high school #tb

8.4K 1K 98
                                    

Pernah tau rasanya jatuh dari pagar sekolah yang tinggi menjulang? Untuk pertama kali, lelaki mungil bernama Ale itu tau rasanya.

Hari ini dia terlambat ke sekolah, entah kenapa rasa malasnya untuk pergi ke lembaga pendidikan pertama itu benar-benar memuncak. Ale tidak paham, apa itu karena bentuk pemberontakan dari dirinya yang sedang stress? Atau karena faktor kelabilannya selagi masa pubertas?

Suara kepala sekolah yang terdengar lewat speaker di koridor membuat Ale tersadar bahwa hari ini adalah hari senin. Seluruh murid pasti sedang upacara di lapangan utama.

"Kalo begitu ngapain gue masuk jam segini?" ucap Ale pada dirinya sendiri. Dia merutuki kebodohannya sekarang. Giliran sudah masuk di kandang singa, dia baru sadar kalau tindakannya bodoh.

"Siapa disana?" Ale terkejut mendapati sosok guru BK nya yang kini sedang menarik salah satu murid perempuan yang juga terlambat. "Ravalean? Benar itu kamu?"

Kan. Kena juga.

Dengan terpaksa Ale menghampiri Bu Citra dan meminta maaf karena terlambat dan tidak mengikuti upacara. Wanita tua itu sangat tidak mempercayai murid kesayangannya bisa melanggar peraturan seperti ini.

"Ikut Ibu ke barisan depan sana." Mau tak mau Ale mengiyakan perintah gurunya. Selama berjalan ke barisan depanㅡatau biasa disebut barisan untuk murid terlambatㅡAle tidak henti menggigit bibir bawahnya sampai terkelupas sedemikian rupa. Dia takut sekaligus malu karena berjalan didepan tiga angkatan dengan tas yang masih menempel di pundak.

"Baris disini, nanti selesai upacara kamu ke ruang BK." Ale mengangguk, lalu setelahnya Bu Citra pergi menjauh ke barisan para guru.

Murid yang berada di barisan terlambat kebanyakan anak kelas 12, Ale sadar karena seragam mereka yang benar-benar jauh dari kata rapih. Lagi, Ale merasa terasingkan. Siapa yang berani melanggar peraturan padahal masih kelas 10?

"Misi," Lelaki mungil itu pun tersadar dari lamunannya, dia mendongak melihat wajah seseorang yang tiba-tiba berdiri terlalu dekat dengannya. "Kenapa?"

"Coba geser, gua nggak dapet barisan." kata orang itu. Ale menebak mungkin itu anak kelas 12 karena postur tubuhnya yang bongsor. "E-eh iya, Kak.." Dia pun bergeser satu langkah ke kanan.

Upacara sudah berlangsung selama hampir setengah jam. Ale pikir dia aman sebelum salah satu guru tiba-tiba muncul untuk memeriksa kelengkapan atribut. Sialnya, Ale hari ini lupa pakai topi.

Hal yang paling Ale benci adalah mendapat hukuman, dan lelaki itu sudah yakin seratus persen jika lupa pakai topi bisa membuatnya semakin banyak kena poin.

"Pake."

"Eh?" Ale terkejut melihat lelaki yang dia yakini sebagai kakak kelasnya tadi menyerahkan topi padanya.

"Pake aja, itu Pak Hasan udah mau nyampe sini."

Ale tidak pikir panjang dan langsung memakainya. Tapi dia tidak bisa membiarkan orang itu dihukum karena membantunya.

"Kok di lepas lagi?"

"Nanti malah kakak yang dihukum? Aku gak mau."

"Gapapa. Pake. Gua udah ngasih, nggak baik ditolak."

Jadi dengan terpaksa Ale memakainya lagi, tanpa sadar pemilik topi itu sudah tersenyum entah karena apa.

"Kamu lagi kamu lagi Adrian, Bapak sampai bosen." ucap pria tua dengan seragam biru itu begitu sampai di barisan belakang.

"Yah Pak, masa bosen liat saya."

Pak Hasan menghela nafas, kemudian menepuk pundak Adrian beberapa kali. "Nanti ke ruang kesiswaan setelah upacara ya, kamu itu pintar tapi sering kali melanggar hukuman. Bapak sampai heran.."

Ale menguping. Bohong kalau dia tidak terkejut saat Pak Hasan bilang bahwa kakak kelasnya itu pintar. Penampilannya seperti murid nakal, jauh dari kata anak berprestasi.

Salah Ale karena sering menilai orang dari luarnya. Kebiasaan buruknya itu belum hilang sampai sekarang.

Setelah Pak Hasan pergi, murid-murid dibarisan kembali ribut dan mengobrol. Adrian hampir pergi meninggalkan barisan kalau saja Ale tidak menahan lengannya. "Eh kak, mau kemana? Ini topinya."

Adrian diam sejenak, kemudian mengambil topi dari tangan mungil itu.

"Makasih udah mau bantu."

Tidak ada balasan, hanya seulas senyum yang Ale dapat. Adrian langsung berbalik, kemudian pergi dari lapangan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Itu pertemuan mereka yang pertama.

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Pertemuan kedua mereka tidak berjalan dengan baik. Ale yang kebetulan anggota osis sedang bertugas untuk memeriksa seragam dan bertemu Adrian beserta komplotannya yang berpakaian jauh dari kata sopan.

"Maaf kak tapi celananya harus di lepas," ucap Ale, pelan sekali. Dia sebenarnya tidak enak, karena kejadian di lapangan beberapa hari lalu. Pasti kakak kelasnya itu masih ingat.

Tapi karena masih ada Bu MargarethaㅡWakil Kepala Sekolah bidang kesiswaanㅡyang mengawasinya, dia mau tidak mau harus melakukan tugasnya.

"Terus gua lepas disini? Di depan lo?"

Ale melotot, lalu menggeleng cepat. "Bukan, copotnya di ruang kesiswaan nanti kakak ganti pakai sarung disana."

"Gua harus banget lepas celana? Ini celana kesayangan." ucap Adrian, matanya fokus menatap wajah lelaki mungil didepannya. "Iya karena menurut peraturan, celana model pensil kaya gitu nggak boleh di pake di sekolah."

"Jadi gua harus pake celana yang kaya gimana?"

"Kaya celana aku." Ale menunjuk celana abu-abu yang dipakainya, kemudian tersenyum dan mengacungkan jempol. "Ini celana yang benar buat sekolah."

Tapi bukan itu yang Adrian perhatikan, dia hanya terfokus pada name tag yang terpasang di bagian dada sebelah kiri seragam adik kelasnya.

Ananda Ravalean.

"Yaudah besok gua ganti celananya."

"Aku catet dulu kak namanya, buat laporan ke Bu Margaret." ujar yang lebih muda sambil buru-buru mengambil pulpen diatas meja.

"Adrian Naufal."

"Kelas?"

"12 IPA 1."

Si mungil mengangguk, setelah itu menutup bukunya karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. "Sudah, makasih ya kak." ucap Ale, lalu menyerahkan secarik kertas ke Adrian. Hal itu sukses membuatnya bingung.

ㅇㅇㅇ

Ale gak nulis nama kakak, jadi kakak gak perlu ke ruang kesiswaan. Anggap aja ini balasan Ale karena waktu itu kakak udah mau bantu. Hehe.

Jangan bilang-bilang anak osis lain ya kak kalo Ale bebasin kakak. Nanti pada ngomel. Have a nice day ^_^

ㅇㅇㅇ

"Oh, namanya Ale."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang