#29

3.8K 435 154
                                    

[ sugar rush - part 29 ]

warn! slight nsfw

Ale

Kalian pernah tidak sih, membanding-bandingkan diri kalian dengan seseorang? Seperti misalnya dengan teman dekat kalian yang mudah sekali bergaul dengan orang lain sehingga punya banyak kenalan disana dan disini, teman satu organisasi kalian yang selalu berani untuk mencoba hal baru dan keluar dari zona nyaman, atau mungkin teman kelas kalian yang selalu diutamakan karena punya paras rupawan. Pernah tidak?

Mungkin kalau ada urutan untuk orang yang selalu membandingkan apa yang dia punya dengan milik orang lain, aku akan berada di posisi pertama dengan berbagai gelar kehormatan.

Aku, Ale, yang sering kali mengikuti rapat terbuka dan membuat sambutan untuk berbagai acara kampus di depan banyak mahasiswa, punya self confidence yang rendah. Aku nggak tau pasti kapan tepatnya aku mulai merasa seperti itu, yang jelas sifat ku yang ini sudah terlalu mendarah bahkan hingga aku menginjak usia dua puluh tahun.

Suatu hari aku pernah terjaga sepanjang malam, memikirkan kenapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau, sedangkan dia bisa. Kenapa dia bisa seluwes itu saat berbicara di depan umum, sementara aku tidak. Kenapa aku begini dan kenapa aku begitu. Kenapa aku selalu payah.

Aku selalu bertanya-tanya, sebenarnya apa sih yang salah denganku? Kenapa aku jadi seperti ini? Selalu merasa kurang dan tidak percaya dengan diriku sendiri. Padahal aku punya banyak kelebihan yang orang lain belum tentu dapat memilikinya sekeras apapun mereka mencoba.

Mungkin Tuhan tertawa keras tiap kali aku mengeluh. Barangkali sedikit jengkel dengan kelakuanku yang satu itu. Karena aku telah diberi nikmat yang banyak di depan mataku, namun aku masih memikirkan hal yang memang bukan ditakdirkan untukku.

Untuk pertama kalinya, aku berani membagikan isi kepalaku ini kepada seseorang yang sudah aku percayai melebihi diriku sendiri. Orang yang mengerti aku dan segala hal yang ada dalam diriku.

Adrian Naufal.

Dia menidurkan kepalanya di pangkuanku malam itu, matanya menatapku penuh sayang, dan aku mendaratkan ciuman di bibirnya sebagai reaksi dari rasa gugupku.

"Kamu kenapa mau sama Ale sih, kak? Di luar sana yang lebih dari Ale tuh banyak." Mulaiku, yang tentunya tidak langsung direspon oleh lelaki di dekapanku itu.

Kemudian dia mengambil tanganku, dan mengecup jari kelingkingku yang terbilang cukup kecil dibanding punya kebanyakan orang. Katanya selain mataku yang sipit ini, dia menyukai jari kelingkingku.

Jemarinya yang besar membungkus milikku, dan bibirnya mencium jari kelingkingku cukup lama. Dia masih belum mau melepas pandangannya dariku dan aku hampir gila dibuatnya. Perutku sudah terlalu banyak berisi kupu-kupu.

Dan aku masih saja menanyakan hal bodoh seperti itu ketika jawabannya sudah jelas ada di depan mataku?

Tentu saja, seperti apa yang dikatakan Safhi, bego adalah hal pertama yang harus ditulis ketika harus mendeskripsikan seorang Ananda Ravalean.

Aku selalu memukul lengannya tiap dia berkata begitu, tapi aku baru sadar ternyata ucapan sahabatku itu memang benar adanya.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang