Pukul 4 sore, Adrian tiba di ruangan sempit dengan banyak bahan dan peralatan dekorasi berserakan dilantai. Di depan ruangan tertera papan dengan tulisan 'Sekretariat Hima Teknik Industri' berwarna cokelat. Karena dominan anggota Himanya laki-laki, bisa dibayangkan seberantakan apa ruangan itu.
"Lama lu, Yan," protes Mahesa saat melihat sahabatnya masuk. "Baru kelar kelas, masih mending gua mau kesini."
Kini mereka sedang mempersiapkan dekorasi untuk Festival Fakultas Teknik minggu depan. Beberapa anggota ada yang sudah selesai dan berniat pulang, termasuk Mahesa.
"Enita udah balik kan?"
Mahesa mengangguk. "Udah daritadi."
Syukurlah, kalau begini Adrian bisa bernafas lega. "Balik sana Sa, kasian gua sama lo ampe udah dekil begitu." Mahesa lantas menoleh, kemudian satu pukulan mendarat di lengan Adrian. "Bangsat."
Lelaki berkulit gelap itu pun benar-benar pulang setelah pamit pada Adrian dan anak Hima yang lain. Jadi karena Mahesa pulang, Adrian hanya tinggal melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Dekorasi panggung; itu bagian Adrian dan Mahesa, tugas mereka sudah hampir sempurna.
Baru saja Adrian ingin melanjutkan kegiatan memotong sterofoamnya, namun suara panggilan dari ponselnya menginterupsi. Itu Ale, Adrian baru ingat kalau daritadi siang Ale belum juga kasih kabar.
"Halo Ale?"
"Kak Adri.. hiks.."
"Hei.. kok nangis Le, kenapa?" Adrian panik bukan main, tapi berusaha semaksimal mungkin untuk tenang supaya Ale-nya nggak ikut merasakan. "Kenapa sih kak mereka susah banget buat hargain orang? Ale udah coba sabar kak.. hiks Ale udah sabar.."
Sekarang Adrian mulai beranjak keluar dari ruang sekretariat menuju balkon gedung Graha Mahasiswa yang sepi. "Ale dimana?"
"Di FISIP."
"Dimananya Le?"
"Taman belakang. Kakak mau kesini? Nggak usah. Ale cuma mau curhat, bukan nyusahin."
Tapi Adrian itu termasuk orang yang mudah khawatir, kalau belum ketemu langsung Adrian nggak akan bisa tenang. Jadi tanpa sepengetahuan Ale, Adrian diam-diam pergi ke FISIP. Ale masih sesunggukan di telepon, Adrian benci dengarnya.
Mungkin satu-satunya bagian dari Ale yang nggak Adrian suka adalah; suaranya kalau lagi nangis.
"Kak Adrian lagi ngapain? Ale ganggu ya? Maaf..."
"Gak usah ngomong gitu Le, kamu itu gak ganggu kakak."
"Tapi-"
"Sekarang noleh kebelakang."
Ale mengernyit, "Hah?"
Reaksi Ananda Ravalean yang pertama yaitu melototㅡmata sipitnya sampai terbuka lebar. Dan kedua, marah-marah.
"Ngapain sih kak? Ale makin merasa nyusahin kakak kalo kaya gini."
"Kakak gak lagi ngapa-ngapain, kenapa nyusahin? Lagian pacar kakak lagi butuh." balas Adrian, kini kakinya melangkah menuju bangku taman yang jaraknya lumayan dekat dari bangku yang diduduki Ale.
Ini masih wilayah kampus, Adrian benar-benar ingin peluk Ale tapi kondisinya tidak memungkinkan. Dia nggak berani dan nggak mau nanggung resiko apapun apalagi kalau sampai Ale yang kena. Karena kodratnya laki-laki yang saling peluk mesra itu aneh.
"Kakak mau peluk kamu.."
"Ale kalo nggak dipeluk juga gapapa kak." balasnya seakan sadar dengan posisi Adrian.
![](https://img.wattpad.com/cover/176002628-288-k240503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ; kookmin
Fanfictiejungkook & jimin as a college student versi lokal top!jk bot!jm boyxboy | semi-baku, KOOKMIN LOKAL au❗️a bit mature © 2019,bellybees