additional chapter pt. 2

3.5K 445 214
                                    

Oke, pertama-tama gue mau memperkenalkan diri dulu. Gue adalah Ananta Julian Prameswara, dan kalian pasti merasa familiar sama nama gue kan? Iya, soalnya ibu gue kalau ngasih nama harus mesti yang samaan gitu sama anaknya yang lain, padahal kalau gue bisa ngomong saat gue lahir ke dunia, gue mungkin akan menolak secara keras. Kali ini, gue diberi kesempatan untuk menceritakan kisah cinta kakak gue dan pacarnya yang menurut gue mirip paket panas spesial McDonald's kesukaan gue. Komplit banget. Asli, dia adalah orang yang super keren yang pernah gue temui.

Gue akan memulai cerita ini dari acara makan malam keluarga dua hari lalu di Cimory Riverside. Di hari sebelumnya, gue, Mama dan Papa memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan menengok kakak gue yang masih belum bisa pulang karena sebentar lagi harus mengikuti ujian akhir semester. Karena itu lah, kami sekeluarga akhirnya memilih untuk menghampirinya dibanding menunggu kakak gue itu pulang ke Magelang.

Seperti biasa, gue akan disambut mas Ale dengan senyum sumringahnya di stasiun Gambir. Senyum yang kata mama sebelas dua belas sama punya gue padahal gue ogah disamain sama dia. Karena gue jelas lebih cakep, lah. Gue bingung saat melihat kakak gue cuma sendirian, nggak ada si pawang yang biasanya menemani dia 24 jam.

Akhirnya, gue tanyakan lah rasa penasaran gue itu begitu kita masuk ke dalam mobil milik teman bokap gue yang akan mengantar gue, Mama dan Papa kemana pun selama di Jakarta. Mas Ale yang sedang memeriksa notifikasi di ponselnya langsung menoleh saat gue membisikkan sesuatu di telinganya.

"Mas, cowok lo mana kok nggak keliatan?" Bukannya mendapat jawaban, malah satu pukulan mendarat di punggung gue. Pelakunya siapa lagi kalau bukan mas gue yang setiap tahun ngomel karena tingginya nggak bertambah sedikitpun. "Diem lo! Ada Papa."

Dih. Kocak juga nih mas gue.

"Lo mikir aja mas, yakali Mama nggak ngasih tau tentang lo sama dia ke Papa?"

Awalnya mas Ale terlihat menyetujui kalimat yang baru saja gue ucapkan sebelum akhirnya mengernyit. "Ya bisa aja Mama belum bilang apa-apa? Jadi biar gue sendiri yang bilang? Mama kan nggak cepu kaya lo ya Jul."

Anjir, jadi gue kan yang kena. Gue akhirnya hanya mengiyakan apapun yang dia katakan karena memang masuk akal. Lagipula, selama perjalanan menuju Jakarta, Mama memang tidak menyinggung apapun soal pacarnya mas. Mungkin benar seperti yang kakak gue itu bilang, Mama mau mas sendiri yang menjelaskan ke Papa.

Jadi merinding gue ngebayanginnya. Kira-kira seperti apa ya reaksinya? Papa itu lumayan keras orangnya dan bisa dibilang old-fashioned.

"Mas... Mama, Papa sama Julian nginep di hotel di Jakarta Pusat." kata Mama di kursi depan. Gue jelas melayangkan seringaian ke mas Ale karena akhirnya gue akan menginap di hotel dengan fasilitas yang bisa membuat gue merasa seperti sedang liburan. Dan kakak gue itu hanya mengangguk seakan tidak tertarik dengan kenikmatan yang akan gue dapat beberapa jam lagi. Ya jelas saja, pacaran di kosan pasti akan jauh lebih asik bagi dia yang sedang dimabuk asmara.

"Iya, Ma. Ale nanti kesana."

Lalu kemudian, Papa gue yang semenjak tadi diam tidak bersuara, akhirnya membuka obrolan singkat. "Piye kabarmu, mas?"

"Apik, Pa..."

"Gimana kuliahmu? Baik-baik aja kan? Kalau ada kesusahan boleh bilang ke Papa dan Mama." katanya lagi sambil menoleh sedikit ke kursi belakang. Mas seperti biasa akan tertawa sedikit lalu menggelengkan kepala. "Nggak kok, Pa. Kuliah Ale baik. Kan kemarin Ale juga udah cerita kan ya? Yang Ale ngajar anak temennya Papa itu."

Gue baru tau sih soal yang ini. Tapi nggak kaget juga karena emang mas Ale itu suka mengajar. Dulu waktu gue mau masuk SMP favorit, gue nggak pernah ikut bimbel. Semuanya gue serahkan pada mas.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang