Setiap Minggu pagi, gue sama Bianca sering lari pagi di pinggir danau nggak jauh dari rumah Bianca.
"Ya Allah Bi, lama banget sih dandannya. Kita cuma mau joging loh bukan mau kondangan."
Heran gue sama Bianca, ini cuma mau joging aja kudu catok rambut dulu, pake skincare segala. Percuma nanti kena keringet juga luntur.
"Gue itu harus tampil paripurna di manapun berada, Nes." Kata Bianca yang masih merapikan rambutnya.
Gue memutar bola mata dengan malas. "Iya, iya. Udah yuk, ah. Keburu siang entar." Gue menarik tangan Bianca dan berpamitan dengan mamanya Bianca.
Nggak sampai 30 menit, kita sudah sampai di pinggir danau. Udah lumayan ramai. Sebelum lari, kita pemanasan dulu.
"Ya ampun, Nes. Lo liat deh cute banget." Kata Bianca gemas.
Bukannya pemanasan Bianca cuma mengomentari setiap cowok yang lewat. Kalo nggak ganteng pasti cute yang keluar dari mulut Bianca. Gue udah terlalu biasa dengan sifat Bianca yang nggak bisa liat cowok ganteng sedikit.
"Lah Nes, udahan pemanasannya. Perasaan gue belum."
"Itu karena lo terlalu sibuk komentarin setiap cowok yang lewat."
Kita mulai berlari memutari danau yang lumayan luas. Udaranya sejuk banget, banyak pohon-pohon di pinggiran danau. Ada juga tambak ikan. Yang kurang di tempat ini hanya tidak di sediakan tempat duduk.
"Nes, capek. Haus juga."
"Elah Bi, baru juga lari sebentar masa udah capek sih."
Gue duduk di samping Bianca yang udah duduk selonjoran di atas rumput.
"Nggak ada yang jualan air, Bi. Lo kalo haus minum air danau dulu."
Bianca mendorong bahu gue. Untung kali ini nggak terlalu keras jadi nggak menyebabkan gue yang bisa aja nyebur ke dalam danau.
"Udah yuk, cari minum dulu. Gue beneran haus, Nes."
Kita meneruskan memutari danau dengan berjalan kaki. Tadi gue liat di pintu masuk ada warung.
Dari jarak 500 meter gue bisa liat. Ada sekumpulan cogan yang lagi duduk selonjoran di pinggir danau.
"Bi!"
Bianca lari meninggalkan gue yang masih kaget sama teriakan Bianca. Ah, pantes gue nggak asing sama sekumpulan cowok-cowok tadi. Rupanya Henggar dan antek-anteknya.
"Neska! Cepet!"
Stela melambai-lambaikan tangannya. Ada Elin sama Yonna juga.
"Ini yang dinamakan. Jodoh pasti bertemu~~" Hanggar mengucapkannya dengan nada dan Bintang yang memetik gitarnya.
"Hai, Love." Sapa Henggar dengan mengedipkan sebelah matanya. "Mau minum." Henggar menyodorkan sebotol air mineral dingin.
"Makasih." Gue menerimanya lalu membukanya. Untung aja gue nggak sampai tersedak karena Henggar liatin gue terus.
Gue melirik Henggar. Dia berdeham lalu terkekeh.
"Jangan gerogi gitu Love, gue nggak bakal gigit. Cuma pengin natap masa depan."
"Hooeekk."
Henggar menyikut perut Bintang yang berlagak ingin muntah.
"Berhubung kita lagi rame-rame nih. Gimana kalo selfie." Stela mengangkat kameranya.
"Beleh, boleh." Seru yang lain.
"Tapi kalo selfi susah. Di fotoin aja." Usul Bianca.
"Heh, lo. Sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Fiksi Remaja"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...