Niat ku untuk pergi ke kelas Dinda pun harus aku batalkan, mengingat sebentar lagi bel akan berbunyi akhirnya aku memutuskan untuk segera pergi meninggalkan parkiran dan bergegas menuju kelas, menyusul Tiara yg telah lebih dulu meninggalkan ku setelah perdebatan kami berdua yg tak penting tadi.
"Samuel...bisa kita bicara sebentar??". Terdengar Suara pria paruh baya mengintrupsi membuat ku terpaksa menghentikan langkah ku dan menoleh ke asal suara.
Aku lantas menyalami nya saat tau jika yg memanggil ku ternyata pak Ridwan kepala sekolah, di sekolah ku.
" Mari keruangan saya." ajak pak Ridwan mengambil langkah lebih dahulu di depan ku.
"Samuel soal kabar ketidakikutsertaan kamu di Olimpiade tahun ini apa itu benar?? Coba kamu fikirkan lagi baik baik Sam." Tanyanya saat kami sudah duduk berhadapan di ruangannya.
" Sebelum nya saya minta maaf pak dan dengan berat hati saya mengiyakan pertanyaan bapak tadi"
" Loh ada apa Sam?? Bapak selaku kepala sekolah di sini merasa kamu yg paling berpotensi untuk mewakili kembali sekolah kita, terlebih kamu sudah menang 2 tahun berturut-turut dan ini kesempatan kamu untuk meraih yg ke-3."
" Kali ini saya tidak terlalu berambisi untuk itu pak, well... bapak mungkin pernah dengar segala sesuatu ada batasnya jujur saja saya sudah merasa over load apalagi sekarang sudah kelas XII makin banyak lagi beban nya kepala saya rasa nya mau pecah." Jelasku jujur, pak Ridwan justru tertawa di tempatnya mungkin keluhan ku tak terdengar menyedihkan.
" Sekali lagi saya mohon maaf tapi sejauh ini saya fikir itu keputusan terbaik saya, dan soal potensi bukan cuma saya pak masih ada Dinda, Aldi dan Adrian, bapak hanya perlu beri mereka kesempatan." Aku melanjutkan kata kata ku sekaligus mengakhiri negosiasi yg sebelumnya pak Ridwan tawaran untuk merubah keputusan ku.
" Mmmm... baiklah Samuel meskipun saya kecewa, kalau itu sudah menjadi keputusan kamu saya tidak bisa memaksa."
" Terimakasih pak atas pangertian bapak, kalau begitu saya izin permisi pak jika sudah tidak ada lagi yg bapak ingin bicarakan dengan saya."
"Sam, kamu masih punya waktu 2 Minggu untuk berubah fikiran sebelum saya daftarkan nama orang lain untuk menggantikan posisi kamu." Tawar pak Ridwan, masih belum menyerah. Sementara aku hanya tersenyum mengangguk ke arahnya dan pergi berlalu menuju kelas ku.
°°°°°°°°°°°°°°°°°
Suasana kelas yg semula riuh mendadak berubah sepi saat Bu Maya masuk ke ruangan.
" Kenapa ti cari Sam??" Tanya Sarah teman sebangku sekaligus sahabat ku yg ternyata melihat gerak gerikku.
" Gak! So tau kamu"
" Hilihhh...terus kenapa dari tadi nengok ke samping terus kalau gak nyariin penghuni nya."
Tokk...tok...tok
" Permisi bu, maaf saya telat habis di panggil Pak Ridwan tadi." Akhirnya orang yang aku cari datang juga.
" Ya sudah langsung duduk Sam, Oke selamat pagi anak-anak sebelum saya bagikan soal ulangan nya, saya mau kalian kumpulkan tugas yg saya berikan kemarin taruh di meja paling depan di barisan kalian masing-masing." Perintah Bu Maya.
" Duh mampus gw ketinggalan lagi buku nya gimana ni." Di sampingku terdengar suara samuel yang panik sambil membongkar seluruh isi tas nya. Berbanding terbalik dengan Samuel, Dewa justru bertepuk tangan setelah melihat raut panik di wajah Samuel.
"Hahah... Selamat menerima hukuman Samuel sang siswa teladan, moment bersejarah ni harus gw abadikan." Dewa mulai mengejek Samuel.
" Rese Lo. "
Satu persatu murid pun mengumpulkan tugas nya sesuai perintah Bu Maya, Sedangkan kini aku lihat Samuel hanya bisa pasrah menunggu hukuman dari guru yg terkenal killer ini. Secepat mungkin aku segera mengganti nama di buku tugas ku menjadi nama Samuel dan segera mengumpulkan nya. Entah dorongan apa yang membuat ku melakukan ini, tapi mungkin ini waktu yang tepat untuk membalas kebaikan nya padaku tadi pagi.
" Oke anak-anak ibu akan periksa satu persatu tugas kalian." Jantungku berdegup kencang seiring dengan Bu Maya yang tengah memeriksa tugas kami. " Alana Mutiara Anugrah mana tugas kamu??" Suara lantang Bu Maya terdengar dari depan sana membuat tatapan seisi kelas tertuju padaku.
" Aaa-nuu...Bu ketinggalan." Jawabku gugup.
" Saya tidak terima alasan apapun kalian semua tau itu kan? Tiara sebagai hukuman nya sekarang kamu berdiri di lapangan sampai jam pelajaran saya selesai dan kerjakan semua soal di buku latihan, besok sudah harus dikumpulkan kalau kamu masih mau dapat nilai di pelajaran saya."
" Baik Bu." Ucapku menuruti perintah Bu Maya. sementara Samuel, ya aku sadar betul sedari tadi ia tak henti menatap ke arahku tatapan nya terasa begitu menusuk meski aku tak menoleh ke arahnya. Aku memutuskan segera meninggalkan kelas untuk menjalani hukuman yg di berikan Bu Maya tadi.
" Sabar ya tir... Netizen emang suka begitu,jahat.!" Coplos Sarah membuat beberapa siswa yg mendengar ucapan nya itu tertawa.
" Sarah, ngomong apa kamu!!"
Eh Enggakkk... Bu ini katanya si Dewa kena corona.