Udah sebulan Neska sama si Arab jadian. Udah sebulan juga gue jadi jones. Gue udah nggak bisa nyapa Neska lagi, nggak bisa telponin dia tiap malam kayak dulu lagi. Gue sebenernya nyesel ngomong ke Neska kalo gue nggak akan ganggu dia lagi. Kayak sekarang gue cuma bisa bertopang dagu, jadi penonton kemesraan Neska sama si Arab di kantin.
"Gimana rasanya?" Bintang menyenggol lengan gue.
"Rasanya anjing banget. Ya, Sakit lah, liat istri pacaran sama cowok lain." Kata gue ngegas. "Bego banget pertanyaan lo." Kesal gue.
Zico tertawa. "jangan gitu lah, gue jadi semakin miris liat lo jadi jones."
Gue melirik Zico sinis.
"Lagian udah sebulan bre. Lo masa masih gini-gini aja, nggak ada niatan ngebales gitu." Kata Iqbal.
"Haram hukumnya bagi gue ngebales perbuatan istri."
"Lo emang udah nikah sama Neska?" Tanya Arsen.
Gue mendengus. "Udah lah lo pada makan aja, nggak usah ngurusin gue." Kata gue malas.
"Siapa juga yang lagi ngurusin lo." Cibir Bintang.
"Nggar, ada titipan nih buat lo." Raka membawa paper bag berukuran kecil berwarna pink.
"Dari?"
"Dari dedek gemes. Gue suruh dia kasih langsung ke lo, tapi dianya nggak mau." Terang Raka.
Gue membuka paper bag lalu mengambil isinya. Setoples kue kering.
"Elah, kue kering mah di rumah gue banyak." Gue mendorong toplesnya ke tengah meja.
"Ya, seenggaknya lo hargai lah." Kata Esa.
"Enak juga, dalemnya ada isinya." Raka udah membuka dan memakan kue kering itu tanpa ijin dari gue.
"Heh! Lo asal main buka aja." Gue merebut toples yang ada di tangan Raka.
"Nggak enak, gue kira kayak nastar." Iqbal meletakan kembali kue yang udah dia gigit kedalam toples.
"Jorok banget, udah lo gigit di masukin lagi ke toples." Raka memasukkan kembali kue kering tadi kedalam mangkuk mie ayam Iqbal.
"Nggak makan lo." Tanya Esa.
Gue memeluk toples kue kering lalu menggeleng. "Nggak laper. Kebanyakan makan ati kayaknya sih."
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku, Meski kau tak cinta... kepadaku." Iqbal menyanyikan potongan lagu Risalah Cinta yang waktu itu gue nyanyiin buat Neska di cafe.
"Tapi dianya tetep nggak cinta." Cibir Raka. Lalu mereka tertawa.
Gue menjitak Iqbal dan Raka. Bocah laknat, temen lagi sedih bukannya di hibur. Tapi di ketawain terus.
Gue kembali memakan kue kering yang toplesnya lagi gue peluk. Gue berasa lagi nonton film sambil ngemil. Cuma bedanya ini live. Gue menggaruk pipi gue yang terasa gatal, di lanjut leher, kuping, tangan, kaki. Kenapa jadi gatel semua.
"Lo kenapa om, lagi nge-cosplay jadi monyet." Cibir Ajeng yang udah duduk di samping Esa.
"Nggak tau nih, badan gue gatel-gatel kebanyakan main sama si Bintang kayaknya." Kata gue sambil garuk-garuk.
"Apa hubungannya sama gue Bambang. Gue diem dari tadi." Protes Bintang menjitak kepala gue.
"Dosa lo nempel ke gue." Gue semakin brutal menggaruk badan gue. Ini pasti ada yang nggak beres.
"Lo tadi makan apaan." Tanya Ajeng. Menarik tangan gue yang udah kemerahan. "Alergi lo kambuh kayaknya."
"Gue cuma makan kue kering doang." Tunjuk gue ke kue kering di toples yang tinggal beberapa biji. "Raka juga makan, masa cuma gue yang gatel."
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Teen Fiction"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...