#16

6.2K 726 112
                                    

[ sugar rush - part 16 ]

Ada beberapa hal yang tidak Adrian suka dari sosok Ananda Ravalean. Pertama, pacarnya itu selalu ceroboh dan sering kali melukai dirinya sendiri. Kedua, dia juga sedikit lamban saat mengerjakan sesuatu. Dan ketiga, Ale itu punya toleransi yang rendah dengan kesehatan fisiknya. Untuk kali ini, Adrian paling tidak suka dengan opsi kedua.

Sudah hampir setengah jam Adrian menunggu Ale, dengan tas kameranya yang dia bawa ditangan. Lelaki mungil itu sekarang sedang membereskan sisa perlengkapan tugas kelompoknya yang sudah selesai sekitar satu jam yang lalu. Dia sedikit kesusahan karena teman-temannya yang lain sudah pulang lebih dulu.

"Lama banget." protes Adrian saat Ale keluar dari kelasnya sambil menenteng satu plastik besar berisi sampah. "Ale nggak minta kakak buat nunggu," Yang lebih tua hanya bisa memutar bola matanya, tapi hal yang dia lakukan selanjutnya adalah mengambil alih tas ransel Ale dan tas laptopnya. Perlakuan sederhana yang bisa membuat kedua sudut bibir si mungil naik ke atas.

"Kita ada project bareng, Le. Masa kakak berangkat sendiri bukannya bareng sama kamu?"

"Jangan komplain kalo emang kakak sendiri yang milih buat nungguin Ale dibanding pergi dari tadi." Ale berujar, bibirnya mengerucut persis seperti karakter anak ayam yang tergantung di sleting tas kuningnya.

Mendengar itu, Adrian hanya bisa tertawa renyah. "Ale yang lambat ngapa-ngapain, udah gitu kamu malah biarin temen-temenmu pulang duluan, bukannya nyuruh buat bantuin kamu beres-beres."

"Ya Ale tuh sengaja nyuruh mereka nggak usah rapihin biar bisa meriksa hasil akhir tugas kelompok tadi. Kakak kalo mau ngomel mending pergi aja deh, Ale capek." ucapnya tanpa mau repot menanggapi Adrian dan memilih untuk melewatinya begitu saja. Terkadang sifat Ale yang seperti ini juga membuatnya jengkel.

Adrian memilih untuk mengabaikan apa yang dikatakan lelakinya itu. Dia pun berjalan lebih dulu dan menarik tangan Ale agar melangkah lebih cepat. "Nanti terlambat, ayo." Ale hanya bisa pasrah saat tangan dinginnya digenggam oleh yang lebih tua menuju tangga.

Hari ini, mereka berdua punya jadwal untuk pergi ke studio foto. Kebetulan sejak seminggu kemarin, mereka secara tidak sengaja mendapat job ditempat yang sama. Adrian sebagai fotografernya dan Ale sebagai modelnya. Sungguh sebuah kebetulan yang menyenangkan.

"Kakak emang nggak ada kelas sore?"

"Nggak ada." jawab Adrian sekenanya, dia sedang fokus memperhatikan jalanan yang sedikit padat karena sekarang sudah hampir jam makan siang.

Tidak perlu waktu lama untuk sampai ke studio foto yang lumayan terkenal itu. Adrian langsung memarkirkan mobilnya disebrang jalan karena parkiran studio sudah penuh dengan pengunjung lain. Dan kali ini, Adrian harus dibuat menunggu lagi oleh Ananda Lamban Ravalean.

"Ale ngapain lagi sih? Lama banget, nanti telat." omel yang lebih tua. Lelaki mungil itu tidak juga turun dari mobil setelah hampir delapan menit Adrian mematikan mesin. Bisa dibayangkan seberapa sebal Adrian sekarang.

"Sabar kenapa sih, daritadi Ale disuruh cepet-cepet terus." Ale akhirnya muncul sambil menenteng paper bag yang entah apa isi didalamnya.

"Ya kamu kan modelnya. Harus gonta ganti baju terus make up." Adrian berujar sambil melangkah untuk menyebrangi jalan. Yang lebih muda menyusul dibelakangnya dengan bibir cemberutnyaㅡmerasa kesal karena diomeli terus-terusan.

Sebulan terakhir ini, Ale memang sering mendapat telepon dari beberapa clothing line. Dia ditawarkan untuk menjadi model karena postur tubuhnya yang cocok untuk memakai sweater & tee edisi colourful milik mereka. Dan Ale tanpa pikir panjang menyetujui kontrak itu untuk beberapa bulan kedepan. Tapi Ale tidak pernah tau kalau Adrian juga bekerja untuk menjadi fotografer di brand yang sama dengannya.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang