Gue menghempaskan badan gue ke sofa. Capek banget, dari pulang sekolah gue langsung pergi ke rumah sodara gue di Bandung, ada acara keluarga.
"Bersih-bersih dulu dek, nanti kamu bisa langsung tidur kalo udah duduk di situ."
Hampir aja gue udah mau tidur, terpaksa melek lagi. Gue menguap.
"Iya, nanti." Jawab gue.
"Cepet bangun, nggak ada nanti-nanti. Mamih nggak percaya." Mamih menarik tangan gue.
"Ck, nanti mih." Rengek gue.
"Nggak sekarang." Kata mamih tegas.
Gue mendengus, dengan langkah gontai gue menaiki anak tangga menuju kamar gue. Emang kalo lagi males jalan deket aja berasa jauh banget.
Sesampainya di kamar, gue isi ponsel gue yang kehabisan daya. Udah pasti banyak notifikasi masuk.
Gue masuk ke kamar mandi menjalankan ritual seperti biasa mandi. Tapi kayaknya berendam dulu pake air hangat, boleh juga.
Nggak sampai satu jam gue udah selesai, sekarang badan gue udah seger. Ngantuk yang tadi hinggap aja udah langsung ilang. Dengan rambut yang masih di lilit handuk gue mengaktifkan ponsel. Dan benar aja banyak notifikasi masuk, tapi yang menyita perhatian gue nomor baru. Di sini ada daftar panggilan tak terjawab sampai 49 kali. Ada juga panggilan tak terjawab dua menit yang lalu.
Gue menggeser ikon hijau waktu nomor yang tadi telpon lagi.
"Halo."
"Nes."
Kayak nggak asing suaranya.
"Iya."
"Lo dari mana aja gue telponin dari tadi."
"Emang kenapa? Ini siapa sih."
"Ck, lo nggak simpen nomer gue?"
Gue menggeleng. "Enggak, lo Bintang bukan?"
"Iya, ini gue."
"Ada perlu apa?" Tanya gue langsung keinti.
"Ah, iya gue jadi lupa sama tujuan gue. Gue minta tolong. Bujukin Henggar biar nggak balapan."
"Lo kan sahabatnya kenapa nggak lo aja." Gue duduk di kursi belajar, sambil mengeringkan rambut.
"Gue kerumah lo sekarang." Kata Bintang tiba-tiba.
"Eh.. mau ngapain lo?" Panik gue. Pengin di gantung gue sama bang Brian, nerima tamu cowok malem-malem kayak gini.
"Please, bantu gue." Katanya memohon.
"Duh, Tang. Bukannya udah biasa si Henggar balapan, kenapa sih lo? Ini juga udah malem. Lo mau di gorok Abang gue?"
Heran gue sama si Bintang, kayak gelisah banget perasaan.
"Nes, ini pokoknya bahaya. Ayo dong Nes bantu gue. Di goroknya pending dulu." Paksa Bintang.
Gue menghembuskan napas. Ya udah deh gue turutin.
"Iya, gue tunggu." Gue langsung mematikan sambungan telepon.
Tut tut tut
"Ck, si Bintang nggak jelas banget." Batin gue.
Gue menyisir rambut di depan cermin. Kenapa jadi keinget Henggar. Dia pernah nyisirin rambut gue.
"Neska!" Kebiasaan banget mamih tuh, kalo manggil teriak-teriak nggak bisa apa nyamperin ke kamar aja. Giliran gue yang teriak-teriak udah pasti di marahin. Lah, ini udah malem masih aja teriak-teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Novela Juvenil"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...