[ sugar rush - part 21 ]
Adrian
Pernah rasanya panik sampai-sampai semua badan lo dingin dan lo sama sekali nggak bisa berpikir jernih? Apalagi saat dengerin apa yang diucapin dosen lo di depan kelas. Rasanya itu nyiksa. Itu yang lagi gua alamin sekarang dengan perasaan campur aduk dalam diri gua. Disini, gua merasa nggak enak karena apapun yang diucapin dosen gua sama sekali nggak ada yang masuk ke otak. Gua merasa nggak menghargai beliau, padahal beliau adalah dosen yang paling gua hormati karena mau menerima dan mendengarkan pendapat mahasiswanya. Tapi kali ini, tubuh gua bereaksi lain dan akhirnya nggak bekerja dengan baik untuk mendengarkan penjelasan beliau di mejanya.
Gua nggak pernah merasa terbebani begini setiap Pak Farris memberi materi melebih jam mata kuliahnya. Karena menurut gua, apa yang disampaikan beliau adalah ilmu dan nggak seharusnya diberi komentar yang tidak enak. Tapi kali ini, gua merasa jadi orang yang munafik. Dalam hati, gua nggak henti-hentinya berdoa supaya beliau sadar kalau waktu mengajarnya sudah habis sejak 15 menit yang lalu.
"Pak, saya mau tanya soal sistem informasi yang diberlakukan oleh suatu perusahaan industri seperti yang bapak jelaskam tadi." Gua menoleh ke sumber suara. Itu Tania, temen sekelas gua yang memang bisa dibilang aktif dalam perkuliahan. Gua merutuki perempuan itu dalam hati. Biasanya gua suka kalo dia bertanya, karena pertanyaannya selalu berbobot. Bukan karena lagi cari perhatian ke dosen. Tapi untuk sekarang, beda ceritanya.
Ada seseorang yang lagi nunggu gua di aula. Gua udah janji mau liat laki-laki kesayangan gua itu kasih speech pembuka karena acaranya dia itu bisa terlaksana. Acara yang semua aspeknya pakai ide dari dia. Ale, pacar gua itu lagi mengharumkan nama jurusannya karena berhasil bangun acara besar dengan konsep paling berbeda dari angkatan sebelumnya. Makanya, hari ini itu penting. Gua harus bisa liat dia kasih pidato singkat bagaimanapun caranya.
"Saya pikir sudah cukup untuk perkuliahan hari ini. Selebihnya, saya percaya kalian punya keinginan untuk menambah ilmu sendiri. Terima kasih."
Waktu beliau keluar dari kelas, gua langsung aja berdiri dan lari keluar. Panggilan Mahesa, Yovi dan Erwin sama sekali nggak gua tanggapin. Yang ada di pikiran gua sekarang cuma Ale, Ale dan Ale. Bentar lagi dia harus naik ke podium. Bagaimanapun caranya, gua harus sampai FISIP sebelum jam dua pas.
Gua lari dengan dramatis, beberapa kali gua nabrak mahasiswa lain yang lagi asik ngobrol sama temen-temennya. Adegan ini hampir mirip kaya di film-film yang sering gua tonton bareng Ale waktu jaman masih SMA, saat itu banyak film romantis yang temanya nggak jauh beda. Kebanyakan menceritakan tentang beratnya perjuangan seseorang hanya biar bisa bertemu cintanya sebelum terlambat.
"Dri," Nayla, kakak sepupu gua itu langsung menyapa dengan suara lantang begitu ngeliat gua masuk aula. Ada perasaan lega dalam diri gua waktu lihat dia tersenyum. Itu tandanya gua tepat waktu.
"Ale di backstage?"
"Iya, bentar lagi nih giliran speechnya."
"Kak, dia sama Safhi kan?" tanya gua panik. Masih ngos-ngosan karena, bro, dari FT ke FISIP itu lumayan menguras tenaga apalagi kalau kesininya sambil lari-lari. "Iya lah. Sama siapa lagi kalo lo nya nggak ada?" balas Nayla sambil kasih minuman dingin ke gua karena kasihan dengar nafas gua masih nggak beraturan. Gua bersyukur Ale punya Safhi, kembarannya yang beda orang tua itu. Safhi selalu ada buat Ale, disaat begini, disaat dia benar-benar butuh dorongan dari seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ; kookmin
Fanficjungkook & jimin as a college student versi lokal top!jk bot!jm boyxboy | semi-baku, KOOKMIN LOKAL au❗️a bit mature © 2019,bellybees