Aku berjalan menuju jendela kamar. Akhirnya selesai juga ritualku, setelah 1 jam berada di dalam kamar mandi untuk berendam air hangat dan kini aku sudah siap dengan piayama tidur kesayangan ku.
Ternyata di luar hujan, ku sandarkan tubuhku pada divan ranjangku sambil memeriksa handphone. Ku buka aplikasi WhatsApp ternyata ada pesan yg masuk dari Sarah, mamah dan Hasbi lengkap pula dengan 3 panggilan tak terjawab darinya, sisanya beberapa spam chat dari grup sekolah, ku putuskan untuk membalas pesan dari mamah saja dan meletakan handphone ku kembali di atas nakas yg berada di samping ranjang. Ketika aku sudah bersiap ingin tidur, aku melihat handphone ku kembali menyala dan ada satu pesan baru yg masuk. Aku tersenyum membaca nya.
WhatsApp:
" Gw udah sampai, by Samuel."
Langsung saja aku mensave nomor nya setelah tau jika itu adalah Sam. Hilang sudah rasanya, rasa kecewa ku padanya tadi saat akhirnya dia mengabariku. Dan langsung membalas pesannya.
" Alhamdulillah. Kamu Kehujanan gak??".
Tiba-tiba saja handphone dalam genggaman ku bergetar panjang, menampilkan nama dan foto profil nya, ternyata itu adalah panggilan video dari Sam. Setelah satu tarikan nafas akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkatnya.
" loh kok gelap, Kebangung gara-gara chat dari gw ya?? Maaf ya Ra." Suaranya terdengar saat panggilan video itu berhasil tersambung, menampilkan seorang pria berkaos hitam yg kontras sekali dengan kulit nya yg berwarna putih, wajahnya nampak segar dengan rambut yg berantakan karena handuk yg ia gosokan ke kepalanya. Membuat nya semakin terlihat tampan.
" Enggak ko, ini baru aja siap siap mau tidur. Sebentar ya aku nyalain lampu dulu, Sam aku nyalain lampu tidur aja gak apa ya, aku malas banget berdiri nya."
" Gimana kehujanan gak??" Tanyaku sekali lagi setelah bergerak menyalakan lampu tidur yg ada di samping ranjang.
" Iya di hujani rainduuu ni." Katanya. Aku mendelik ke arahnya dan suara tawanya justru terdengar jelas di telingaku.
" Heh Biar apa coba kaya gitu??"
" Biar di terima sama Tiara. Gimana Ra di terima gak??"
" Iya." Mulut ku spontan menjawab begitu saja. Ku lihat Samuel sempat tampak terkejut karena jawaban ku namun akhirnya ia tersenyum lebar.
" Memang nya udah tau di terima buat apa?? Main iya iya aja." Iya juga ya kenapa gak kepikiran, aku benar-benar merasa malu sekarang kenapa di hadapan Sam aku sering sekali berbuat bodoh. " Ketemuan lagi yuk Ra, gemes bgt gak kuat gw." Kembali ku dengar suara Sam yg lagi lagi berusaha menggodaku.
" Saaaam diem gak, aku matiin ni." Ancamku yg lebih terdengar seperti rengekkan.
" Tuh kan, udah ah gw otw dulu. ini si namanya gw yg di goda." Kali ini aku yg tertawa di buatnya, lucu sekali mendengar nada frustrasi nya yg merasa di goda olehku, padahal dari sisi mana aku menggodanya.
" Tidur Ra, jangan begadang mentang mentang besok libur."
" Aku gak jadi ngantuk sam, gimana dong??" Jawabku jujur.
Sam terlihat berpikir dan entah apa yg sedang ia fikirkan." Yaudah tunggu sebentar, hitung sampai 10 nanti gw balik lagi." Ucapnya lantas beranjak dari kursinya dan hilang dari layar. Hanya terdengar suara langkah dan pintu yg terbuka seperti nya ia pergi keluar kamar.
" Hy, gimana kelewatan gak??" Tanyanya tiba tiba dengan wajah persis di depan layar, mengagetkan ku yg tengah berhitung di dalam hati. Sam mengakat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan sambil meringis saat sadar aku menatap kesal ke arahnya. Kulihat Sam tersenyum ke arahku saat ia sudah kembali duduk di kursi, yg bisa ku tebak itu adalah kursi belajar di kamar nya.
" Tadi keluar ngambil itu?? Ngapain??" Tanyaku menunjuk penasaran pada sebuah gitar berwarna hijau yg ada di pangkuannya.
" Iya, yuk tidur yuk."
" Hah, gimana gimana maksudnya??"
" Iya sekarang lu tiduran posisinya yg bener, handphone nya gak usah di matiin taruh aja di samping bantal atau di dekat lampu tidur kalau gak mau keberisikan, soalnya nya gw mau nyanyi sambil main gitar sampai lu tidur. Mudah mudahan si berhasil dan lu gak mimpi buruk, doain ya." Jelasnya dengan sabar dan lembut diselingi tawa setelahnya, yg langsung ku angguki dengan antusias kemudian meletakkan handphone di sampingku dan menyandarkan nya pada bantal, akupun turut tidur menghadap ke handphone agar tetap bisa melihatnya dari dekat dan dengan jelas mendengar suaranya.
" Boleh request lagu gak Sam??" Tanyaku disela keseriusan nya yg sedang menyetem gitar.
" Gak."
" Kalau titip salam??"
" Lu fikir gw radio." Sahutnya ketus yg otomatis membuatku mencebikan bibir. Sam hanya geleng geleng melihat perubahan wajah dan moodku yg secepat itu.
" Suutt udah diem. Sekarang tarik selimut, peluk guling nya terus merem ya, dengerin gw nyanyi." Titahnya terdengar begitu manis di telingaku.
Aku mengangguk dan tersenyum tipis menanggapi nya. " Selamat malam, Samuel." Ucapku menatap Sam yg mulai memetik gitar nya.
Bagaikan mantra ajaib, bunyi rintik hujan dan suara Sam mengalun merdu selaras dengan gitar yg ia petik, memainkan lagu "Sampai Jadi Debu". Tak terasa kesadaran ku seakan hilang, perlahan mataku terpejam dengan sendirinya namun samar samar aku masih bisa mendengar Sam bernyanyi.
" Selamat tidur, Tiara." Itulah hal terakhir yg mampu aku dengar dari Sam, sebelum terlelap dan masuk ke dunia mimpi.
Nikmatnya punya doi penyanyi, asal jangan kaya Saipul Jamil tapi.