Aku sedang belajar di kamarku ketika akhirnya ku dengar suara ketukan pintu yang ternyata berasal dari Ka Reina. Aku tak terlalu memperdulikan nya karena yang aku tau tujuan ka Reina hanyalah memberikan buku catatan ku yang berhasil dia dapatkan dari Tiara, di detik berikutnya jantungku seperti berhenti berdetak saat akhirnya aku tau siapa yang turut ikut serta bersamanya. Itu adalah Tiara, wanita yang belakangan ini tanpa sebab seakan menjauh dariku dan diam-diam membuatku merindu.
" Kalau gak ada perlu lagi tolong tutup pintunya ka, gw lagi mau fokus belajar."
Itulah kata pertama yang ku ucapkan untuk menyambut nya. Bukan tak senang, aku hanya membantu ingin nya untuk menjauh dariku. Hal yang terjadi selanjutnya adalah pertengkaran diantara kami dan aku yang tak bisa menahan rasa rinduku padanya, ya hari itu mungkin aku sudah gila karena telah berani menciumnya. Aku sudah sangat siap jika saat itu Tiara akan menamparku atau bahkan dia yang akan semakin membenciku, namun syukurlah responnya membuat ku lega dan hari bahagia itu akhirnya tiba di mana seorang Alana Mutiara Anugerah akhirnya menjadi kekasihku.
Bulan pertama, hari-hariku ceria dan selalu terisi hal tentangnya. Bahagiaku sempurna meski aku memintanya untuk tak banyak mengumbar ke semua manusia tentang bagaimana hubungan ku dengan nya, aku hanya ingin UN tetap menjadi prioritas nya. Sejak dimana aku memutuskan untuk memiliknya, hal pertama yang ada difikirkan ku hanyalah bagaimana cara memantaskan diriku agar aku bisa Menikahinya.
Bulan kedua. Aku mulai menjauh, meski sebenarnya itu hanyalah bagian dari rencana ku untuknya. Maafkan aku Tiara, aku janji setelah ini kebahagiaan mu tak akan ku acuhkan lagi sebagai kewajibanku.
•••
Jam dinding di kamarku masih menunjukan pukul 05.30 ketika aku membaca pesan dari Tiara yang memberitahu ku jika dia akan berangkat lebih awal ke sekolah. Aku segera bergegas menyusul nya, khawatir jika harus membiarkannya sendirian di sana.
Ternyata sekolah masih sangat sepi, Tiara pun belum sampai aku sudah mengecek ke kelas ternyata dia belum datang. Sepertinya justru aku yang datang lebih dulu daripada dia.
Aku memutuskan pergi ke ruang musik bermaksud untuk menunggu Tiara di sana, sampai akhirnya aku kaget karena Sarah tiba-tiba menabrakku dan dia sudah dalam keadaan menangis. Aku membawanya untuk duduk di kursi pinggir lapangan hanya berniat untuk menjadi pendengar jika memang dia butuh teman untuk bercerita. Tangis nya semakin pecah ketika dia selesai bercerita dan pertengkaran orangtua nya lah yang menjadi penyebab nya aku refleks memelukanya, tak ada niat lain apapun selain niatku untuk menenangkan nya. Aku mengerti pertengkaran orangtua bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi setiap anak.
" Sar.." panggilku akhirnya setelah melihatnya nampak lebih baik.
" Kenapa? Lu mau nyuruh gw bilang makasih karena lu udah jadi korban curcol gw?" Dasar betina kerjaan nya neting mulu.
" Enggak, gw cuma mau bikin lu semakin merasa terpuruk sekarang. gw mau bilang sesuatu..." Ucapku menggantung. Sarah hanya diam menatapku penuh tanya. " Gw udah jadian sama Tiara." Kini tatapannya berubah drastis, begitu serius dan mengintimidasi.
" Jangan main-main sama sahabat gw Sam! dan jangan bikin dia sedih, Lu harus tau selama ini di depan Tiara gw adalah orang yang paling terang-terangan nunjukin rasa gak suka gw ke lu." Ucapnya memperingatkan ku, seakan lupa dengan masalahnya sendiri . Aku sedikit kaget reaksi Sarah bisa semenyeramkan ini.
" Bantu gw Sar, setelah UN rencana nya gw mau lamar dia." Inilah awal mengapa aku dan Sarah seakan memiliki hubungan terlarang di belakang Tiara. Aku menjelaskan semua rencana ku padanya meski awalnya ragu akhirnya dia mau untuk membantuku. Tolong doakan juga teman teman semoga niatku bukan hanya sekedar angan.