Samuel benar-benar menepati janjinya, menjemputku di Minggu pagi. Ketika kebanyakan orang masih terlelap pada tidurnya, kurang dari jam 6 pagi si geblek luwak justru sudah siap menunggu di depan pintu rumahku dengan ekspresi datarnya seperti biasa.
Aku memandang nya malas sambil bersandar pada pintu depan rumah. Kenapa dia bisa bisanya datang sepagi ini, padahal aku sendiri masih buluk sekali dengan tubuh yang masih di balut dengan piyama tidur.
" Kamu gak lagi ngigau kan datang jam segini." Kataku sambil mengucek mata dan menguap menahan kantuk.
Samuel memandangiku dari atas sampai bawah. Mungkin dia sedang menilai ku, aku sendiri bodo amat ngapain lagi harus jaga image di depan dia siapa suruh main langsung ngajak nikah aja.
" Enggak, kemarin kan aku udah bilang mau jemput pagi." Jawabannya.
Aku berdecak. " Pulang deh sana Sam, aku masih bener-bener butuh pelukan kasur paling enggak sampai siang nanti. Lagian jarak rumah aku ke rumah kamu tuh gak terlalu jauh iya kali mau ketemu orang tua kamu jam segini." Dikira mau peresmian warung nasi uduk kali pagi pagi buta udah harus stand by, batinku.
" Sebentar lagi juga siang, udah mandi sana." Titah Samuel. Sebentar lagi gundulnya itu kupingnya gak bisa lihat atau matanya yang gak bisa denger sih, tukang sayur langganan ibu-ibu kompleks juga masih prepare.
" Sammm..."
" cepetan mandi Tiara."
Aku semakin erat berpegangan pada gagang pintu rumahku. Melihat tingkahku yang seakan tak mau di lepaskan dari pintu, Sam tanpa pikir panjang menarikku untuk segera lepas dari pintu.
" Ayok, jangan takut air deh kaya wedus."
" Bukan masalah takut air, tapi memang kita mau ketemu orang tua kamu tuh jam berapa sih sebetulnya?" Tanyaku kesal.
" Nanti kok jam 10."
" Ya terus kenapa udah di sini dari jam segini?" Lagi lagi aku bertanya kesal padanya dengan nada frustasi.
" Kangen"
Manusia itu hanya menjawab dengan santai tanpa menatapku pula, dia langsung masuk ke dalam rumahku meninggalkan ku yang masih terhenyak akibat ucapannya.Aku menyusul Samuel dan menemukannya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan mata yang fokus menonton televisi yang menayangkan tayangan kartun, mungkin itu kartun favoritnya karena dari binar matanya dia terlihat excited. Aku duduk di sebelahnya, melihat kedatanganku Samuel hanya melirik sekilas. Hingga Beberapa menit samuel masih saja asik sendiri dengan tayangan di televisi hingga akhirnya nya Samuel mengalihkan pandangannya ke arahku karena entah sudah berapa kali aku mendengus kesal, kemudian dia menggeser duduknya dan menarikku ke pelukannya. Aku yang tadinya sedang misah misuh tidak jelas mendadak bungkam merasakan kenyamanan yang seakan tengah Samuel salurkan padakku, belum lagi tangan nya yang kini aktif mengelus-elus kepalaku membuat rasa kantukku terasa semakin menjadi.
Gini kali ya nanti enaknya punya pasangan? Kalau kaya gini jadi pengen cepet-cepet sah rasanya.
" Udah tidur lagi aja, kamu kalau lagi ngantuk rese. Rewel." Ketusnya. aku tak ada niat sama sekali untuk menanggapi samuel, karena setelahnya aku benar-benar kembali terlelap tidur.
•••••
" Assalamualaikum."
Kami berdua memasuki area ruang keluarga yang lagi lagi masih membuatku takjub, aku memang sudah pernah ke sini sebelumnya untuk menjenguk Samuel saat itu dan itu saja sudah membuatku gugup. Apalagi sekarang, datang ke rumah ini lagi namun dengan tujuan yang berbeda tak bisa ku pungkiri jantung ku berpacu kencang sedari tadi.