Gue merebahkan kepala di atas meja, menghadap jendela. Biasanya Henggar bakalan bersandar di tembok pembatas depan kelas gue. Setelah kejadian kemarin, gue denger dari Bianca kalo Henggar di skors tiga hari. Gue menghembuskan napas dengan kasar.
"Nes."
Gue denger Karin panggil gue tapi rasanya gue masih males harus berhubungan lagi sama dia.
"Neska, lo tidur?" Karin menggoyang-goyangkan lengan gue.
"Apa." Jawab gue malas.
"Lo nggak mau nanya tentang Henggar."
Gue merubah posisi gue menjadi duduk bersandar.
"Tentang Henggar? Emang dia kenapa?" Tanya gue.
Karin menatap gue lekat-lekat. Sampai gue risih di liatin terus.
"Lo bohon." Kata Karin.
Gue mengangkat sebelah alis gue. "Bohong?"
"Putusin pacar lo gih, sumpek banget liatnya." Perintah Karin melipat tangannya di depan dada.
Gue tertawa. "Belum puas lo bikin gue sama Henggar putus? Dan sekarang apa lagi, lo nyuruh gue putusin pacar gue. Lo gila."
Karin menghembuskan napasnya kasar. "Soal kejadian waktu itu, gue bisa jelasin Nes. Gue sama Henggar itu---"
"Nggak ada yang perlu di jelasin, itu udah jadi masa lalu." Kata gue cuek.
"Bibir lo emang bisa ngomong kayak gitu, tapi hati lo nggak berkata lain." Sindir Karin.
Gue tertawa. "Sekarang lo jadi peramal?" Gue kembali merebahkan kepala gue. Untung kelas lagi rame jadi nggak terlalu kedengeran ngomong Karin.
"Gue tau lo masih cinta kan sama Henggar." Kata Karin lagi.
"Henggar itu masa lalu gue, sekarang gue udah punya kak Hanif." Jawab gue masih dengan merebahkan kepala di atas meja.
"Nes. Kalo lo mau balas dendam jangan ke Henggar, dia nggak salah."
"Gue bukan orang yang suka menyimpan dendam, jadi lo tenang aja. Gue nggak akan nyakitin Henggar" kata gue.
"Tapi lo nyakitin diri lo sendiri."
"Lo itu nggak tau apa-apa soal gue, jadi jangan sok tau." Gue bangkit berdiri. Tapi lengan gue langsung di cekal Karin.
"Nes, please." Mohon Karin.
"Rin, please juga, gue udah nggak mau bahas ini lagi." Cekalan tangan Karin di tangan gue mengendur lalu terlepas.
"Tapi kita masih bisa berteman 'kan?
"Bakal gue pikirin.
•••
Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Tapi karena bang Brian yang katanya mau jemput tapi belum nyampe-nyampe dan gue yang lagi males desak-desakan di koridor, akhirnya gue nungguin bang Brian di kelas aja.
"Nes, nggak pulang lo." Stela berdiri di samping meja gue sambil menggendong tasnya.
"Abang gue belum nyampe, di luar juga paling masih rame." Jawab gue.
Stela duduk di bangku samping gue. "Lo ngapain malah duduk." Tanya gue heran.
"Esa ada ekskul. Mau nungguin dia gue lagi kangen kasur, mau pulang bareng Henggar dia lagi di skors, mau naik angkot males jalan masuk kompleknya, pake ojol nggak ada duit. Tapi, lo tau---" Tunjuk Stela kearah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY OM
Ficção Adolescente"OM!" "udah di bilangin jangan ikut-ikutan panggil gue OM" "Suka-suka gue dong" "Mulai hari ini panggil gue sayang" kata Henggar sungguh-sungguh. "Kalo gue nggak mau" tantang Aneska, melipat tangannya di depan dada. "Apa susahnya sih love kita fl...