" udah nangis aja gak usah di tahan" satu telapak tangan kokoh mengusap bahu ku, aku menengok ke sumber suara.
"Tadi gw lagi tidur di belakang." Ucapnya nya seakan tau pertanyaan ku. "gw kira ribut ribut ada maling eh tau nya mamah papah lagi berantem." Seloroh Aldi sambil duduk di samping ku.
" Alllllll....tak gigit loh ya." ancam ku tak sungguh sungguh. "Al aku salah ya??" Tanyaku menatap nya sendu.
" Gak ada yg salah dari nolong orang ti..."
" Buktinya Sam sampai segitu marah nya sama aku." air mata ku kembali datang tanpa di undang.
" apa yg lu lakuin bener ti dan Sam juga gak salah. Apa yg dia bilang ada benarnya, boleh nolong orang tapi kalau itu bikin diri lu sendiri susah ya apa gunanya itu namanya maksa. Yg gw tau dia tipe orang yg cuek, kalau sekarang Sam sampai semarah ini sama lu itu artinya dia perduli. Ti Jangan kecewa percaya sama gw saat ini lu udah masuk ke daftar orang yg harus dia jaga."
" Makasih Al." ucapku tulus.
" Haha...sama sama ti..." Jawabnya. Kemudian
Aldi menepuk bahu ku Seraya bangun dari duduknya." Al mau kemana??"
" Ke kantin, laper gw abis jadi saksi orang berantem sama nangis, kenapa mau ikut??" Tawar Aldi. Aku lantas menggeleng.
" Ya udah gw tinggal ya, udah lu jangan nangis lagi, nanti lu kena marah Sam lagi gara gara di kira nyaingin mata dia hahaha...."
Aku merasa perasaan ku lebih baik setelah bertemu Aldi, pria itu memang selalu baik padaku padahal aku sudah menyakiti nya saat itu,saat akhirnya dia mengakui semua perasaan nya dan aku menjawab tidak bisa. Bukan nya kecewa dia justru tertawa, entah terbuat dari apa hati lelaki itu.
Aku memutuskan kembali ke kelas setelah sebelumnya nya mampir ke toilet untuk merapihkan diri agar tidak terlihat kacau dan merasa bersyukur karena ternyata tidak ada kehadiran Sam di kelas.
"Sayang skin care kamu apa? udah jangan sedih nanti pulang sekolah kita beli ya." ucap dewa pada ku yg baru saja masuk ke dalam kelas.
" Duh....dewa lu jangan mancing mulut gw jahat deh wa, Rey tolong Rey di kondisikan tuh temen lu." perintah Sarah.
" Wa...wa... lu makan gorengan lima ngaku dua aja pakai gaya gayaan mau beliin skin care tiara, sini wa sini duduk nak sini saatnya minum obat." Rey berteriak dari kursi barisan belakang.
" Sirik aja lu pada!! ucap dewa tak terima.
Aku hanya menggelengkan kepala ku saat melihat tingkah konyol mereka itu.
" Pada kemana??" Tanya ku pada Sarah, ketika duduk di sebelah nya dan melihat keadaan kelas yg sepi.
" Ia anak-anak pada ke perpus, tadi Bu ana cuma ngasih tugas aja terus pamit karena ada urusan"
" Kok kamu gak ke perpus??"
" Udah tadi"
" Yaudah deh sar aku ke perpus dulu ya." pamit ku yg sebenarnya sedikit malas untuk beranjak. Sarah menahan ku dan mengeluarkan buku dari tas nya.
" Gak usah ni tugas lu udah kelar." seraya meletakkan buku di atas meja. "orang lagi galau mana bisa ngerjain tugas."
" Terbaik kamu sar makasih...." ucapku terharu.
" Lu kenapa nangis??" Tanya Sarah tiba tiba.
" Kenapa apanya??" Oh mataku, ini enggak tadi aku kelilipan sar."
"Kelilipan Samuel?? Mata gw masih sehat ya tir buat bedain mana orang habis nangis sama orang kelilipan."
" Iya iya nanti aku cerita, tapi gak di sini ya sar di rumah aja." yg di angguki oleh Sarah.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Aku memilih pergi ke taman belakang sekolah untuk menenangkan diri. "Arghhh...kenapa harus lepas kontrol si." aku mengecak rambut kasar kejadian tadi seakan terus berputar di kepala ku, bayangan tentang mata Tiara yg berkaca kaca dan suara nya yg bergetar menahan tangis membuat rasa sesal menyerang begitu hebat nya.
Drtttt.....drtttt....drtttttt... Ponsel ku bergetar ternyata berasal dari sebuah panggilan yg menampilkan nama dinda di dalam nya.
" Hallo...ka dimana??" Tanya Dinda saat panggilan nya berhasil terhubung.
" Di taman."
" Hah... ngapain?? pantes aku cari di kelas gak ada."
" Kenapa??"
" ada materi baru yg mau di bahas, anak olimpiade di minta kumpul semua."
" Yaudah nanti aku nyusul, sekalian mau ambil tas dulu ke kelas." putus ku mematikan panggilan kami.
Sesuai rencana aku langsung bergegas menuju kelas untuk mengambil tas, dada ku terasa bergemuruh kala tak sengaja pandangan ku dan Tiara saling mengunci, namun dengan cepat aku memutuskan pandangan kami dan memilih acuh, mungkin pura pura acuh karena sebenarnya aku masih dapat melihat jelas mata sembab Tiara.
Aneh kenapa dadaku terasa sesak, Tuhan apa kau sedang menghukum ku dengan rasa BERSALAH..???