The Toxic Relationship
17. Usaha yang sia-sia
Ada seorang lelaki yang berjalan perlahan namun langkahnya sangat panjang karena kaki jenjangnya, terlihat dari kejauhan lelaki itu adalah Sean. Tubuhnya yang sangat tinggi membuat Zee mengenalinya, ia ingin tersenyum menyapa tapi pikirannya teralihkan karena apa yang digenggam Sean, tangan kanannya membawa air mineral dingin sehingga membuat Zee menganga karena sangat menginginkan apa yang dibawa Sean.
Saat Sean melewatinya, Sean menoleh kearah Zee yang sedang kucel dan sedang berjongkok sambil menatap dirinya dengan rasa ingin sesuatu darinya. Sean tersenyum tipis namun menghadap kesamping, ia berdeham lalu menetralisirkan perasaannya dan bersikap seperti biasa lagi yaitu Sean yang cool dan pendiam. Ekspresi Zee membuat Sean hampir tertawa karena terlalu lucu untuk dilihat, kemudian ia sadar bahwa Zee sedari tadi menatap air mineral dingin yang ia bawa.
Ia melihat Zee ingin berbicara kepadanya tapi tidak jadi karena Raja yang datang entah dari mana dan langsung meletakkan kopi kaleng dingin yang dibawanya dipipi Zee. Sean menghela napas pelan, ia lebih memilih untuk pergi dari sini dari pada melihat dua orang yang sangat teramat alay didepan matanya.
Saat Sean ingin pergi, perut Zee berbunyi dengan sangat keras dan ia tidak sengaja mendengar Raja tertawa karena hal tersebut, senyum tipisnya langsung memudar kala mendengar suara keras yang Raja buat, terkadang ia iri kepada Raja, lelaki itu bisa melakukan apapun yang ia mau didepan Zee sementara Sean hanya bisa melakukannya disaat ia sedang sendiri atau sembunyi-sembunyi seperti tadi saat ia tersenyum tipis sambil menghadap kesamping.
Sean memberikan air mineral tersebut kepada Dara tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, setelah itu ia langsung pergi dari sana sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Zee melihat punggung Sean yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang karena Sean mengambil jalan kesamping kiri.
Ia ingin air bukan kopi, kenapa Raja malah membawakannya kopi dingin. Dan juga kenapa Raja sangat mengganggu, tadinya ia ingin meminta air kepada Sean sebagai modus agar mereka bisa berbicara seperti pagi tadi dengan sangat akrab, tapi Raja merusak semua rencananya dan tiba-tiba datang seperti hantu.
Zee mengambil kopi yang Raja berikan untuknya, membukanya dengan perasaan segan lalu meneguknya. Bel istirahat berbunyi, Zee berdiri dan berjalan masuk kedalam kelas yang masih dipenuhi teman-temannya, ternyata pak Harto belum keluar juga padahal bel istirahat sudah berbunyi. Ia mendengar Pak Harto mengomel entah apa yang sedang dibicarakan guru itu, Zee menutup kedua telinganya dan berpura-pura tuli sejenak dan tidak memusingkan hal tersebut. Ia duduk ditempat seharusnya dan menelungkupkan wajahnya diatas meja, satu tangannya memegangi perutnya yang kesakitan sebab ia belum sarapan sejak tadi pagi, dan Raja hanya menambah masalahnya karena memberikannya kopi dingin padahal ia belum makan nasi sama sekali.
Beberapa saat kemudian ia bisa mencium bau semerbak mie ayam.
"Mie ayam?" ucapnya pelan.
Ia mendongak dan melihat Raja yang membawa se-mangkok mie ayam panas yang sepertinya baru saja dipesan.
"Ihhhh, seriusan mie ayam!" Ia langsung tersenyum sumringah karena hal kecil itu. Zee mengambil sendok dan garpu yang berada disana lalu memakannya dengan terburu-buru seperti seseorang yang tidak pernah makan saja.
Raja tertawa gemas, lagi-lagi ia bisa membuat Zee tertawa hanya karena hal-hal kecil seperti ini.
Dikantin--
Sean yang langsung berlari setelah ia pergi meninggalkan Zee dan Dara yang masih dihukum dan ingin memesan seporsi nasi goreng namun terhambat karena banyaknya antrian yang berada disana, ia mengusap rambutnya gusar, seharusnya ia lebih cepat berlari agar antriannya tidak begitu panjang. Berkali-kali mengecek jam yang berada di tangannya dan sesekali berdecak, ingin menyalip orang yang berada didepannya tapi tidak bisa karena antrian itu sangatlah panjang sehingga membuat ia terdesak-desak.
Kenapa sekolah ini hanya memiliki satu penjual nasi goreng? Hal itu membuat Sean kesal sendiri, setelah beberapa menit akhirnya Sean bisa memesan dan membawa satu piring nasi goreng itu menuju kelas Zee.
"Sean! Mau kemana?" tanya Gibran yang sedari tadi menunggu Sean dikantin bersama Vano.
"Buru-buru banget tuh bocah" ucap Gibran.
"Tau tuh, kaya ada urusan yang penting aja" ucap Vano.
"Apa jangan-jangan dia disuruh buk dugong untuk mesenin nasi goreng? Secara kan buk dugong sering nyuruh-nyuruh muridnya untuk mesenin makanan" ucap Gibran, buk dugong adalah guru BK mereka yang sudah terkenal satu sekolah karena kegalakannya, memang benar guru itu sering meminta tolong untuk memesankan makanan agar tidak berdesak-desakan saat dikantin, Gibran dan Vano berpikir seperti itu karena Sean terlihat sangat buru-buru.
Diperjalanan ia tidak sengaja menabrak salah satu gadis yang sedang membawa satu gelas es jeruk, untung saja ia kuat dan bisa menahan agar piring yang dibawanya tidak jatuh ataupun pecah, namun gadis itu tidak bisa menahan agar tidak jatuh seperti Sean, gadis itu jatuh dan es jeruk yang dibawanya tumpah mengenai baju putih yang dikenakan Sean, tapi syukurlah nasi gorengnya tidak terkena tumpahan es jeruk.
"Maaf kak Sean, sini aku bersihin" ucap gadis itu sambil membersihkan noda yang terkena es jeruk menggunakan tisu yang ia bawa, ia sangat menyesal karena harus menabrak lelaki tampan yang sering dibicarakan temannya, seharusnya pertemuan pertamanya dengan Sean sangat baik tapi malah jadi seperti ini. Kesan pertamanya dengan Sean adalah menabrak Sean menggunakan es jeruk yang ia bawa, uang jajannya sudah habis karena ia membeli es jeruk tersebut sangat disayangkan, namun tidak apa-apa karena semua itu terbayar dengan melihat wajah tampan Sean dari dekat.
"Gak papa" ucap Sean dengan cepat, lelaki itu langsung berlari kecil agar cepat sampai menuju kelas Zee.
Dan kalian tahu apa yang ia lihat sampai didepan kelas Zee? Ia melihat Raja dan Zee yang sedang bercanda ria, terlihat hanya Zee sendiri yang makan namun Raja sesekali menyeka ujung bibir Zee karena makan dengan berantakan.
Kedua bahunya turun, nafasnya tak karuan. Seharusnya ia lebih cepat, jika saja semua orang membantu dia untuk cepat sampai didepan kelas Zee sambil membawa nasi goreng yang utuh dan dengan tenang. Tapi kenapa takdirnya seperti ini? Jika saja mereka menolong Sean dengan merelakan Sean untuk memesan nasi gorengnya duluan dan tidak mengantri lama seperti tadi, jika saja ia tidak bertemu gadis itu, jika saja ia berjalan dengan hati-hati dan tidak menabrak gadis tersebut dan jika saja ia sekarang yang berada didepan Zee sambil membawakan makanan dan sesekali menyeka ujung bibir Zee seperti yang dilakukan oleh Raja.
Ia membalikkan badannya lalu tersenyum kecut, seharusnya ia tidak berusaha sekeras ini, hal yang ia lakukan sia-sia dan hanya membuat dirinya kelelahan sendiri bahkan sampai baju putih miliknya yang tidak pernah memiliki noda menjadi kotor karena ia menabrak gadis yang membawa jus jeruk tadi, entah apa yang dikatakan ibunya jika mengetahui keadaan seragamnya yang seperti ini.
To be continued.
Follow Instagram aku ya: @echa.a_Hai hai, kalau ada kata yang menurut kalian kurang enak dibaca atau susah dimengerti kasi tau aku ya, karena aku juga masih pemula dan masih banyak juga yang salah, jadi mohon dimengerti.
jangan lupa untuk buat story Instagram dari mana yang kalian suka di chapter ini dan tag aku juga yaa!
Terimakasih telah membaca🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Toxic Relationship (END)
Teen Fiction(Follow sebelum membaca, tinggalkan jejak komen dan vote) -mulai dari 19-04-2021 Rank 1 in #watty2021 01-30-2022 Rank 2 in #change 27-01-2022 Rank 2 in #watty2022 30-01-2022 Rank 4 in #toxicrelationship tgl 12-05-2021 Rank 4 in #labil 30-01-2022 Ran...