The Toxic Relationship
1. Perasaan jenuh"Ngapain sih nyusulin gue kesini?!" Suara berat itu membentak seorang gadis mungil yang kehujanan akibat menyusul dirinya, tapi apa yang ia dapatkan saat tiba disana? Hanya amarah dari sang pacar.
"Tapi sayang, aku nyusul kesini karena-"
"Aku gak mau denger penjelasan dari kamu lagi! Mendingan kamu pulang deh, ganggu banget disini"
Gadis mungil itu mengusap air matanya lalu dengan segera berlari keluar dari tempat tongkrongan para lelaki itu. Apakah ia salah? Menghampiri kekasihnya yang sedang bercanda ria dengan temannya? Ia hanya melakukan hal yang biasa dilakukan oleh seorang pacar.
Ia berjongkok dan menghadap kebawah, terik matahari itu membuat kepalanya sangat berat dan pusing. Seseorang menghalangi sinar matahari panas mengenai tubuhnya, siapa dia? Ia menghadap keatas dan melihat lelaki tinggi dan jangkung itu menatapnya dengan tatapan khawatir bercampur kesal.
"Udah tau disini panas, kenapa malah jongkok? Kalo pingsan gimana? Kenapa bandel banget si" ucap Sean.
Zee tersenyum lega, pacarnya menghampirinya. Ia merasa bahwa memang begitulah jika menjalin hubungan kita harus bertengkar lebih dahulu lalu mendapatkan hasil yang manis setelahnya, meskipun Sean terdengar kesal ia tetap merasa bahagia karena pacarnya itu masih peduli padanya.
"Ngapain senyum-senyum gitu? Cepetan bangun" Sean mengulurkan tangannya.
Zee tersenyum lalu meraih tangan Sean. "Makasih sayang" ucap Zee sambil tersenyum dengan sangat manis.
"Cepetan pulang! Kalo ada apa-apa nanti kan ribet" Sean terdengar mengomel, tapi Zee menyukainya.
"Siap bos! Aku pulang ya" Zee melambai-lambaikan kedua tangannya untuk Sean, ia berjalan mundur kebelakang lalu memberikan kiss bye kepada Sean. Hatinya sudah lega, ia kira akan berlangsung lama seperti sebelum-sebelumnya, jujur saja ia merasa sangat sedikit sedih jika Sean terlalu lama marah padanya. Terkadang ia berpikir kenapa Sean marah kepadanya, tapi lama-lama dia jadi sadar, sikap Zee memang kadang-kadang menyebalkan karena itu Sean tidak suka padanya.
Zee Arantika sudah menjalin hubungan dengan Sean Giovanni selama 3 tahun, ia menjalani hubungan itu semenjak ia menaiki bangku SMP. Apa yang bisa ia perbuat hatinya selalu terombang ambing bila bertatapan dengan most handsome di sekolahnya itu. Memang semua orang suka pada Sean, tapi ia merasa ia lebih memiliki perasaan yang sangat banyak daripada fans-fans Sean yang lainnya. Ia merasa dia sangatlah diperlukan dihidup Sean, ia merasa bila tidak bersama Zee hidup Sean akan terasa kurang dan tidak cukup bahagia.
!!The Toxic Relationship!!
"Lo gak cape diintilin terus sama pacar lo itu?" tanya Gibran pada Sean.
Sean yang sibuk menatap ponselnya langsung melihat kearah Gibran. "Jujur aja gue jenuh, sikap dia rada gimana gitu" Sean sebenarnya khawatir terhadap hubungannya dengan Zee saat ini, ia merasa ia sudah menjalin hubungan yang tidak sehat.
"Gue juga ngerasa gitu si, semarah apapun lo sama si Zee dia gak pernah punya pikiran untuk nangis didepan lo ataupun buat marah balik ke lo" timbrung Nando.
"Akhir-akhir ini gue sempet punya pikiran untuk putus sama dia" ucap Sean tiba-tiba.
"Lo serius man?" tanya Vano.
Sean menanggapinya dengan berdeham. "Gue juga manusia, ada kalanya gue capek sama semua yang gue alamin" ucap Sean pelan.
"Gue setuju aja, selama itu yang terbaik buat lo" ucap Gibran.
Sean mengambil kunci motor dan jaket hitamnya "Gue duluan ya" pamit Sean.
Ia menyalakan motornya besarnya lalu segera menuju kehalte terdekat yang ada di sana, ia yakin Zee pasti masih ada disana. Zee selalu menunggu dirinya sampai ia pulang disana, entah kenapa gadis itu sangat keras kepala seharusnya yang menunggu itu laki-laki tapi ini kenapa malah terbalik, wanita yang menunggu laki-laki pulang.
Tin. tin.
Zee mendongak, melihat kekasihnya menghampirinya, "Loh sayang? Kamu kenapa kesini?" tanya Zee dengan tersenyum riang.
"Cepetan naik, gue anter pulang" ucap Sean sambil menyodorkan helm army yang ia bawa tadi.
Zee meraih helm tersebut lalu memakainya dikepala mungilnya, ia sangat sangat bahagia hari ini. Kali ini dia akan pulang diantar oleh pacarnya langsung, mungkin kalian berpikir bahwa pikiran ini hanya sepele tapi bagi Zee tidak meskipun mereka berdua pacaran tapi selama satu tahun akhir ini ia tidak pernah diantar pulang oleh pacarnya Sean itu. Jujur saja ia penasaran kenapa Sean berlaku seperti itu padanya, tapi ia lebih memilih diam ia takut Sean akan marah padanya seperti hari itu saat ia menanyakan hal yang seharusnya tidak ia tanyakan begitu kata Sean.
Sean mengerem mendadak membuat Zee memeluk perut Sean dengan sangat erat, ia merasa kepalanya sangat sakit memori tentang masa lalunya kembali muncul seperti kaset yang rusak. Beberapa potongan kejadian masa lalunya kembali menyatu dan membuat kepala Zee semakin sakit.
"Sakit" ucap Zee lirih namun pelan.
Jelas saja Sean tidak mendengarnya mereka sedang berada dijalanan yang sangat ramai karena itu Sean tidak mendengarnya, Zee mencoba menahan rasa sakit dan rasa ingin menangis karena saat ini ia bersama Sean.
Sean adalah kekuatannya, selama ini ia bertahan karena Sean ia sempat berpikir untuk melakukan hal yang konyol tapi Sean menyelamatkannya, ia memang sering dimarahi Sean dulu, tapi ia senang karena Sean mengkhawatirkannya tidak seperti sekarang semua kemarahan Sean terasa sangat nyata.
To be continued.
Follow Instagram aku ya: @echa.a_
Hai hai, kalau ada kata yang menurut kalian kurang enak dibaca atau susah dimengerti kasi tau aku ya, karena aku juga masih pemula dan masih banyak juga yang salah, jadi mohon dimengerti.
jangan lupa untuk buat story Instagram dari part mana yang kalian suka dari chapter ini dan tag aku juga yaa!
Terimakasih telah membaca🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Toxic Relationship (END)
Fiksi Remaja(Follow sebelum membaca, tinggalkan jejak komen dan vote) -mulai dari 19-04-2021 Rank 1 in #watty2021 01-30-2022 Rank 2 in #change 27-01-2022 Rank 2 in #watty2022 30-01-2022 Rank 4 in #toxicrelationship tgl 12-05-2021 Rank 4 in #labil 30-01-2022 Ran...