XXIX

1.2K 256 12
                                    

VERSI REVISI
-Jangan spoiler, udah itu aja :)

"Sudah lima hari ini kau jadi sangat pendiam, apa ada yang menganggu pikiranmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah lima hari ini kau jadi sangat pendiam, apa ada yang menganggu pikiranmu?"

Teguran Heeseung barusan membuat Eunkyu tersadar dari lamunannya. Dengan gugup dia memandang sang kakak yang tampak menunjukkan kekhawatiran di wajahnya.

"Apa kau sakit?" Heeseung menempelkan punggung tangannya ke dahi sang adik. "Sedikit hangat. Kau sepertinya kurang sehat. Kakak akan menulis surat permohonan maaf pada Tuan Min untuk menunda dulu keberangkatanmu kesana sampai kau sembuh."

"Tidak perlu, Kak" sergah Eunkyu cepat. Menahan pergerakan Heeseung yang akan berdiri meninggalkan tempatnya bekerja. "Aku baik-baik saja. Lagipula Tuan Min pasti sudah menunggu. Kalaupun aku demam, kurang dari dua hari pasti sudah sembuh hanya dengan minum obat."

"Jangan memaksakan diri," kata Heeseung seraya duduk kembali. "Kakak takkan ada disana, karena daerah itu bukan otoriter Kakak, tapi Tuan Min. Ah iya, Kakak janji akan datang sesekali untuk menjengukmu."

"Ah, Kakak, aku bukannya dipenjara tahu," sungut Eunkyu. "Aku hanya belajar."

"Kalau begitu paling tidak biarkan Kakak menemuimu setidaknya sebulan atau seminggu sekali," gumam Heeseung. "Kakak hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Tuan Min pasti akan mengerti itu."

Eunkyu menghela nafas lirih, sebelum akhirnya dia berpindah posisi duduk.

Dia berlutut di depan Heeseung, tangannya mengambil tangan kanan hangat sang kakak dan menempelkannya di pipinya yang lembut. Matanya yang besar menatap lugu pada Heeseung.

"Aku akan selalu baik-baik saja, Kak. Jangan khawatir," senyum Eunkyu. "Dewa melindungiku. Doa dan kasih sayang kakak juga selalu menyertai. Percayalah."

Bagaimana Eunkyu bisa tak percaya? Dewa telah memberinya kesempatan hidup selama 10 tahun di dunia ini sebelum tahun dimana dia akan dibunuh, untuk mencari alasan kematiannya.

Itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Waktu yang Eunkyu miliki tinggal 8 tahun.

Heeseung mendesah lirih. Dia tak pernah sanggup menghadapi senyuman manis yang teduh itu.

"Baiklah, Kakak percaya," Heeseung membalas senyum itu.

Dengan manjanya, Eunkyu lalu menidurkan kepalanya ke paha Heeseung.

"Terima kasih, Kak."

Heeseung tersenyum tipis. Tangannya mengusap surai lembut Eunkyu dan mempermainkannya. Gadis itu semakin nyaman menumpukan kepalanya di pangkuan Heeseung.

Lagi-lagi dia gagal mengeruk hal apa yang dia rasa sedang Eunkyu sembunyikan darinya. Sialnya, Heeseung tak punya hati untuk memaksanya buka mulut.

Heeseung hanya tidak mau dibenci oleh Eunkyu, itu saja.

Roses Wolves [ Jay ENHYPEN ] Sudah Terbit☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang