya lu udah kaya punya anak 10 yg belum pada bayaran sekolah aja" ucapnya tanpa di saring terlebih dahulu

" Iya, anak kucing!" balas ku sambil melirik malas ke arahnya.

" Kucing nya oriental ya tir?? Tanyanya dengan alis mata yg di naik turunkan, dan langsung ku hadiahi dengan tatapan horor tapi manusianya justru mentertawaiku.

" Nih helm mu, makasih udah di anterin pulang dan inget pulang nya hati hati jangan ngebut ngebut" titahku pada nya yg masih sibuk menaruh helm.

" Oke sista laksanakan!" ia  mengangguk dan mengacungkan jempol nya. Setelah ia berpamitan aku langsung bergegas masuk ke dalam rumah, tepatnya bergegas menuju ke kamar apalagi kalau bukan untuk menangis walaupun Aldi sudah menghiburku tetap saja rasanya sulit untuk melupakan kejadian hari ini begitu saja.

••••••••••••••••••••

Sekarang, sepi penuh kertas kertas soal dan buku buku materi adalah tempat di mana aku berada saat ini. Ruang olimpiade. Aku memilih menyiksa otak ku yg tak tahu diri ini kerena terus saja memikirkan Tiara, jejeran soal dengan deretan rumus rumit tingkat dewa adalah cara yg ku pilih untuk mengalihkan perhatian ku. Sudah berjam jam aku di sini seakan tak perduli dengan otak dan raga ku yg sudah lelah, satu persatu peserta olimpiade lain yg lain pun juga sudah memilih pulang sejak tadi, jadilah tinggal aku yg tersisa sendiri di sini.

" Bodoh banget si gw, kenapa bisa kaya gitu sih tadi! Huuuhhhh." Aku mendengus kesal merutuki diri sendiri.

Ku sandarkan tubuh ku yg sudah lelah ini ke tembok.

" Perkara kemarin aja belum selesai sekarang udah ada lagi, minta maaf kali ya?" Ucap ku dalam hati. anjir!! gw sendiri yg bilang gak ada urusan dan kepentingan apapun sama dia masa tiba tiba gw minta maaf". Gak ada akhlak emang lu ya hati! Sangkal otak ku menentang apa yg ada dalam hatiku.

Ceklek...
Suara pintu terbuka bersamaan dengan sosok pria yg masuk ke dalam ruangan, membuat ku mendengus malas.

" Lagi mikirin anak yg belum bayaran sekolah??". Tanya lelaki itu santai seraya mendekat ke arah ku seakan tak ada yg terjadi di antara kami sebelumnya.

" Omongan gw ke Tiara juga berlaku buat lu" balas ku tajam, membuat Aldi  berfikir dan nampak mengingat ingat omongan yg mana yg aku maksud.

" Oh....yaelah sombong amat!, Ucapnya saat berhasil menemukan jawabannya. "terus kalau gw mau ngajakin lu makan gw harus pakai bahasa isyarat gitu??" Sambung Aldi dengan nada tak terima sambil memperagakan apa yg dia ucapkan.

Aku mengangkat bahu acuh.
"Terserah." Jawabku malas. walaupun sebenarnya aku sudah tidak marah lagi dengan lelaki di depan ku ini, tapi sejujurnya aku masih sedikit kesal karena Aldi yg seenaknya mengatai diriku bocah di depan Tiara.

" Masih ngambek gara gara gw katain bocah??" Tanya Aldi tepat sasaran membuat ku sedikit kaget namun aku memilih diam tak menjawab.

" Ngapain lu masih di sini??"

" Lu sendiri ngapain??" Bukan nya menjawab aku justru balik bertanya padanya.

" Lu fikir gw udah pakai pakaian kaya gini abis ngapain hah??"

" Au.... Macul kali" jawab ku asal padahal aku tau lelaki ini pasti baru saja selesai bermain futsal terbukti dari jearsy dengan lambang sekolah kami yg tengah ia kenakan.

" Melek makanya jangan merem" balas Aldi mengejek, aku baru saja mengambil ancang ancang untuk melempar Aldi dengan pulpen yg ada di genggaman ku, namun niat itu terpaksa aku urungkan saat melihat tampang lelaki itu yg tiba tiba serius dengan ponsel yg menjadi objek utamanya, sepertinya ia tengah sibuk mengetik sesuatu di ponsel nya. " Nah udah". Ucap Aldi sambil tersenyum dan menyimpan kembali ponsel miliknya.

Tiba tiba ku rasakan ponsel ku bergetar, langsung saja aku merogoh saku celana dan mengambil sebuah ponsel yg baru saja bergetar di dalam sana menandakan aku mendapat sebuah notifikasi baru, jariku  menekan aplikasi WhatsApp. Aku mengerenyit bingung ketika melihat yg baru saja mengirimi ku pesan adalah Aldi.

Aldi

Jl.Pahlawan Perum permata indah no.10.

Aku menatap Aldi penuh tanya.

" Itu alamat rumah nya Tiara" ucap Aldi to the point. "Kalau gw ngomong lu pasti gak akan denger makanya gw kirim pesan aja paling enggak lu baca."

Aldi menjeda bicara nya, sedangkan aku masih tetap menatap Aldi meminta penjelasan lebih.

" Sam pertama gw mau say sorry sama lu buat yg tadi siang bukan karena gw mau sok jadi pahlawan di depan dia, tapi sebagai temen lu gw rasa gw wajib tegur lu saat lu memang udah kelewat batas. Kedua, gw gak ngerti apa masalah lu sama dia tapi saat ini gw gak mau terkesan terlalu ikut campur dengan menghakimi lu dan minta lu buat minta maaf ke dia, ya walaupun mungkin gak sekarang tapi gw yakin lu butuh alamat itu suatu saat nanti, Sam kalau orang lain aja bisa yakin kalau lu itu orang baik harusnya lu bisa lebih percaya sama diri lu sendiri." Aldi menepuk bahu Sam mengakhiri penjelasan nya.

" wah gw cabut duluan ya udah sore banget ni,gak baik anak perjaka Maghrib Maghrib masih di luar " pamit Aldi saat melihat jam di tangan nya.

" Lelaki bukan perjaka maksud lu??" cibir ku sinis. " Btw makasih al." lanjut ku singkat yg di angguki oleh Aldi sebelum ia pergi.

Aku menatap kepergian Aldi yg perlahan hilang dari penglihatan ku, sejenak terlintas bagaimana hubungan ku dengan Aldi selama ini.Berawal dari persaingan aku dan dia yg sama sama budak akademis yg justru lama kelamaan membuat kami dekat menjadi sahabat, tak jarang kami memang sering mencaci tapi tak pernah benar benar saling membenci percayalah itu adalah cara kami menunjukkan rasa perduli. ia selalu bisa di andalkan, bahkan saat lagi lagi aku menyakiti Tiara aku sedikit merasa lega karena tau Aldi lah orang yg ada di samping nya.

BUATKU TERSENYUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang