"Rasanya mau pindah aja jadi anak IPS"
" Yah berasep dah otak gw"
" Ya...boleh KK di jual otak second nya"
" Ini gak seberat ujian hidup ko guys"Itulah reaksi para murid di kelas XII IPA 1,saat menerima lembaran soal matematika yg di berikan Bu Maya.
" Sudah sudah jangan ribut, cepat kerjakan.! Untuk yg nanti sudah selesai langsung taruh di meja saya dan kalian boleh keluar."
" Boro boro selesai,ngelihat soalnya aja udah males" keluh Dewa.
" Makanya belajar"
" Yee....lu enak Malih ngomong begitu, ni denger ya Sam, di dunia ini tuh ada 2 tipe orang.
1. Dia yg terlahir pintar.
2. Dia yg mencoba untuk pintar, lu enak yg tipe 1
nah buat gw yg di tipe 2 bisa apa.??"" Ya belajar."
"Ah elah.... Susah emang kalau ngomong sama anak teladan mah" sambung Dewa dengan nada kesalnya.
Di saat yg lain hanya fokus mengerjakan soal, aku justru merasa fokus ku terbelah karena memikirkan Tiara, Bagaimanapun karena diriku jugalah Tiara jadi di hukum.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Sementara ini aku harus menahan malu saat jadi perhatian siswa lain, Wajar aneh mungkin bagi mereka karena yg mereka tau selama ini aku di kenal sebagai siswi baik baik yg tak pernah berulah dan cukup berprestasi di sekolah sekarang malah sedang di hukum di tengah lapangan. Belum lagi aku harus menahan panas yg menyengat kerena memang matahari yg sedang bersinar terik teriknya, membuat keringat di dahiku mulai bercucuran.
" Kamu yakin gak mau di periksa lagi sam.?? Tawar Bu Maya pada ku, yg sedikit terkejut karena aku hanya menghabiskan waktu 15 menit untuk menjawab soal soal yg dia berikan.
" Enggak Bu, saya udah yakin."
" Ya udah kamu boleh keluar."
" Baik Bu, terimakasih."
" Sssttttt...heh wa temen lu makan apa si bisa pinter banget gitu." Bisik Sarah.
" Tau,di otak nya ada orang dalem kalih maka nya apa apa serba gampang." Jawab dewa.
" Dewa...!! Sarah...!! Cepat kerjakan soal nya atau kalian saya minta buat susul Tiara ke lapangan sekarang juga." Ancam Bu Maya, sedangkan ke duanya langsung saling tatap dengan tatapan yg di buat semengerikan mungkin.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
" Ya masuk, silahkan duduk Sam"
Jika kalian bertanya di mana aku sekarang, jawabannya adalah di ruang kepala sekolah, demi misi PENYELAMATAN!!!
" gak usah pak makasih, saya ke sini cuma mau bilang saya jadi ikut olimpiade itu."
" Loh cepat sekali kamu berubah pikiran, kesambet apa kamu Sam??
" setelah saya fikir fikir saya takut otak saya karatan pak kalau di biarin nganggur, tapi masih ada beberapa materi yg belum saya faham dan saya mau Tiara yg jadi pembimbing saya pak, karena di semester lalu saya lihat nilai nya tinggi di materi itu."
Pak Ridwan terlihat menimbang nimbang permintaan ku.
" Oke saya setuju, kapan kamu mau mulai bimbingan nya.??
" Sekarang pak." Jawab ku mantap.
" Ya sudah silahkan"
" Kalau gitu boleh saya minta bapak buatkan surat dispensasi untuk Tiara,??supaya saya dan Tiara biasa bimbingan sekarang."
" Ya sudah saya buatkan, tunggu sebentar."
Aku melangkah mantap setelah keluar dari ruangan kepala sekolah tentu saja dengan senjata di tangan ku, senjata yg akan memastikan MISI PENYELAMATAN ku berhasil.
" hufftt....Ya sam lu udah ambil keputusan yg bener ko." sekali lagi aku berusaha meyakinkan diri sendiri.
Demi Tiara!, tak sadar nama itu ku ucap dalam hati.