" kalau gak ada perlu lagi tolong tutup pintunya ka, gw lagi mau fokus belajar." Nada nya terdengar dingin, tanpa melihat ke arah kami ia kembali melanjutkan aktivitas nya yang tadi sempat ia tunda sejenak.
" Ah boring banget hidup lu belajar mulu, temenin Tiara nya dulu ni gw mau telpon papa sebentar ada urusan." Titah ka Reina tak memperdulikan usiran halus Samuel. Mendengar itu sontak membuatku mendekatkan tubuhku ke ka Reina dan merangkul erat lengannya.
" Gak apa." Ka Reina menggeleng berucap tanpa suara seraya mengacungkan jempol nya padaku yang nampak tak rela di tinggalkan olehnya. " Ti nanti teriak aja kalau dia gak jinak ya, dah kakak tinggal dulu sebentar." Ucapnya melepas tangan ku perlahan lantas meninggalkan ku bersama Limbad versi sipit ini.
Sam masih tak bergeming di tempatnya, ia seakan tak terpengaruh dengen keberadaan ku di sini. Di nakas dekat tempat tidurnya aku lihat ada makanan dan obat yang masih utuh, sepertinya ia belum menyentuhnya sama sekali. Aku memberanikan diri mendekat ke arahnya dan berdiri di samping kursi belajar nya. Semoga dia jinak kali ini.
" Samm." Panggil ku hati hati.
" Sam gimana keadaannya??"
" Sam udah makan sama minum obat belum??" Dia tetap diam tak bersuara.
Aku berinisiatif mengajak nya bicara lagi.
" Sam."
" Samuel." Nihil. ia tetap tidak merespon, Di baikin malah tuman ni dia.
" Luwaaaak punya mulut gak si buat jawab." Kesal ku akhirnya mulai frustrasi menghadapinya.
Berhasil. Samuel berdiri dari kursinya, menatap ku dengan tatapan tajam khas miliknya, sejujur nya aku takut namun aku tak mau kalah dengan balik menatap nya tajam dan tangan yg ku silangkan di depan dada, itung itung defense juga siapa tau dia nyakar.
" Berisik! lu gak lihat gw lagi ngapain." Ucap Sam tegas.
" Makanya kalau di ajak ngomong tuh nyaut kek apa kek, berhenti belajar sebentar gak akan bikin bego juga kali."
" Dan sekali aja lu gak usah ganggu gw, gak akan bikin hidup lu rugi juga kali." Sorot matanya tajam melihat ke arahku dengan wajah datar tanpa ekspresi dan bibirnya yang masih terlihat pucat. "Kemarin kemarin bukannya lu berlagak gak kenal gw?? kenapa sekarang lu jadi repot repot perduli sama gw??" Ketusnya.
Aku hanya mampu tersenyum simpul, sepertinya aku harus benar benar extra sabar kali ini dengan sikap dingin nya.
" yaudah aku minta maaf udah ganggu waktu belajar dan istirahat kamu, kalau gitu aku pamit pulang. Dan tolong sampaikan salam aku ke ka Reina." Pamitku padanya.
Aku memutar tubuhku melangkah keluar dari kamarnya, baru saja aku akan melangkah Sam menarik lenganku membuat ku otomatis berbalik menghadapnya. Dia menarik tubuhku mendekat, tanpa di duga Sam justru memelukku ia menenggelamkan wajahku di dadanya. Mataku membulat sempurna, tubuhku terasa kaku namun aku masih bisa mendengar jelas degup jantungnya yg ternyata cukup cepat, sama sepertiku. Dia mengeratkan pelukannya.
" Lu boleh marah marah sepuas lu sekarang, dengan senang hati gw dengerin. PR tau Ra, lu yg mendem gw yg di suruh peka." Aku tersenyum sekaligus merasa bersalah mendengar gumaman nya. Tanganku yg semula kaku kini mulai berani membalas pelukannya, rasanya sangat nyaman hingga aku tak mampu merespon apa apa kecuali tanganku yg ikut erat memeluk tubuhnya. Aku rindu sekali Siluman kulkas ini.
" Lain kali gak usah pakai di pendem pendem sendiri terus, yg ada lu malah kemakan pikiran sendiri nanti. apalagi belum tentu apa yg lu fikirin itu bener, apapun itu sikap gw yg bikin lu gak nyaman ya ungkapin aja seenggak nya gw bisa kasih penjelasan dulu kalau habis itu lu mau tetep marah atau ngambek ya terserah yg penting lu udah denger kebenaran nya jangan tiba tiba malah ngadat gak jelas, jangan jangan cuma kangen doang kali ni makanya lu cari masalah sama gw." Ucapan nya yg awalnya terdengar menenangkan justru merusak suasana di akhir, rela tak rela aku melepaskan diri dari pelukannya dan memandangnya kesal.
" Gak usah kepedean deh,makanya jadi orang jangan nyebelin." Jawabku kesal.
" Ya makanya ngomong jangan diem kalau ada masalah." Balasnya.
" Ya makanya peka jangan cuek."
" Gw Samuel bukan Romy Rafael." Elak nya santai. Ini dia lupa cara main nya apa gimana sih, kok gak ada ngalah ngalahnya sedikit gitu sama perempuan.
" Terserahlah. Aku mau pulang, sana belajar lagi aja sana tadi katanya mau fokus."
" Kan katanya gak belajar sekali gak akan bikin bego." Ucapnya dengan senyum sinis sambil berjalan mendekat ke arahku. Aku mundur perlahan membuat posisi kami berdua kembali berjarak. Lagi lagi Sam menarik tubuhku mendekat, ia memandangku dalam kali ini dengan tatapan yg meneduhkan, aku memilih menundukkan pandangan ku dari tatapannya yg seakan dapat menghipnotis itu. Untuk kesekian kalinya tubuhku di buat kaku saat Sam menahan tubuhku dan jarinya mengangkat dagu ku agar menatapnya, wajahnya semakin mendekat sangat dekat. Setelahnya ku rasakan untuk pertama kalinya seseorang mengecup bibirku.
Sam melepas ciuman singkat nya lantas kembali menatap ku yg masih terdiam membisu. " Jangan ngambek lagi ya sayang, tunggu di bawah nanti aku yg anter pulang." Ucapnya lembut seraya mengusap kepalaku.
" Iyaa." Kataku susah payah menelan kegugupan, lalu mengangguk menurut dan berjalan keluar kamar sambil meredam degup jantung yang semakin memburu.
Ka Reina tolong ini kenapa adiknya jahat banget, Masa mau nyium gak ngasih spoiler dulu.
Sesuai permintaan Samuel tadi aku menunggu nya di ruang tamu, ternyata di atas meja sudah tersedia minuman untuk ku, sengaja tidak di antara ke kamar Samuel karena permintaan ka Reina kata bibi saat menghampiri ku yg sedang duduk sendirian tadi. Syukurlah, ka Reina pengertian seenggak nya gak akan ada acara malu karena kepergok. Aku menghabiskan minuman itu hingga tak tersisa entah efek haus atau grogi, yg jelas otakku sedang bercabang memikirkan soal kejadian di kamar Samuel saat ini. Apakah aku harus senang akhirnya aku dan Samuel kembali baik baik saja, sedangkan di satu sisi aku tetap tak mendapat kepastian soal apa sebenarnya hubungan kami.
" Bengong aja mikirin apa??" Samuel duduk di sampingku membuyarkan lamunanku yg tentu saja tentang nya. Aku hanya tersenyum tak menjawab.
" Kenapa?? Kan aku udah bilang kalau ada apa apa jangan di pendem."
" Cie udah aku kamuan sekarang ngomong nya." Ejeku mengalihkan pembicaraan. Dia terlihat salah tingkah dengan pipi nya yg memerah. " Eh tapi sama Dinda juga aku kamuan deng, nanti aku di anggep adik juga lagi. Tapi masih mending Dinda si udah tau posisi nya sebagai apa." Ucap ku sarkas sengaja memancing nya Sementara Samuel masih terlihat tenang tak terpengaruh. Mungkin memang gak ada harapan batin ku.
" Tiara kamu mau kan nikah sama aku??" Hah gimana gimana aku gak suka ya becanda nya serius begini, yg ada di bayangan padahal cuma di ajak pacaran. Sumpah si luwak lagi kenapa si agresif banget habis bikin lepas segel bibir orang sekarang malah ngajak nikah. Dia gak mikir kalau ciuman bibir bisa bikin hamil kan ya.