3

1.4K 108 10
                                    

Happy reading 😘

Vote and coment jangan lupa 😉

~jangan mencintai seseorang seperti bunga,
Karena bunga akan mati kala musim berganti.
Cintai lah mereka seperti sungai
Yang akan selalu mengalir selamanya.~

_Adelio Putra Raymond

...

"Makanya dengerin dulu yah penjelasan aku" ujar Adelio memohon agar Azella dengerin dulu penjelasannya.

"Jelasin kenapa kamu bela dia?" Ujar Azella datar dan menatap Adelio meminta penjelasan.

"Dia itu sekarang sedang kesepian-"

"Terus kamu-" Azella menyela ucapan Adelio namun Adelio kembali angkat bicara.

"Dengerin dulu jangan nyela" Azella hanya diam dan akan mendengarkan terlebih dahulu alasan Adelio.

"Aku bukan bermaksud belain dia El,tapi dia emang butuh sandaran. Keadaan nya sekarang sedang terpuruk" Azella menoleh ingin sekali ia menjawab tapi kali ini dia hanya akan diam dan mendengarkan.

"Dia baru saja kehilangan mamanya,dia ngak punya siapa-siapa. Dan dia memang begitu sekarang akan mudah tersinggung dan tertekan. Aku tau kamu ngak salah dengan kejadian tadi,jadi aku minta maaf" lanjut Adelio sambil mengegam tangan Azella.

"Dia siapa kamu?sampe kamu sepeduli itu sama dia?." Tanya Azella. Sakit itu yang dia rasa,saat orang yang kita sayang lebih peduli sama orang lain dibandingkan kita sendiri.

"Dia bukan siapa-siapa aku"

"Bukan siapa-siapa,tapi peduli?" Azella melepaskan tangannya dari genggaman Adelio.

"Dengerin. Aku kenal dia baru beberapa minggu yang lalu"

Saat Adelio dalam perjalanan kearah rumahnya setelah mengantarkan sang kekasih pulang ia melihat seorang gadis yang melintas dan menghadang motornya.

"Lo mau mati?" Tanya Adelio turun dari motornya. Untung ia tadi dengan cepat nge rem hingga tidak jadi menabrak gadis itu.

"Iya, tabrak saya. Nggak ada gunanya saya hidup"  teriak gadis itu dengan mata yang sebab dan keadaan yang sangat berantakan.

"Kalo lo mau mati, pikirin orang yang bakalan sedih akan kepergian lo" sebenarnya ia tidak peduli dengan gadis ini,tapi melihat keadaannya yang sangat terpuruk membuat Adelio jadi kasihan, dia juga jadi teringat dengan adiknya.

"Gak ada yang bakalan sedih. Aku sendiri, semuanya udah pergi,aku hanya punya mama tapi sekarang dia juga pe-rgi"lirihnya kemudian ia menjatuhkan badannya di aspal begitu saja. Jalanan malam ini sudah mulai sepi hingga mereka tidak akan menjadi pusat perhatian.

"He gue ngak tau lo punya masalah apa. Tapi mati bukan cara menyelesaikan masalah" Adelio masih dipijakannya dan menunduk melihat gadis yang sekarang berada dibawahnya.

"Tapi gue emang udah ngak punya siapa-siapa. Jadi untuk apa gue hidup?"

"Jika lo orang baik,maka hidup lo akan berarti bagi orang lain." Ujar Adelio datar.

"Kak. Apa kakak mau jadi kakak ku?" Ujar gadis itu memohon dan memegang kaki Adelio. Adelio berjongkok,ia berfikir sejenak.

"Jangan mencoba bunuh diri untuk menyelesaikan masalah"  melepas tangan gadis itu yang memegang kakinya.

"Aku hidup sendiri ngak akan ada yang belain aku. Apalagi aku ngak punya orang tua, mereka selalu mengejekku dengan itu"

"Jangan pernah merasa sendiri, karena tuhan akan selalu bersamamu." Adelio merasa sangat kasihan melihat kondisi gadis ini. Tidak ada salahnya ia akan melindungi gadis yang baru saja ia temui ini.

"Kakak mau kan jadi kakak aku?" Adelio mengaguk. Keadaan gadis itu sekarang sudah membaik. Entah takdir yang mempermainkan nya ternyata gadis ini adalah tetangga nya. Dia pernah melihat gadis ini,dia selalu murung,dan tidak pernah ada senyuman yang terpancar dibibirnya.

"Janji akan lindungi aku?" Ujarnya kembali.

"Kalau gue mampu,gue bakalan lindungi lo"
..

Azella hanya diam mendengarkan. Adelio menceritakan dari awal ia bertemu gadis itu sampai ia berjanji akan melindungi nya. Ia juga menceritakan gimana gadis itu yang dia lihat dari rumahnya,dan sempat bertanya pada adiknya Adelia juga. Dan ternyata benar dia sekarang memang sangat tertekan dan sendiri butuh teman.

"Please jangan marah yah?" Ujar Adelio kembali,ia harus mendapatkan maaf gadisnya. Adelio ngak mau harus kehilangan Azella.

Azella mengaguk. Ia berusaha mengerti dengan keadaan.
"Tapi benarkan dia bukan siapa-siapa kamu?"

"Iya Azella. Dia cuman aku anggap adik juga kok. Jadi jangan cemburu" Adelio menarik Azella kedalam pelukannya. Ia ngak bakalan pernah melepaskan gadis yang berada bersamanya ini.

"Tapi aku marah sama kamu. Kamu lebih belain dia dari pada aku" ujar Azella melepaskan pelukannya.

"Besok engak lagi. Janji" jawab Adelio mantap.

"Aku cuman sayang kamu. Jadi jangan cemburu" Adelio menyentil hidung Azella membuat sang empuh menoleh tajam.

"Kebiasaan ih. Suka banget nyentil hidup aku"

"Hidung Ela bukan hidup"

Azella cenggegesan.
"Eh hidung yah?kirain hidup kan?" Ia sedikit lega sekarang. Ia mengerti mengapa Adelio tadi bela gadis itu. Ia juga ngak boleh egois.

Drrtt

Dering ponsel berhasil menghentikan tawa mereka. Adelio mengernyit ketika melihat nama siapa yang tertera.

"Siapa?"
tanya Azella melirik siapa yang menelepon.

"Adrian" jawab Adelio singkat, kemudian ia mengangkatnya.

"Ada apa?"ujar Adelio to the point. Adelio hanya diam mendengarkan nya. Keningnya berkerut membuat Azella bertanya-tanya apa yang terjadi. Kemudian Adelio memutuskan sambungan teleponnya begitu saja.

"Kenapa?" Tanya Azella penasaran.

"Ngak ada papa" Adelio tidak akan memberi tahu Azella. Ia tidak mau gadisnya kembali menjadi Azella yang dulu.

"Ngak mau masuk?" Adelio mengajak Azella berbicara. Meski sekarang otaknya sudah melayang kemana-mana.

"Malas"

"Belajar yang rajin,jangan malas terus biar nanti anak kita genius" Adelio mengelus rambut Azella. Akankah selamanya gadis ini bersama nya?akankah takdir akan tetap mendukung nya?.

"Apaan sih kamu?kamu juga malas belajar" jawab Azella sambil memukul pelan bahu Adelio.

"Karena aku juga malas makanya aku nyuruh kamu yang rajin." Azella hanya diam mendengarkan. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Adelio sambil menatap pemandangan dibawah sana. Dan melihat ramenya jalanan kota.

"Kamu itu bagaikan mawar. Indah tapi susah buat mengegam nya" ujar Adelio mengegam tangan Azella.

"Kamu suka sama aku sama seperti kamu suka sama mawar?" Tanya Azella melirik Adelio.

Adelio mengeleng. Ia tersenyum memandang wajah Azella.
"Aku mencintai kamu bukan seperti bunga"

"Kenapa?" Adelio menatap Azella dalam.

"Karena bunga akan mati kala musim berganti. Aku mencintai kamu seperti sungai,yang akan terus mengalir selamanya" pipi Azella memerah mendengar penuturan Adelio. Lelaki yang bersamanya ini selalu bisa membuatnya selalu tersenyum. Adelio terkekeh melihat Azella yang salah tingkah karena nya.

"Boleh aku mengatakan sesuatu?" Tanya Adelio membuat Azella kembali menoleh dan berusaha menetralkan kembali jantung nya yang berdebar kencang.

"Apa?"

"I love you" bisik Adelio tepat ditelinga Azella. Membuat bulu kuduk Azella merinding seketika.

...

Yey up. Jangan minggat masih ada satu part lagi sesuai janji.

Happy reading next part😘

ZELLIO✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang