38.RESTU

694 81 43
                                    

Hasil UN telah diumumkan 1 Minggu lalu, dan kami lulus 100%. Aku memilih untuk pergi ke rumah nenekku di Bogor saat itu, daripada datang ke sekolah untuk melihat hasil pengumuman dan merayakan hasil kelulusan kami kemudian dilanjutkan dengan melakukan salam perpisahan setelahnya. Rasanya aku sedang tidak ada tenaga jika harus bersendu sendu lagi, Kalian pasti tau ada hal lain juga yang sedang ingin kuhindari? Dengan tidak menemuinya lagi, menurutku itulah cara  perpisahan terbaik yang kupilih.

Hari ini keadaan di rumah nenekku terasa ramai, Hal ini dikarenakan papahku yang baru saja kembali dari  tugas luar kotanya dan aku yang baru saja lulus dari bangku SMA. Akhirnya nya Nenekku dan beberapa keluarga besarku yang lain memutuskan untuk mengadakan acara makan malam bersama untuk merayakan nya.

Suasana malam ini terasa begitu hangat, kami semua kini tengah berkumpul di ruang tengah mengobrol santai dengan aku yang kini mulai menjadi pusat perhatian mereka.

" Habis lulus SMA mau lanjut jadi Maba atau Mada ti?? Tanya om Haris adik dari papahku yang membuat dahi ku berkerut.

" Hah, Mada? Maksudnya?" Tanyaku.

" Mamah muda." Om Haris mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa kecil, yang sukses membuat aku bungkam karena sepenuhnya kini tatapan mata mereka benar-benar fokus mengarah padaku.

" Maba dulu om." Jawabku sambil mengambil handphone dan memainkannya, berharap agar perhatian mereka tak lagi tertuju padakku.

Yap... Sebenarnya aku udah bisa nebak sih kalau acara kumpul keluarga gini pasti akan muncul pertanyaan pertanyaan yang annoying, bagi yang belum nikah akan di tanya kapan nikah, kalau udah nikah pertanyaan nya berubah jadi kapan punya anak. Bahkan aku yang baru lulus pun gak luput dari pertanyaan semacam itu.

" Assalamualaikum..." Kami semua serentak menengok ke arah suara,
tanpa ku sadari kini sudah ada seseorang di depan pintu dan tersenyum tipis ke arahku. Meski sama-sama dalam keadaan terkejut, setidaknya mamah adalah orang yang cepat tanggap dan langsung menyambutnya dengan ramah.

Aku menghela nafas panjang saat dia semakin mendekat dan sorot mata papah yang seakan menuntut penjelasan. Sementara keisya justru senyam senyum melihatku yang kini mulai berkeringat dingin.

" Siapa ka?" Tanya papah mulai penasaran.

Samuel duduk di sebelahku, kemudian aku memperkenalkannya pada keluargaku.

" Ini samuel, dia teman sekolah ku Pah." Kenapa suasana nya jadi akward gini? Ini mereka gak ada yang mau kedip apa?

" Oh teman sekolah, ke sini ada perlu apa ya? Atau memang sengaja di undang ikut makan malam sama Tiara tapi kamu nya telat datang?" Papah menengok ke arahku yang ku balas dengan gelengan sebagai tanda tak tau menahu soal kedatangan samuel.

" Sebelumnya saya minta maaf untuk om dan yang lainnya jika kehadiran saya yang tiba-tiba ini mengganggu, tapi saya datang kemari bukan sebagai teman Tiara melainkan sebagai laki-laki yang ingin berniat serius dengan Tiara." Kami semua terkejut dan terpaku menatap Samuel.

" Secepat itu? Kamu menghamili anak saya?" Pertanyaan papah justru membuatku terpancing refleks berteriak.

" Pah, astaghfirullah! Enggak lah gak mungkin samuel nghamilin aku." Ya mungkin aja sih tapi kan masih nanti.

" Tunggu om biar saya jelaskan, niat saya untuk menikahi Tiara mungkin terkesan tiba-tiba namun itu semua bukan karena kami menjalani hubungan yang tidak sehat. Percayalah menikahi Tiara adalah cita-cita saya sejak lama, saya mencintai Tiara sejak awal saya tau Tiara bersekolah di tempat yang sama dengan saya, namun selama ini saya selalu menahan diri untuk mendekatinya karena yang ada difikirkan saya  jika saat itu saya mendekati nya dan membangun  sebuah hubungan dengan nya saya hanya akan menggangu kewajibannya sebagai seorang pelajar. Dan menurut saya kali ini adalah saat yang tepat, Tiara sudah menyelesaikan kewajibannya  dengan lulus sekolah dan saya janji saya tidak akan menghalangi Tiara jika dia ingin melanjutkan pendidikan nya setelah dia menikah dengan saya nanti. Saat ini kami sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 3 bulan dan saya tidak ingin kami hanya dekat tanpa ikatan yang jelas. Jadi saya mohon restu dari om, saya sudah siap dan yakin ingin mengambil tanggung jawab atas Tiara dengan menjadikan nya isteri saya."

BUATKU TERSENYUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang