Neska berdiri di ambang pintu dengan si Arab yang merangkul bahunya.
"Gimana, udah sehat?" Tanya si Arab sambil berjalan menghampiri ranjang gue. Mata gue masih fokus menatap Neska yang seolah biasa-biasa aja. Nggak seperti di dalam mimpi gue.
"Nggak usah basa-basi, mau apa lo kesini?" Gue menatap si Arab nggak suka.
"Gue mau jenguk lo, nemenin pacara gue." Si Arab tersenyum sambil melirik Neska. Hati gue sedikit menghangat, Neska masih perduli sama gue. Dia mau jengukin gue.
"Udah kan, jenguknya. Lo boleh pulang." Meski dalam hati gue penginnya Neska tetep tinggal di sini. Tapi kenapa dia harus datangnya sama si Arab yang nggak sama sekali gue suka.
"Nggak di persilahkan duduk dulu gitu." Kata si Arab santai.
"Nggak perlu." Jawab gue cuek.
Si Arab terkekeh lalu merangkul bahu Neska. "Kita di usir sayang." Katanya dengan raut di buat sedih.
"Kita pulang." Kata Neska. Lalu berbalik. Ingin rasanya gue memanggil Neska, tapi gue udah terlanjur janji nggak akan ganggu Neska lagi. Alhasil gue hanya bisa menatap punggung Neska keluar dari kamar rawat dengan sendu.
Gue menghembuskan napas gue kasar lalu menyandarkan kepala gue ke kepala ranjang. Gue memijit pangkal hidung gue pelan, saat kepala gue kembali sakit.
"Kayaknya si Neska nggak beneran suka sama si Arab." Komentar Iqbal.
"Sotoy banget lo bocil." Cibir Raka.
"Nggar, mabar ae kuy." Ajak Zico yang udah duduk bersila di atas sofa.
"Gue lagi pusing bego." Kata gue ngegas.
"Biasa aja kali." Cibir Zico.
Brag
Pintu kamar rawat gue di buka cukup keras dari luar. Setelah itu di susul suara berisik.
"Ayo. Bi." Bianca nongol dari luar sambil menyeret tangan seseorang. Udah tau sih gue, itu pasti Bintang.
"Nggak mau Bi, gue mau pulang." Kata Bintang sambil berpegangan pada pintu.
Dia itu takut banget yang namanya rumah sakit. Semacam punya trauma masa lalu.
"Enggak! Tanggung Bi, kita udah sampai." Elak Bianca keukeh.
Bintang menggeleng. Masih pegangan sama pintu. Gue sebenernya kasian tapi asli mukanya kocak banget.
"Heh! Bantuin gue." Pekik Bianca.
Arsen berdiri lalu berjalan menghampiri Bintang yang masih ketakutan. Arsen merangkul bahu Bintang lalu melepaskan cengkraman tangan Bintang pada pintu.
"Sen, please gue mau pulang." Kata Bintang dengan suara bergetar. Apa setakut itu? Sampai-sampai mukanya juga ikut pucet.
"Duduk dulu, terus minum." Arsen merangkul Bintang lalu mendudukan Bintang di sofa setelah mengusir Iqbal. Bianca menyerahkan sebotol air mineral.
"Gimana?" Tanya gue.
"Gimana apanya?" Tanya Bintang balik.
Gue menghela napas. "Gimana bisa lo sampai kesini, biasanya masih di parkirannya aja udah kabur."
Bintang mendengus lalu melirik Bianca. "Tuh." Tunjuk Bintang dengan dagunya. "Nyeret-nyeret gue."
"Lemah. Di seret cewek kalah." Cibir Raka.
"Gue udah lemes duluan. Gue juga nggak yakin, ini gue bisa keluar sendiri jalan kaki apa nggak." Kata Bintang lemas. Bianca yang jadi tersangka biasa-biasa aja. Nggak ada rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Teen Fiction"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...