XXVI

1.3K 276 32
                                    

VERSI REVISI
-Jangan spoiler, udah itu aja :)

VERSI REVISI-Jangan spoiler, udah itu aja :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jay? Ah, disini kau rupanya. Kau sedang apa?"

Jay mengalihkan perhatiannya dari bunga mawar yang sedang ditata oleh seorang pelayannya di kamarnya.

Bunga yang sebelumnya ada di ruangan Jay sudah layu. Jadi dia memutuskan untuk menggantinya.

"Kau kira aku akan kemana?" tanya Jay pada Sunghoon yang berjalan menghampirinya.

"Ke tempat Putri Eunkyu?" goda Sunghoon.

Jay membuang muka. "Katakan saja apa keperluanmu menemuiku."

Sunghoon terkekeh kecil. Sebelum kemudian mengutarakan tujuannya.

"Ayah memanggilmu ke ruangannya. Sepertinya ada urusan yang sangat penting," ucapnya.

"Keperluan?" ulang Jay. "Baiklah, aku akan kesana. Pelayan, kau boleh pergi."

Pelayan yang tengah menata bunga mawar segera saja mengangguk. Pas sekali tugasnya juga sudah selesai.

Jay lalu mengajak Sunghoon keluar. Seakan tidak membiarkan pria itu mengamati lama-lama bunga mawarnya dengan pertanyaan di hati, "Sejak kapan Jay suka bunga mawar?".

Di luar kamar, Sunghoon memisahkan diri. Dia hanya datang untuk memanggil Jay saja. Sedangkan Jay segera menuju ke ruangan ayahnya.

"Ah, hormat saya untuk Yang Mulia Pangeran Tertua."

Dua orang penjaga di depan pintu ruangan Seojoon memberi salam pada Jay yang segera saja mendapat anggukan.

"Beritahukan kedatanganku," perintahnya.

"Baik, Pangeran." Salah seorang penjaga membuat sikap tegap. Sebelum kemudian menyerukan kedatangan Jay.

Tidak lama kemudian, pintu yang dijaga oleh 2 penjaga itu dibukakan. Segera saja Jay melangkah masuk ke dalamnya.

Dibalik pintu kayu jati tersebut, ada Seojoon yang sudah menunggunya. Duduk tenang di kursi kerjanya dan sebuah pena di tangannya dimainkan berputar-putar.

"Duduklah, Ayah mau bicara," ucapnya setelah pintu ruangannya kembali ditutup.

Jay mengangguk, lalu menarik kursi yang bersebrangan dengan tempat duduk Seojoon, kemudian duduk disana.

Oh, sepertinya ini hanya masalah internal, batin Jay. Menduga-duga apa yang akan ayahnya katakan.

"Ada apa Ayah memanggil saya?" tanya Jay tanpa basa-basi.

Bukannya menjawab, Seojoon membuka laci meja kerjanya, mengeluarkan selembar kertas dan diangsurkan pada Jay.

"Bacalah."

Tangan Jay menyambar pemberian Seojoon dan membacanya sekilas. Tidak lama kemudian, Jay kembali meletakkannya. Wajahnya masih datar meskipun apa yang dibacanya itu seharusnya membuat ekspresinya berubah.

Roses Wolves [ Jay ENHYPEN ] Sudah Terbit☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang