"Arsen! Huhhh!"
Sorak-sorai penonton menyerukan idola mereka masing-masing.
"Ar__hppp"
"Nes! Ish apaan sih lo." Bianca menghempaskan tangan gue. Yang menutupi mulutnya.
"Jangan malu-maluin gue dong Bi. Nggak usah teriak-teriak." Peringatan gue. Kuping gue sekarang jadi sakit.
Nggak perduli sama omongan gue. Bianca masih berjingkrak-jingkrak di tempatnya. Persis cacing kepanasan. Setiap Arsen dan keenam temannya bermain basket. Tribun penonton udah di pastikan ramai oleh penonton-penonton alay mirip Bianca.
"Nggak cuma gue doang kali, Nes. yang lain juga banyak, mending lo semangatin Henggar, tuh."
Bianca menunjukkan Henggar dengan dagunya. Dia lagi mendribel bola. Gue menopang dagu. Membosankan. Gue mengambil ponsel gue di saku celana traning.
"Lo nggak laper apa?" Gue melirik Bianca.
Bianca menggeleng. Tiba-tiba terdengar jeritan dari penonton.
"Henggar Nes."
Bianca menujuk kelapangan. Gue mengikuti arah telunjuk Bianca, di lapangan Henggar udah di kerubungin banyak orang. Perasaan gue berubah jadi cemas. Henggar kenapa?
•••
Pelajaran olahraga telah selesai, sekarang udah ganti jam pelajaran. Dan sampai saat ini gue belum tau Henggar tadi kenapa, dia langsung di gotong ke UKS.
"Stttt, Nes. Lo di panggil."
"Hah."
Gue menoleh ke samping. "Lo di panggil." Kata Elina.
Gue mengusap muka gue, Lalu menghembuskan napas.
"Iya bu."
"Kamu kenapa Aneska. Sakit?" Tanya bu Melda. Wali kelas gue.
"Enggak bu. Cuma ngantuk tadi." Jawab gue tersenyum kikuk.
Bu Melda tersenyum. "Habis ini cuci muka."
Gue mengangguk. "Iya bu."
Setelah gue menyerahkan rincian uang kas ke bu Melda. Gue langsung pergi ke toilet. Tapi sebelum itu gue berniat mampir dulu ke UKS. Hati gue beneran nggak tenang kalo belum liat Henggar. Stela juga tadi nggak masuk kelas.
Dari kaca yang lumayan tinggi gue nggak bisa liat ke dalam ruang UKS dengan jelas. Karena ada bangku di samping gue, akhirnya gue naik ke atas bangku.
Lumayan jelas. Gue bisa liat Henggar yang lagi di suapi Stela. Nggak ada yang di perban, terus dia kenapa?
Waktu gue lagi mengamati Henggar, tiba-tiba di bawah gue ada yang memanggil nama gue, karena kaget akhirnya gue jatuh. Lutut gue sedikit berdarah.
"Gue obatin di UKS yah."
"Nggak usah kak."
Sebenernya gue nggak akan sanggup nolak ajakan Kak Hanif Reiki Savian. Cowok blasteran Arab Tionghoa perpaduan tampan dan imut yang pas, dan sering bikin gue terlihat bego kalo ketemu sama dia. Yang sekarang ini ada di depan gue sambil mengulurkan tangannya buat membantu gue berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Novela Juvenil"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...