"Baru pulang neng." Tanya mang Toto satpam di rumah gue. Mang Toto Membukakan pintu gerbang buat gue.
"Iya mang, bang Brian belum pulang ya' mang." Tanya gue, melihat mobil bang Brian belum ada di garasi.
"Belum, neng"
Drett... Drett...
Gue merogoh saku rok seragam gue. Ngapain ini bocah telpon? Gue menggeser ikon merah. Belum juga semenit ponsel gue bergetar lagi.
Gue menghela napas lalu menggeser ikon hijau. "Ha--halohhh, To--tolong gue. Uhuk... Uhukk..."
Gue mengernyit. "Halo." Nggak ada sahutan dari sana.
"Halo." Masih sama. Hening. Akhirnya gue matikan sambungan telepon.
"Kenapa neng." Tanya mang Toto. Gue Sampai lupa kalo gue masih berdiri di depan pos satpam.
"Nggak tau mang, orang iseng kayaknya." Jawab gue memasukkan kembali ponsel gue kedalam saku.
"Itu mah lagi modus kali neng pengin kenalan. Neng Neska cantik gini siapa coba yang nggak suka. Istri mamang kalo lagi hamil udah mamang suruh kesini neng, minta di elusin sama neng Neska, biar mirip. Tapi sayang istri mamang lagi nggak hamil."
Gue terkekeh. "Ada-ada aja sih, mang. Udah ah, Neska bisa terbang ini kalo mang Toto puji terus."
"Loh itu sayap bisa di pake terbang, toh. Mamang kira lagi patah. Makannya neng Neska di bumi." Kata mang Toto serius.
"Sayap apaan mang." Tanya gue.
"Kan' bidadari punya sayapnya neng."
Gue tertawa. "Mang Toto pinter gombal dari mana, mang." Tanya gue.
"Dari Den Henggar."
Seketika tawa gue lenyap. Henggar? Mang Toto kenal dimana?
"Mamang kenal dimana?"
"Den Henggar, mah kadang suka mampir neng. Dua hari kemarin yang sering dari pagi sampai siang. Sering bawa makanan terus di makan bareng disini. Tapi hari ini dia nggak kesini. Padahal mamang udah siapin kopi, kita rencananya mau tanding catur." Jelas mang Toto.
Gue meneguk ludah. Pikiran gue langsung terlempar ke telpon tadi. Telpon dari Henggar. Kenapa perasaan gue jadi nggak enak. Apa lagi suara Henggar tadi kayak orang kesakitan.
"Ya udah mang Neska masuk dulu." Pamit gue.
"Iya neng."
Sesampainya di kamar gue telpon lagi nomer Henggar, aktif tapi nggak dia angkat.
"Duh, itu anak kemana coba. Bikin khawatir aja." Gue menggigit kuku jari gue. Apa gue langsung kerumah Henggar aja.
Gue masih mondar-mandir sambil mencoba menghubungi nomer Henggar. Tapi hasinya sama nggak diangkat. Ah, iya gue coba telpon nomernya Stela. Lama gue nunggu tapi nomer Stela malah nggak aktif.
Persetanan. Gue mengambil hoodie dan tas. Gue menuruni anak tangga sambil memesan taksi.
"Neng Neska mau kemana?" Tanya bi Sum, asisten rumah tangga, di rumah gue.
"Neska mau keluar sebentar, ya. Bi."
"Nggak makan dulu neng."
"Nanti aja, bi. Neska pergi dulu." Setelah berpamitan gue langsung lari keluar rumah. Taksi gue udah nyampe.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Jugendliteratur"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...