Bab 107

756 164 29
                                    

Suara orang yang berbicara samar-samar memasuki indra pendengaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara orang yang berbicara samar-samar memasuki indra pendengaran. Mata terasa berat, tapi dipaksa untuk terbuka demi mengetahui apa yang sedang terjadi.

Tapi hanya kegelapan yang Jay dapatkan. Menoleh ke kanan maupun ke kiri semuanya sama. Masih gelap.

Seperti orang yang baru tahu kalau dia buta, Jay mulai panik. Tapi dia berusaha mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. Dia tidak boleh panik dan membuat gerakan yang tiba-tiba.

"Aku penasaran, apa komentar Pangeran Mahkota soal ini..."

"Dia takkan bicara."

A-apa? Aku? Komentar untuk apa? Jay perlahan mencoba menerka suara milik siapa itu. Tapi tak ada yang diingatnya.

Jay kemudian mencoba menggerakkan tangan, bermaksud melepaskan sesuatu yang sepertinya menutup matanya. Tapi yang dia dapatkan ada rasa dingin besi yang melilit pergelangan tangannya.

Seseorang mengingat tanganku, kakiku pun juga terasa kaku.

"Sialan! Jangan seperti pengecut! Siapapun kau, singkirkan apa yang ada di wajahku, dasar bodoh!" Jay akhirnya berteriak.

"Ah iya, hampir saja lupa."

Jay tertegun mendengar suara yang disusul dengan tertawaan itu.

Seseorang melangkah mendekat padanya. Itu terdengar dari suara gesekan antara alas kaki orang tersebut dengan lantai. Seulur tangan bergerak ke belakang kepalanya lalu melepaskan ikatan. Dan wajah pertama yang Jay lihat adalah wajah yang tak ingin dia lihat di situasi sekarang.

"Sunghoon?"

"Kenapa terkejut begitu?"

Emosi Jay memuncak seketika. Sorot elangnya menajam, menghunjam mata Sunghoon yang kentara sekali, sedang mengejeknya.

"Apa-apaan ini, Park Sunghoon?! Lepaskan! Apa yang sedang kau lakukan?! Jangan main-main!"

Sunghoon menelengkan kepalanya. "Apa aku terlihat sedang main-main?"

"Berhenti mengatakan omong kosong, sialan!"

Jay berusaha memberontak. Namun sia-sia. Tubuhnya diikat dengan rantai di sebuah pilar kayu. Tidak bisa bergerak. Ditambah lagi, gerakan kasarnya tadi membuat luka tikam di perutnya malah menjadi-jadi karena tidak diobati.

Yah, mana ada korban penculikkan yang mendapatkan perawatan medis dari penculiknya?

Mereka sengaja melakukannya supaya aku mati perlahan?

"Jangan melakukan hal bodoh, Sunghoon! Kau—"

PLAK!!

Dunia seakan berputar sekarang baginya. Wajahnya dipalingkan ke arah lain dengan sebuah tamparan dari orang yang selama ini tidak pernah dia lupakan.

Rasanya panas, juga perih. Lebih perih lagi karena yang melakukannya adalah adik yang selalu dia sayangi dan percayai.

Jay harap semua ini adalah mimpi buruk dan dia ingin segera bangun. Tapi ini nyata.

Roses Wolves [ Jay ENHYPEN ] Sudah Terbit☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang