20.NESKA •Satu Fakta•

326 39 3
                                    

"Nes, kantin kuy." Bianca menarik tangan gue keluar kelas sebelum gue jawab ajakan dia.

"Bi, gue lagi males kekantin ah." Gue melepas tangan Bianca dari tangan gue.

"Ish. Ada yang perlu di lurusin, biar lo nggak salah paham." Kata Bianca nggak jelas.

"Apanya rambut lo, bukannya lo selalu bawa catokan ke sekolah. Nyampe ngabisin listrik sekolah." Cibir gue.

Si Bianca ini sering banget bawa-bawa catokan ke sekolah kalo dia nggak sempet nyatok di rumah. Maklum belum ketahuan guru BK.

Bianca cemberut. "Ya nggak nyampe abis juga, Nes. Cuma catokan doang." Protes Bianca. "Ini itu lebih penting dari pada catokan." Kata Bianca bersemangat.

Gue menaikan sebelah alis. "Oh iya, gue jadi penasaran." Kata gue.

"Ya udah, makannya ikut gue." Bianca kembali menarik gue ke kantin.

Di meja biasa kita makan udah ada Stela, Elina, Yonna dan Karin. Tadinya pas gue liat ada Karin juga, gue mau balik lagi ke kelas, tapi karena Stela yang ngomong katanya dia mau ngomong sesuatu yang ada sangkut pautnya sama gue dan Henggar, akhirnya gue nurut aja.

"Gue tau lo pasti sedikit nggak suka sama Karin, apa lagi harus satu meja." Kata Stela. Bukan lagi sedikit nggak suka tapi malah emang nggak suka.

"Jadi langsung aja---"

"Jeng, karena ini masalah gue kayaknya gue yang harus jelasin." Kata Karin memotong ucapan Stela.

"Oke." Stela setuju.

"Lo mungkin masih nganggep gue selingkuhannya Hemggar kan." Tanya Karin.

"Menurut lo." Jawab gue.

"Pas di lapangan futsal waktu itu---"

•••

"Udah dong yang, mainnya nggak bosen apa dari tadi nge-game terus."

Gue bersandar di bahu Henggar, dari dua jam yang lalu dia nge-game nggak berhenti-berhenti.

"Nanti Love." Jawaban yang sama dari satu jam yang lalu.

Gue menguap. "Ck, sampai ngantuk aku tuh."

"Ya udah tidur."

Gue menghembuskan napas. Katanya mau di temenin main futsal, sekarang udah nyampe lapangan bukannya futsal malah nge-game.

"Sayang, jadi main futsal nggak sih." Tanya gue sedikit kesal.

"Nanti Love." Jawab Henggar.

"Kalo nggak jadi aku pulang nih." Gue bangkit berdiri.

"Jangan dong." Henggar menarik tangan gue. "Jangan ngambek."

Gue kembali duduk. "Kamu dari tadi nge-game terus." Gue cemberut.

"Iya, iya aku udahan nge-gamenya." Henggar memasukkan ponselnya kedalam tas. "Aku ganti baju dulu." Pamitnya.

Sambil nunggu Henggar ganti baju, gue ke kantin beli minum, sekalian buat Henggar juga.

"Sssttt, udah dong nggak usah nangis."

OH MY OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang