XXXV

1K 240 10
                                    

VERSI REVISI
-Jangan spoiler, udah itu aja :)

Bulan ini sudah memasuki bulan ketiga Eunkyu di barak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan ini sudah memasuki bulan ketiga Eunkyu di barak.

Dan juga, memasuki bulan santai bagi Jay karena di bulan ini pekerjaannya sudah tidak terlalu banyak. Yang artinya dia harus segera pergi ke Servarto, seperti yang sudah dia janjikan.

Saat ini, dia sedang termenung. Memandangi puluhan perhiasan yang ditunjukkan oleh pemilik toko perhiasan yang didatanginya.

Sang pemilik toko begitu bersemangat karena pembelinya adalah seorang bangsawan. Namun Jay hanya sedikit bicara dan minta ditunjukkan yang lain.

Hadiah ini hanya untuk formalitas. Tapi astaga... aku malas sekali, pikirnya, sebelah tangan memijat kulit diantara alisnya.

"Pangeran, Anda tak apa-apa?" tegur si pemilik toko yang merupakan seorang wanita paruh baya.

"Tak apa," sahut Jay cepat.

"Ah begitu ya... eum, jadi yang mana yang akan Anda ambil, Pangeran?" tanya wanita itu lagi. "Kalung dengan liontin batu ruby ini akan terlihat cocok di leher kekasih Anda. Warnanya yang berani dan berkilau pasti akan sangat indah diatas kulit putih susu beliau, bukan?"

Sok tahu, batin Jay.

"Bagaimana, Pangeran? Cantik sekali, kan?" tegur wanita pemilik toko.

Jay mengangguk samar. "Iya, cantik."

Wanita pemilik toko itu tersenyum tipis melihat Jay yang tampaknya kurang tertarik.

"Maafkan saya Pangeran, tapi saya lihat raut wajah Anda tidak menunjukkan kepuasan," ujarnya. "Mau saya tunjukkan koleksi lainnya di toko ini? Barang kali ada yang membuat Anda lebih tertarik."

"Ah tidak, terima kasih," sergah Jay cepat. "Kupikir warna merah sudah cocok. Kebanyakan wanita cocok dengan warna merah, kan?"

"Itu benar sekali, Pangeran," sahut wanita pemilik toko. "Warna merah melambangkan gairah dan energi untuk menyerukan terlaksananya suatu tindakan, juga simbol dari keberanian dan kekuatan. Mata Anda jeli sekali, Pangeran. Pilihan yang bagus."

"Ya." Jay menanggapi dengan datar. "Aku ambil yang ini kalau begitu. Bersama yang lainnya itu."

Jay menunjuk pada setumpuk perhiasan lain yang tadi dipilihnya. Dia tidak mau dianggap merendahkan kerajaannya sendiri dengan membawa satu hadiah saja.

Setumpuk perhiasan itu sendiri tak lain adalah aneka macam cincin, kalung, anting, dan gelang dengan berbagai macam model dan batu permata.

Mungkin karena jengah melihat Jay yang sulit untuk dipuaskan, wanita pemilik toko pun berinisiatif melayaninya sendiri, daripada menyerahkannya pada pegawainya. Hingga akhirnya berujung pada kebisuan Jay saat ditunjukkan kalung liontin batu ruby tadi.

Roses Wolves [ Jay ENHYPEN ] Sudah Terbit☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang