"Henggar!"
Gue meringis. Saat lengkingan suara Mama yang terdengar merdu memasuki gendang telinga gue.
Gue mendekati Mama yang lagi berjongkok. "Kenapa Mama cantik."
"Liat pot Mama pecah!" Pekiknya.
"Yang penting bunganya nggak mati kan." Gue mengangkat bunga anggrek yang baru aja gue selamatkan.
"Itu tapi malah nyabut pohon anggreknya. Anak ganteng." Geram Mama.
Gue nyengir lebar. "Ini kan bisa di ganti sama pot lain, ma."
"Iya kalo nanti bakalan hidup, kalo mati gimana?"
"Hehehehe maaf. Jangan minta ganti rugi, Henggar udah miskin."
Mama Menghela napas. "Kamu ngapain juga sih. Lari-lari, kayak anak TK aja." Mama memunguti pecahan pot yang berserakan. Salah siapa beli pot dari bahan tanah liat, kesenggol dikit pecah. Harusnya beli dari bahan batu nggak gampang pecah.
"Tuh. Bang Haikal, ngejar-ngejar Henggar. Henggar kan jadi takut."
"Abang ngapain sih ngejar-ngejar adek ya. Liat nih, pot Mama jadi pecah." Omel Mama, bang Haikal yang baru nyampe melihat pecahan pot dengan nanar, lalu menatap gue tajam.
"Ini bocah, ma. Bajak WA aku, dia buat seratus yang malu-maluin aku. Sekarang temen-temen pada ngetawain aku." Kata bang Haikal, mengacak rambutnya frustasi. Gimana nggak frustasi gue bikin status yang bombastis.
"Malu-maluin gimana, itu tuh uwuw banget."
"Uwuw kepala lo. Kalo cewek wajar buat setatus kayak gitu. Lah gue cowok. Di kira belok." Omel bang Haikal penuh emosi.
Gue tadi pasang foto salah satu boyband Korea terus gue kasih caption lope, lope deh.
"Aw, aw. Aduh, ma. Sakit." Mana menjewer kuping gue, tangan yang satunya lagi memukul pantan gue. Udah persis kayak bocah di marahin emaknya di suruh mandi.
"Siapa suruh bandel, hem." Mama masih melanjutkan aksinya. Sampai terdengar suara bel.
"Bang bukain." Perintah Mama.
Bang Haikal yang lagi asik video-in gue harus terjeda terlebih dahulu.
"Siap, ma." Kata bang Haikal dengan sikap hormat.
Nggak lama bang Haikal datang lagi. Dia melirik gue setelah itu melirik Mama.
"Siapa bang?" Tanya Mama yang udah sibuk memindahkan bunga anggrek yang tadi potnya gue pecahin.
"Tamu buat Mama. Katanya mau ketemu sama orang tuanya Henggar." Kata bang Haikal penuh penekanan.
Gue mencium bau-bau nggak beres nih, sama kuping sebelah kiri gue.
"Kamu bikin ulah apa lagi." Todong Mama. Mengacungkan skop kecil di depan muka gue.
"Enggak. Henggar nggak ngapa-ngapain, dari pulang sekolah kan di rumah terus." Jawab gue, ala-ala anak kalem.
"Mama kok nggak percaya sama kamu." Mama masuk ke dalam rumah, setelah mencuci tangan.
Gue berjalan menghampiri bang Haikal yang lagi menyirami sayur-sayuran.
"Siapa bang?" Tanya gue penasaran.
"Lo tau pak Slamet."
Gue menepuk dahi. Shit gue sampai lupa belum bayar ganti rugi.
"Lo apain lagi rumahnya."
"Gue mecahin kaca jendelanya, lagi." Gue meringis.
"Udah sono lo masuk." Bang Haikal mendorong punggung gue. Untung gue nggak jatuh tengkurap.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Teen Fiction"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...