14.HENGGAR •Kakak Tiri•

407 41 0
                                    

Gue menghempaskan badan gue ke sofa. Sejam yang lalu gue baru aja pulang dari RS. Rumah lagi rame banget, sodara-sodara gue lagi pada main ke rumah. Ngomongnya mau jengukin gue tapi kenyataannya cuma pada ngerumpi dan anak-anaknya di titipin ke gue.

Ada empat bocil yang lagi ngelilingin gue, untungnya mereka pengertian. Kalo sekarang gue lagi nggak bisa main yang neko-neko.

"Kakek!"

Gue yang udah hampir tidur jadi melek lagi. "Hem."

"Kakek udah sembuh apa belum." Celoteh Abel bocah umur 3 tahun. Dia anaknya keponakan gue, jadinya manggil gue kakek.

"Ya belum lah, Bel." Jawab gue. "Kamu pijitin lagi biar kakek cepet sembuh."

Abel mengerucutkan bibirnya. Tapi bocah itu kembali pijitin kaki gue. Ya, meski rasanya geli tapi lumayanlah.

"Kakek, cepet sembuh dong, kan Lintang pengen main kuda-kudaan." Kata Lintang bocah umur 4 tahun. Dia juga anak keponakan gue. Totalnya gue udah punya 3 orang cucu.

"Kakek cepet sembuh ya, kek. Jangan meninggal, nanti Caca main kuda-kudaannya sama siapa."

Gue mengucapkan sabar dalam hati. Kalo aja bukan bocil udah gue sleding.

"Caca nggak boleh ngomong gitu." Peringat Sadewa bocah kelas 3 SD.

"Caca sering liat di TV kalo sakit terus meninggal."

Gue menghela napas. "Itu kan di TV ,Ca. Caca doain kakek biar sehat terus." Gue mengusap rambut panjang Caca yang sedikit ikal.

Caca mengangguk lucu. Gue jadi gemes sendiri. "Pijitin kakek lagi."

Gue melirik Dewa. "Wa, diem-diem bae, kenapa?"

Dewa menghela napas. Dewa ini keponakan gue, tapi dia manggilnya abang nggak mau om. "Qila lagi diemin aku dari kemarin." Kata Dewa cemberut.

"Kok bisa."

"Nggak tau, mungkin gara-gara aku duduk sebangku sama Ica."

"Kenapa kamu duduk sama Ica?"

"Kata guru aku bang. Soalnya Ica suka berisik sendiri. Tapi kalo duduk sama aku dia nggak bakalan berani berisik." Jelas Dewa panjang.

"Kenapa kok nggak berani." Tanya gue.

"Nggak tau, takut kali sama aku." Jawab dia cuek.

Gue terkekeh. "Bocah kayak lo apa yang di takuti."

Dewa melirik gue sengit. Kayaknya yang bikin takut itu matanya. Kayak lirikannya si bule, bikin mati kutu.

Gue berdeham. "Coba kamu kasih dia coklat, siapa tau nggak diemin kamu lagi." Saran gue.

"Emm... Besok aku beli deh. Tapi mana duitnya." Tangan Dewa menengadahkan tangannya.

Gue mengangkat sebelah alis gue. "Kenapa minta ke abang."

"Kan abang yang kasih saran, abang juga yang harus kasih modal."

Gue mendengus.

•••

"Dateng juga lo. Udah sehat."

Gue merogoh saku Hoodie yang gue pake lalu mengeluarkan sebatang rokok.

"Menurut lo." Gue mengapi batang rokok di sela jari gue lalu membakarnya. "Gue nggak akan langsung mati cuma karena alergi udang." Gue menghisap rokok di sela jari gue. Udah tiga hari gue nggak nyebat.

OH MY OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang