"lo ngapain ngikutin gue." Gue menatap Henggar sengit.
"Emmm... Pengin."
Gue mendengus.
"Ini udah malem." kata gue kesal.
"Gue tau." Jawabnya santai.
"Kalo tau, ngapain ngikutin gue." Kata gue mulai emosi.
"Gue mau minta tolong." Katanya sok polos.
"Apa?!" Kata gue malas. Sumpah gue nggak tau lagi apa maunya, Gue udah tujukin tukang tambal ban yang nggak jauh dari tempat Henggar tadi. Terus sekarang minta tolong lagi.
Salahkan bang Brian yang ninggalin gue sendirian di jalan, cuma buat jemput pacarnya yang lagi nyalon. Jadinya 'kan gue ketemu Henggar di jalan. Kalo aja Nasi goreng yang lagi gue penginin ada mungkin bisa ngurangin rasa kesal gue sekarang. Tapi yang ada malah nambah karena Henggar yang ngikutin gue.
"Gue haus pengin minum, minta di rumah lo, ya." Mata gue melotot, di rumah lagi nggak ada orang dan dia mau kerumah gue? Nggak boleh.
"Lo liat di seberang ada mini market, tadi kita juga baru aja lewatin warung. Kenapa lo nggak beli." Jawab gue bersungut-sungut.
Henggar menggeleng. "Tapi gue juga laper."
Gue menghela napas. "Di depan ada warung pecel lele." Tunjuk gue.
Henggar menggeleng. "Gue juga pengin mandi." Jawabnya.
"Di rumah gue lagi nggak ada orang, emang lo pikir rumah gue kayak pom bensin apa? yang bisa buat numpang mandi. Udah sana balik ke tambal ban." Oceh gue.
"Love, ayo dong." Rengek Henggar kayak anak kecil tapi gemesin.
"Apa sih Nggar, udah nggak usah aneh-aneh." Sentak gue.
Henggar cemberut. "Please, cuma sebentar doang kok." Keukehnya.
"Di rumah gue lagi nggak ada orang."
"Gue juga nggak bakalan ngapa-ngapain kok. Gue bakalan jagain lo sampai saat nanti gue halalin lo."
Boleh nggak sih? Kalo gue baper sama ucapannya Henggar tadi. Tapi nggak, gengsi gue masih tinggi rupanya.
"Terserah lo!" Gue berbalik menyembunyikan pipi gue yang terasa panas. Jangan sampai Henggar liat.
"Yes!" Pekiknya.
Gue tersenyum seperti banyak kupu-kupu terbang di perut gue. Tapi langsung gue ubah ekspresi muka gue saat Henggar tiba-tiba berjalan di depan gue.
"Gue pernah liat film, katanya kalo jalan berdua sama cewek. Yang cowok harus jalannya di depan." Celotehnya.
Gue nggak menanggapi, terus berjalan di belakang Henggar sambil sesekali mengamati postur tubuh Henggar yang ternyata jauh lebih tinggi dari terakhir kita pacaran. Tapi muka dan tingkahnya masih sama, sama-sama nggak bisa buat gue berpaling.
•••
"Katanya mau ke kamar mandi?"
Sesampainya di rumah bukannya ke kamar mandi yang jadi tujuan Henggar, ini malah duduk bersandar di sofa depan TV. Untungnya Bi sum udah pulang, dari siang dia ijin kerumah saudaranya. Gue jadi lebih tenang.
"Nggak. Di sini aja."
"Ck, ya udah sono pulang." Usir gue untuk yang kesekian kalinya.
"Lo tadi beli mie instan 'kan? Gue mau dong masakin sekalian." Katanya tanpa dosa.
Gue menatap Henggar datar. Makin ngelunjak. Tau aja kalo gue emang mau masak mie. Gue berbalik pergi ke dapur, meski suara Henggar masih bisa gue denger.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Teen Fiction"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...