"Masih mau bilang kalau cuma sekedar kagum hah??" Tanya Sarah saat melihat keadaan sang pemilik kamar yg terlihat menyedihkan itu.
" Eh kamu sar, kok aku gak denger kamu ketok pintu ya??"
" heh mau sampai ni pintu gw dobrak juga lu gak akan denger, kenapa si tir?? Samuel lagi?? Gw perhatiin ni ya udah 3 hari ini lu udah kaya orang yg hidup segan mati tak mau tau gak."
Aku hanya mampu menaikan kedua bahu ku. " huftt...gak tau deh sar,aku sendiri aja gak tau aku ini sebetulnya kenapa,"
" Simple ko, lu itu cuma lagi rindu tapi gengsi buat ngaku makanya jadi penyakit tuh di hati, coba aja dari awal lu akuin bukan malah repot nyangkal yg justru bikin lu makin kepikiran kaya gini."
Hening tak ada reaksi apapun dari ku, hanya terdengar suara helaan nafas kasar dari sarah sepertinya ia sudah mulai jengah dengan ku yg hanya diam saja tak menanggapi nya, seperti Mayat hidup.
" Dia kemana si sar aku kangeeen....." Aku mengadu lirih memeluk Sarah yg berdiri di samping kursi tempat ku duduk.
" nah gitu dong tir, lemesin aja gak usah di lawan." LOH??!
Kriiiiinggggg!!!!!!!!!
Suara nyaring penanda akan dimulainya kegiatan belajar mengajar pun berbunyi, beberapa siswa terlihat terburu buru menuju kelas mereka masing masing membuat ku sedari tadi menggerutu sambil mengusap lengan ku yg tak sengaja tertabrak oleh mereka.
" Ih.... pada gak lihat apa ada orang di sini main tabrak aja"
" Makanya jangan lelet jalan nya kalau gak mau di tabrak"
" Siapa sih ikut campur aj---,"
Ucapan ku terhenti saat mengetahui jika orang itu adalah sam." Apa?? Gak terima?? Sahut Sam dengan wajah datar dan tangan yg terlipat di depan dadanya, membuat ku seketika kehilangan nyali.
" Awas!! Apa mau gw tabrak??" Titah Sam lantas pergi meninggalkan ku yg masih terpaku di tempat karena kehadirannya.
Jangan tanya bagaimana kondisi perasaanku saat ini sudah pasti akan ku jawab dengan kata bahagia, bahagia karena obat "Malarindu" sudah ada di depan mata. Aku yang akhirnya sadar Sam telah pergi langsung saja bergegas memberikan diri menyusulnya. Heyyy....Sam tunggu, susah payah aku berlari untuk mensejajarkan langkah ku dengan nya.
" Sam ini kamu??"
" Bukan, Randy Martin"
" Ih pede...tapi sepintas mirip si"
" Emang"
" Sam mau kemana?? Tanya ku yg bingung dengan Sam yg justru melangkah menuju ke UKS bukan ke kelas.
" Kepo"
" Kamu sakit??"
" Gak"
" Terus ke UKS ngapain??"
" Bukan urusan lu"
" Udah mata minimalis sekarang sama omongan juga minimalis" gumam ku kesal yg ternyata masih bisa di dengar oleh samuel, padahal aku yakin aku mengucapkannya pelan tadi.
" Ngomong apa lu tadi!!?, tatapan Sam seakan siap menelan ku hidup hidup membuat aku refleks menutup mulut dan menggelengkan kepala ku.
"Ka Sam........"
Suara panggilan itu berhasil menghentikan pertengkaran unfaedah yg baru saja akan di mulai antara aku dan Samuel.
" Hey ka..." Sapa Dinda begitu sumringah berjalan menghampiri Samuel, begitu pun dengan Sam ia membalas sapaan Dinda dengan senyuman nya.
" Hey....gimana kemarin bisa?? Tanya Sam membuka obrolan keduanya, " maaf ya Din kemarin telfon nya gak sempet aku angkat lagi hectic banget soalnya di sana."
Dinda mengusap lengan Sam ketika melihat raut menyesal nampak jelas di wajahnya. "It's oke ka gak apa, aku ngerti ko." yang di balas Sam dengan senyuman tulus.
" Eh ka Tiara, lagi ada urusan ya sama ka Sam?? Tanya Dinda yg akhirnya sadar akan kehadiran ku di antara mereka berdua.
Kirain lupa kalau masih ada orang di sini jawab ku tentu saja dalam hati.
"oh...gak ko ini mau jalan ke kelas, yaudah duluan ya." pamit ku, yg kutujukan ke Dinda.Aku tersenyum getir mengingat interaksi antara Dinda dan Samuel tadi. terlihat jelas tatapan tajam tak bersahabat Sam saat dengan ku namun berubah ramah kala bersama Dinda, senyum sinis yg selalu setia ia berikan untukku seakan yg tulus hanya ia simpan untuk Dinda, bahkan yg lebih menyesakan adalah saat Sam terlihat begitu menyesal hanya karena tak mengangkat telfon dari Dinda. Sedangkan saat hari itu dimana ia membentak dan membuat ku menangis apa dia juga menyesal.....??