"Astaghfirullah."
Gue menatap Henggar di depan gue dengan perasaan dongkol. Pas gue lagi jalan nggak tau datangnya dari mana dia udah berdiri di depan gue.
"Mau permen."
Henggar menyodorkan Lollipop kedepan muka gue.
"Nggak. Lo pikir gue anak kecil."
Gue mendorong bahu Henggar agar bergeser.
"Bukannya lo suka permen." Tanya Henggar sambil mengunyah permen karet.
"Atau mau permen karet." Henggar merogoh sakunya. Mencari permen karet. "Lah kok nggak ada." Panik Henggar.
Disaat Henggar lagi sibuk mencari permen karet. Kesempatan gue buat kabur dari dia. Risih banget gue tuh, deket-deket sama Henggar. Dasar mantan nggak tau diri, udah selingkuh masih aja ngejar-ngejar gue terus.
"Love kok lo ninggalin gue."
Gue memutar bola mata dengan malas. "Gue nggak suka lollipop dan gue nggak suka permen karet. Gue juga nggak suka sama lo."
Gue menginjak kaki Henggar keras. Lalu berlari saat bus yang biasa gue tumpangin lewat.
Henggar masih di sana di depan halte. Masih menatap gue yang udah duduk di dalam bus. Kata 'kenapa' terus terlintas di pikiran gue.
Kenapa Henggar masih ngejar gue padahal gue selalu berlaku kasar sama dia.
Kenapa gue juga menikmati momen-momen dimana Henggar panggil gue 'Love' ,recokin hari-hari gue, Chat gue setiap malem. Padahal gue benci sama dia."Henggarnya udah nggak keliatan Nes."
Gue mendengus dan mengusap muka gue dengan kasar. Gue nggak sadar kalo si Bianca udah duduk di samping gue.
"Nggak usah gengsi kali, kalo masih cinta. Entar Henggar di tikung orang lo mewek." Bianca terkekeh.
"Ck, apaan sih lo."
Gue memasang aerphone di kedua telinga gue. Selain untuk meredam celoteh Bianca di samping gue. Mendengarkan musik di dalam bus adalah favorit gue. Dimana gue bisa melihat pemandangan dari luar jendela, pohon-pohon yang bergerak di pinggir jalan, aktifitas pejalan kaki di trotoar, dan ramainya lalulintas di jam pulang sekolah seperti ini.
Gue tersenyum mengenang masa-masa dimana gue sering melakukan hal seperti ini dengan seseorang. Kita berbagi aerphone, bernyanyi. Sampai sering mendapat teguran dari penumpang lain, dan berakhir kita di turunkan di tengah jalan.
•••
Masih dengan aerphone di telinga, gue melangkah dengan ringan memasuki komplek perumahan, sesekali gue menggumamkan lirik lagu yang lagi gue dengan. Meski harus jalan kaki lumayan jauh ke blok rumah gue. Untungnya hari ini nggak terik malah langit terlihat mendung.
"Sendirian aja neng jalannya? Mau abang temenin."
Dengan muka yang terlihat idiot di mata gue. Henggar, cowok itu udah nangkring di atas pohon. Gue nggak tau sama jalan pikiran Henggar, apa gunanya dia ngikutin gue terus.
Gue melipat tangan di depan dada. Mendongak melihat Henggar yang masih santai duduk di atas pohon yang rindang.
"Lo ngpain sih. Ngikutin gue terus. Nggak ada kerjaan?"
Henggar menggeleng. Dia melompat turun ke bawah, padahal itu pohon lumayan tinggi.
Dia tersenyum lebar di depan gue, sampai matanya terlihat hanya segaris.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Ficção Adolescente"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...