Sebelum kalian membaca, aku mau kasih tau.
Chapter ini mengandung beberapa kata-kata kasar, boleh kalo bacanya di pending dulu sampai buka puasa.•••
"Nggak sayang tuh sama paru-paru dari pagi udah nyebat terus. Baru seminggu lo keluar dari RS. Mau masuk lagi?"
"Bacot." Gue melirik sinis Iqbal yang udah duduk bersandar tembok di belakang gue.
"Yang lain mana?" Tanya gue.
"Lagi OTW." Jawabnya singkat.
Gue menyesap kembali rokok di sela jari gue, sambil melihat lalu lalang mobil yang melintas di bawah sana.
Hari ini gue sengaja bolos sekolah. Dari pagi gue disini, di atas gedung yang sudah nggak terpakai. Gue memejamkan mata, menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah. Gue ngerasa tenang kalo di atas sini.
"Nggar HP lo bunyi."
"Biarin, paling nyokap." Jawab gue tanpa mengalihkan pandangan gue ke bawah sana.
"Dari pagi lo disini." Tanya Esa yang baru datang, di ikuti Arsen, Bintang, Zico dan Raka.
"He'em."
"Ajeng uring-uringan nyariin lo, goblok."
"Lah ngapain dia nyariin gue. Tumben." Tanya gue Heran.
"Katanya lo bawa uang sakunya, dia."
Gue tertawa. Ah iya, gue lupa tadi pagi di titipin sama mbak Ayu, uang sakunya Ajeng yang ketinggalan.
"Iya, iya gue lupa."
Esa menghela napas. "Gara-gara lo duit jajan gue ludes."
"Sama cewek sendiri masih perhitungan lo, Sa." Cibir Raka.
Esa melirik Raka. "Berisik." Sinisnya. Raka langsung kicep.
"Balapan entar malem, beneran lo mau ikut?" Tanya Zico yang berdiri di samping gue.
"Beneran, Nggar? Aneh banget, perasaan gue nggak enak. Nggak usah ikut, lah." Kata Iqbal menimpali.
"Kek, cewek lo. 'Perasaan nggak enak' segala." Cibir Raka. Iqbal mendengus.
"Lo udah tau kan, nanti malam lawan lo siapa?" Tanya Arsen yang bersandar di tembok pembatas sedikit jauh dari tempat gue berdiri.
Gue menoleh lalu mengangguk. "Dino, ' 'kan."
"Mundur aja Nggar dia itu bahaya." Kata Bintang.
Gue berdecak. "Lo ngeremehin gue."
"Bukan gitu, gue yakin pasti dia udah ngerencanain sesuatu ke lo."
Gue menghela napas. Gue nggak bisa mundur, ini demi harga diri.
"Gue tetep main."
"Nggar!" Sentak Bintang. "Udah deh, nggak usah perduliin omongan si bangsat kemarin." Kata Bintang frustasi.
"Lo nggak tau gimana rasanya! dia udah menghina nyokap gue."
Gue nggak tau kenapa Dino seneng banget mancing-mancing emosi gue. Dia selalu bawa-bawa nyokap sama Neska.
"Iya! Gue nggak tau gimana rasanya, karena gue nggak punya nyokap." Bintang mengambil tasnya yang tergeletak bersiap untuk pergi.
"Tang, bukan maksud gue---" sesal gue.
"Lo bener Nggar, gue udah nggak bisa ngerasain apa yang lo rasain, bunda udah nggak ada." Kata Bintang lalu pergi.
"Tang, Bintang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Teen Fiction"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...