47. BERUBAH FIKIRAN

802 80 79
                                    

Di dalam mobil menuju rumah Samuel, aku sibuk memikirkan nasibku hari ini. Berbeda dengan samuel yang bersiul-siul seakan melagukan kemenangan nya dan mengejek ketegangan ku.

" Santai dong sayang, mau di ajak happy tertekan banget mukanya." Kata semuel tanpa menoleh.

Aku meliriknya sekilas yang masih fokus menatap ke jalan. Dasar luwak belang kalau ada maunya aja, sayang sayang.

Samuel menurunkan tangannya dari setir. Lampu merah, membuatnya bisa melakukan itu. Lantas sedetik kemudian, Samuel menatapku yang memandang nya dengan mata memicing.
"Apa kita pemanasan dulu aja ya di sini, biar kamu gak tegang nanti, gimana?" Katanya. Dengan alis mata yang sengaja di naik turunkan.

Mataku membulat sempurna, tangan ku sudah ancang-ancang bersiap untuk menampol kepala nya. Namun manusia nya justru menyengir tanpa dosa. " hehe... bercanda." Tangannya terangkat untuk merangkulku. Mengecak rambutku gemas lalu mencubit pipiku. Tidak-tidak ini sama sekali tidak uwu, karena dia melakukan nya dengan keras, yang ku balas dengan toyoran kuat ke kepalanya.

" Sakit, jamet. Situ dendam apa gimana si" Decakku.

" Aku pelan banget loh itu cubit pipi kamu barusan, kamu bales nya kayak mau mecahin kepala aku ke kaca mobil." Semburnya. Aku mengangkat bahu tak perduli, kembali memilih fokus menatap ke jalan.

Sesampainya di rumah Samuel, setelah mengantarku ke kamar tamu dia langsung menuju ke kamarnya untuk mandi. Lima belas menit berlalu, aku yang masih sibuk mengutak-atik canel tv sambil bersandar pada sofa di kagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.

Samuel masuk ke kamarku dengan handuk di tangannya yang sibuk mengeringkan rambutnya. Pakaian nya lengkap, hanya saja air yang menetes dari rambutnya, mengalir ke pelipis kemudian melewati lehernya, membuatku sedikit hilang fokus dan berfikir mengapa kadar ketampanannya jadi meningkat berkali-kali lipat??

" Udah puas bayangin yang enggak enggak soal aku? Mandi sana, aku gak bisa peluk peluk kamu nanti kalau kamu bau keringat." Titahnya.

" Dasar mesum!" Sahutku. Lantas beranjak mengambil bajuku di koper dan langsung pergi ke kamar mandi.

Tiga puluh menit berendam di air hangat, membuatku cukup kembali rileks. Aku keluar dengan celana pendek dan kaos oblong santai karena kami tidak akan kemana-mana lagi hari ini.

" Kamu ngapain si di sini, ke kamar kamu sana." Kataku, menginterupsi kegiatan Samuel yang sedang terbaring di kasur sambil memandang layar Netflix di tv. Aku yang masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi, mendadak gelisah karena menjadi pusat perhatiannya.

"Masa lagi ada tamu di rumah gak aku layani dengan baik, Sini." Katanya, sambil menepuk sisi kasur yang kosong. " Nanti aja rambut ku belum kering." Tolakku, aku takut di apa-apain sejujurnya.

" Sini cepet, kamu tuh kalau gak bantah aku gak bisa ya?" Ish, aku berdecak lalu berjalan mendekatinya, merapikan gulungan handukku dan ikut berbaring di depannya. Aku sengaja memunggungi nya dan menyisakan jarak di antara kami, Samuel justru menarik tubuhku mendekat. Tolong kalian ingat Samuel ini lelaki yang punya kekuatan lebih besar, jadi hal yang mungkin saja terjadi bukan karena aku yang diam saja tanpa perlawanan.

Please kali ini kalian harus ada di pihakku.

" Sam, rambut aku belum benar-benar kering." Aku memprotesnya yang melepas lilitan handuk di kepalaku. Tak menggubris, dia justru menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku dan tangannya sudah melingkar sempurna memelukku dari belakang. Tubuhku kaku, posisi seperti ini benar-benar semakin memperburuk kondisi jantungku.

" Sam, geli." Protesku mencoba menjauhkan kepalanya dari leherku.

" Mulai sekarang biasakan panggil sayang atau mas, aku gak mau kalau selain itu, aku ini kan calon suami kamu." Balasnya, terdengar seperti gumaman.

BUATKU TERSENYUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang