#17

5.9K 729 122
                                    

[ sugar rush - part 17 ]

⚠️⚠️
this part might contains trigerring contents

Sebagai putra sulung dari seorang pengusaha kelas atas, menghadiri pesta jamuan seperti sekarang tentu sudah menjadi kebiasaan Adrian sejak kecil. Dia selalu diminta untuk datang bersama Ayahnya dan juga adik perempuannya setiap dua bulan sekali demi memenuhi permintaan sang Ayah agar image-nya terlihat baik di kalangan petinggi lain. Di pesta itu, semua orang terlihat berlomba-lomba untuk menjadi yang paling unggul, lengkap dengan senyuman palsu yang ditunjukkan saat mereka menanyakan kabar satu sama lain. Adrian muak hanya dengan melihat sekelilingnya.

"This is my first son." Pria empat puluh tahunan itu berujar, lengkap dengan senyumannya saat mengenalkan sang putra pada beberapa koleganya dari Eropa. "My name is Adrian, sir. I am the heir of Bagaskara Group." ucap lelaki bersurai hitam itu dengan senyum terpaksa. Dilihatnya para teman Ayahnya itu mengangguk antusias, seakan tersanjung dengan apa yang baru saja ia katakan. Sedangkan Adrian merutuki dirinya sendiri dalam hati karena mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya. Ini semua lagi-lagi karena paksaan Ayahnya. Setiap bersama pria itu, kebohongan akan selalu keluar dari mulut Adrian.

Adrian mengehembuskan nafas beratnya setelah berhasil lepas dari sang Ayah yang sampai sekarang masih belum berhenti menyapa kolega-koleganya. Dia duduk di meja khusus bersama para pewaris pengusaha-pengusaha yang sepantaran dengannya di ruangan besar itu. Ada 4 laki-laki dan 2 perempuan, beberapa dari mereka sibuk mengobrol dan yang lainnya fokus menatap layar ponsel.

Pesta ini terlihat ramai, tapi berbeda dengan Adrian yang menganggap bahwa dirinya seperti sedang sendirian. Musik yang keras dan lampu gemerlap dari ballroom hotel bintang lima di Jakarta Pusat itu tidak mampu juga membuat Adrian kehilangan rasa kesepiannya. Ini yang dia tidak suka dari pesta Ayahnya, semua orang hanya terlihat bersandiwara.

"Yan," Adrian bersyukur saat mendengar suara Haikal. Lelaki bersurai hitam kemerahan itu berjalan menghampirinya sambil menyerahkan satu gelas bening berukuran sedang yang dia yakini berisi champagne. "Thanks bro,"

"Kok lo tiba-tiba dateng? Kemaren lo nolak mentah-mentah dateng ke acara ini." tanya Haikal setelah meneguk setengah dari champagnenya, sedikit mendesis saat merasakan minuman itu masuk ke dalam mulutnya. "Bokap lo maksa lo lagi?"

"Lo kaya nggak tau bokap gua aja, Bang. Ini acara penting buat ngenalin gua sebagai penerus perusahaannya, kan?" Bibir Adrian terlengkung keatas, menyeringai tipis saat menyadari seberapa bodohnya dia sekarang. Menyetujui semua yang Ayahnya suruh walaupun diluar keinginannya.

Haikal, tanpa harus diberitahu pun sudah paham dengan perubahan mood Adrian. Sahabatnya itu pasti merasa tertekan karena tanggung jawab yang diberikan Ayahnya.

"Yan,"

"Hm?"

"Lo bisa ngomong baik-baik sama bokap lo. Bilang kalo lo nggak bisa nurutin kemauan dia yang ini, jangan semua kebahagiaan lo dirampas terus sama bokap lo, Yan."

Seandainya gua bisa.

"Nggak ada yang bisa ngerubah jalan pikiran dia, Bang. Bokap keras kepala sama kaya gua." jawab Adrian setelah melepas jasnya dan meletakkan ponselnya diatas meja. Perhatiannya kemudian teralih pada Hanaㅡadik tirinya yang masih saja berdiri disebelah sang Ayah, perempuan itu terlihat tersenyum tipisㅡseakan ingin menyembunyikan rasa lelahnya dari para petinggi yang dia temui.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang