TROIS

2.1K 356 12
                                    

VERSI REVISI

-Pembaruan ada pada beberapa part yang kurang tepat. Gak akan jauh beda dari alur lama, tapi diusahakan untuk terlihat lebih rapi dan nyaman untuk dibaca.
-Untuk pembaca lama, dimohon untuk nggak kasih spoiler pada pembaca baru. Terima kasih

Eunkyu memandang kosong ke sebuah benda persegi panjang besar di dekat kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunkyu memandang kosong ke sebuah benda persegi panjang besar di dekat kakinya. Panjangnya sekitar dua meter dengan lebar sekitar satu meter kurang. Benda itu dibuat dengan bahan yang bagus dan tidak mudah rusak ataupun lapuk.

Yah, disinilah Eunkyu. Di dekat peti mati ibunya.

Bibi bilang Ibu meninggal karena sakit keras, batin Eunkyu. Tapi... Ibu saat itu masih muda dan masih sehat saja. Aku tahu Ibu selalu memerhatikan kesehatannya, mustahil jika Ibu tiba-tiba sakit keras.

Eunkyu berjongkok, lalu meletakkan sebuket bunga melati putih basah di atas makam tersebut.

"Apa yang membuat Ibu sakit sampai begini? Tidakkah ini keterlaluan?" gumam Eunkyu. "Aku percaya pada Ibu."

Namun tetap saja, tidak menutup kemungkinan Ibu juga lalai, Ibu juga manusia, batin Eunkyu. Entah kenapa dirinya tidak terima Sang Ibu dinyatakan meninggal karena sakit keras.

Eunkyu tiba-tiba berdiri, lalu membersihkan sedikit roknya yang kotor oleh tanah sekitarnya.

Tanpa berkata apapun lagi, Eunkyu pun melangkah keluar dari pemakaman, menghampiri kusir dan Yoonhee yang menungguinya di gerbang makam.

"Nona, Anda tidak boleh sedih berlarut-larut, ya?" ujar Yoonhee ketika mereka sudah di dalam kereta kuda dan bergerak meninggalkan makam. "Itu tidak baik."

Eunkyu mendongak, lalu tersenyum tipis. Apa wajahku memperlihatkan kalau aku sedang sedih?

"Tidak Bibi, aku tidak sedang sedih," jawab Eunkyu. "Aku hanya sedang berpikir saja. Aku sudah ikhlas menerima takdir."

"Oh, saya pikir Nona sedang sedih, wajah Nona terlihat sendu," kata Yoonhee lagi.

Eunkyu menggeleng. "Tidak, Bibi tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja, Bibi perhatian sekali."

Yoonhee melempar senyum tulus, membuat wajahnya terlihat teduh. "Karena Nona telah saya rawat sejak Anda masih kecil. Saya amat menyayangi Nona dan Tuan Besar seperti anak saya sendiri."

Dada Eunkyu berangsur menghangat. Kedengarannya lembut sekali. Memang, Yoonhee selalu setia pada keluarganya. Apapun yang terjadi.

"Terima kasih, Bibi."

____________ ____________

Traanng! Traang!!

Suara pedang saling beradu itu terdengar memekakkan telinga, namun Eunkyu tetap bertahan mendengarkannya. Karena untuk sampai ke perpustakaan istana, dia harus melewati lapangan latihan pedang tersebut.

Roses Wolves [ Jay ENHYPEN ] Sudah Terbit☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang