"Raka kas lo, awas lo bilang nggak bawa dompet."
Raka yang lagi asik bermain game di ponselnya mendongak. Dia meringis lalu garuk-garuk kepala.
Gue melipat tangan di depan dada memperhatikan Raka yang seperti sedang berfikir, sedang mencari alasan mungkin.
"Anu itu---"
"Apa!?"
"Nes jangan gitu dong, gue nggak punya duit." Kata Raka dengan muka sedih tapi pengin di tabok.
"Nggak, nggak, kali ini gue nggak bakalan luluh sama muka melas lo. Cepetan."
Dengan gerakan ogah-ogahan Raka mengeluarkan dompetnya dari dalam tas, gue sedikit melongok melihat isi dompet Raka, belum selesai gue menghitung uang berwarna merah dan biru. Eh, dompet udah di tutup dulu.
"Ngapain lo ngintip-ngintip." Tanya Raka sinis.
"Gue heran deh, duit lo banyak tapi kenapa kalo di minta kas susahnya minta ampun."
"Gue kan suka lupa bawah dompet." Alasan Raka.
"Halah." Gue melirik Raka sinis, tapi tiba-tiba gue inget sesuatu. "Eh ka." Kata gue berbisik.
"Hm" Kata Raka sambil menyerahkan uang limapuluh ribu.
"Emang bener lo suka open bo." Tanya gue memastikan.
"Astaghfirullah Aneska, otaknya kotor banget!"
Gue melotot mendengar Raka yang berteriak cukup kencang membuat sebagian temen-temen menatap gue heran.
Gue menjitak kepala Raka. "Nggak usah kayak toa deh." Kesal gue.
Raka terkekeh. "Ada-ada aja ya kali gue open bo. Udah deh besok-besok nggak usah main sama Henggar. Sesat."
"Kok lo tau kalo Henggar yang ngasih tau ke gue."
"Karena itu bocah juga yang pertama nyebar fitnah." Kata Raka.
Gue terkekeh. Ternyata fitnah.
"Neska!" Gue menoleh ke sumber suara. Iqbal berdiri di depan pintu.
"Apa?" Tanya gue heran, ini kali pertama Iqbal masuk ke kelas gue. Bukan buat nyamperin Esa, Zico atau Raka.
"Gawat!" Paniknya.
Gue melirik Raka yang cuma diam sambil menopang kepala dengan tangan.
"Ini beneran gawat." Katanya lagi.
"Heh bocah, ngomong yang jelas kenapa." Kata Raka.
"Ck, Henggar bolos."
"Ya terus." Kata Raka lagi.
"Ck, gue mau ngomong sama Neska. Jadi lo diem deh." Kesal Iqbal, yang membuat gue jadi pengin ketawa.
"Nes, nes." Iqbal memegang tangan gue lalu menggoyangkannya.
"Apa sih Bal, si Henggar bolos terus kenapa?" Tanya gue.
"Sebelum bolos dia berantem dulu sama Bintang." Jelas Iqbal.
"Apa lo bilang berantem, wah ini pasti masalah tadi malem." Kata Raka.
"Emang apa?"
"Biasa gehppptt. Apaan sih lo Bal, tangan lo asin."
Iqbal langsung membekap mulut Raka membuat gue geleng-geleng kepala, takut nanti malah lupa gue mencatat uang kas Raka, melihat Raka dan Iqbal yang masih adu mulut perihal tangan Iqbal yang asin katanya.
"Udah deh Ka, lo diem." Iqbal melipat tangannya di depan dada. Raka menghembuskan napasnya dengan kadar.
"Nggak bakalan bener nih Raka sama Iqbal kalo di satuin." Kata Zico yang baru masuk dengan Esa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Novela Juvenil"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...