09.HENGGAR •Tepar•

588 45 0
                                    

"Hello everybody. Henggar ganteng comeback."

"Masuk ruang itu harusnya salam. Bukannya teriak-teriak sok Inggris." Omel Yonna.

Gue meringis, lalu berjalan menghampiri Neska.

"Hai, Love."

Gue meletaka sekotak kue kering di depan Neska. "Dari Mama, buat cemilan. Ini nggak bakalan bikin gendut."

Gue mendorong kotaknya sampai menabrak tangan Neska yang lagi main ponsel di atas meja. Untuk mengalihkan Neska dari layar ponsel ke gue.

Neska menghentikan aktivitasnya. Dia melihat kue di depannya, lalu menatap gue. "Hem, makasih." Kata Neska dengan senyum tipis.

"Nanti pul__"

Sebelum omongan gue kelar udah di potong dulu sama Neska.

"Nggak bisa gue udah janji mau pulang bareng kak Hanif."

Gue menghela napas. Dia lagi.

"Ya udah gue ke kelas dulu, jangan lupa di makan. Belajar yang bener." Nggak lupa gue mengusap rambut Neska, sebelum pergi.

Dengan perasaan yang sedikit kecewa. Gue berjalan menuju kelas gue yang berada di sebelah kelas Neska. Tadinya gue mau bolos tapi takut ketahuan pak Tri.

"Eh... Nggar."

Gue menoleh. "Apa?" Tanya gue males.

"Fotoin gue."

"Males."

"Henggar! Mumpung langitnya lagi bagus. Cepetan entar keburu mendung."

Gue mendengus. Dasar bocah nggak tau suasana hati gue lagi kacau.

"Emang lo pikir cuaca bisa langsung berubah total dalam hitungan detik." Cibir gue.

Gue menerima ponsel dari temen sekelas gue.

"Satu, dua, tig__"

"Eh.. tunggu. Ini langitan harus keliatan, ya. Inget."

"Iyeh."

"Satu, du__"

"Eh.. tunggu. Yang bagus fotonya."

"Hem."

"Sat__"

"Eh__"

"Bingsit. Jadi, apa enggak fotonya. Ngebacot mulu." Kesel gue.

"Yeh.. gitu aja marah lo. Cepet, ah." Kata temen sekelas gue sambil mengibas-ngibaskan rambutnya.

Butuh perjuangan untuk mendapatkan sebuah foto yang sempurna. Gue juga sampai melakukan berbagai gaya dari jongkok sampai tengkurap, fotoin mereka. Bisa di bayangkan gimana hasilnya nanti. Udah jelas bakalan bombastis.

Setelah melakukan beberapa pose, gue menyerahkan ponselnya kembali.

"Nih. Udah kan gue cabut."

Gue sedikit berlari masuk kedalam kelas, sebelum Sisil dan Clara ngamuk.

"Heh." Clara menarik tudung Hoodie gue.

"Apa lagi." Tanya gue kesal.

"Gue minta lo buat fotoin kita. Buka selfi sendiri." Sisil memberikan ponselnya yang penuh dengan muka gue.

Gue terbahak. "Lah iya gue lupa rubah kameranya." Gue berlari masuk ke kelas.

"Henggar!" Pekik mereka sampai terdengar kedalam kelas.

"Wow! Mirip Aliando banget lo hari ini." Gue merangkul bahu Ali, teman sekelas gue. Berkaca mata bulat, berambut klimis dan nggak ketinggalan seragamnya yang rapi dan licin. Gue yakin lalat aja sampai kepleset saking licinnya.

OH MY OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang