highschool #tb 7

3.4K 452 59
                                    

Semenjak kecil, Ale selalu diajari oleh sang ibu tentang berbagai macam hal. Menurut sang ibu, dibanding memberi anak banyak-banyak barang sebagai hadiah, alangkah lebih baiknya jika anak itu diberi pelajaran-pelajaran kecil setiap dia berhasil melakukan sesuatu.

"Mama! Ale hari ini main bola sama temen-temen! Ale yang menang!" ucap Ale yang masih berumur delapan tahun itu. Ibu Rara tentu senang, dia bahkan berhenti melakukan kegiatan memasaknya demi mengapresiasi putra sulungnya yang pulang dengan baju kotor terkena tanah. "Oh, ya? Keren dong anak mama. Mas mandi duli ya, nanti abis mandi mama kasih hadiah lagi."

"Iya!"Ale tanpa pikir panjang langsung berlari menuju kamar mandi, meninggalkan Ibu Rara yang hanya bisa terkekeh saat melihat anaknya begitu bersemangat.

Mereka berdua duduk di ruang tamu, Ale menanti dengan sabar sampai Ibunya buka suara sambil meminum susu cokelat hangatnya.

"Nah, mas sudah siap?"

"Sudah!"

"Hari ini mama mau cerita tentang mama sendiri." ucap yang lebih tua sambil tersenyum. "Mama sendiri?"

"Iya. Mas penasaran nggak?" Ale mengangguk semangat. Ibu rara melanjutkan ucapannya lagi. "Dulu, sebelum mas lahir, mama selalu bawa mas kemanapun mama pergi. Mas ada di perut mama."

"Kaya Mama bawa Julian ya?" tanya Ale dengan mata berbinar. Ibu Rara mengangguk. "Iya sayang, seperti mama bawa Julian."

"Seorang Ibu lebih hebat dari superhero kesukaannya mas itu lho. Bawa kamu dan Julian selama sembilan bulan itu sebuah perjuangan."

"Jadi mama itu termasuk superhero kaya superman yang Ale suka?"

"Mama lebih keren dong!" Ibu Rara tertawa dan Ale juga tertawa karena hidungnya dicubit oleh sang ibu.

"Mama bawa kamu waktu naik bus, naik tangga, waktu mama kerja dan repot kesana kemari. Memang lelah, tapi mama senang karena kamu ada di dalam perut mama. Waktu kamu lahir, mama adalah orang yang paling bahagia di dunia, mas."

"Karena setiap ibu punya perjuangannya masing-masing. Itu sebabnya mama selalu minta mas buat berlaku baik ke teman-teman mas, karena mereka adalah harta berharga orang tuanya. Mas harus baik ke mereka."

"Iya, Ma. Ale selalu baik kok ke temen-temen! Walaupun Ale kalah main bola pun, Ale suka jajanin mereka es lilin kok!" Ale mengangkat tangannya, jari tengah dan jari telunjuknya dia tunjukkanbukti bahwa dia tidak sedang berbohong. Ibu Rara mengangguk, kemudian mengusap lembut rambut putranya. "Pintar anaknya mama. Tapi jangan sering-sering jajanin temen kamu lho ya, kamunya juga jajan."

"Iya, Mama."

"Mas kan laki-laki, betul?" tanya sang Ibu, Ale mengangguk. "Betul!"

"Teman perempuannya dijaga ya? Mas harus baik ke orang lain terutama ke perempuan. Hormatilah mereka, laki-laki dan perempuan itu sama kok. Sama-sama kuat dan hebat! Oke?"

"Oke!"

"Kalau ada temannya mas yang suka iseng sama teman-teman perempuan, jangan diikutin ya? Mas harus kasih tau ke temannya mas." ucap wanita berambut hitam legam itu dengan lembut, tangannya tidak henti mengusap pipi putranya yang tembam.

"Kalau Maya sama Laras mau main bola sama mas nggak boleh dilarang-larang lagi ya? Perempuan boleh main bola kok. Mas juga boleh main rumah-rumahan asal mainnya sama-sama dan itu bikin mas senang. Oke?"

"Oke! Makasih ceritanya ya, Ma! Ale suka!" Ale tersenyum sampai kedua matanya hilang. Terlebih lagi saat sang ibu mencium keningnya, dia terlihat begitu bahagia. Setiap ibunya menceritakan sesuatu, Ale merasa itu adalah bagian paling menyenangkan dalam hidupnya.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang